Jumat, 19 Oktober 2007

Sedekah Orang Fakir

[Radar Banjarmasin] - ORANG-orang yang kaya bisa benar-benar beruntung dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sebab, dengan kekayaannya itu ia bisa senang selama hidup di dunia dan tak kalah senangnya ketika nanti berada di akhirat. Sebab, dengan kekayaannya itu ia dapat membeli dunia, dan dengan kekayaan yang sama ia dapat pula “membeli” akhirat.

Membeli dunia dengan harta, tentu sudah sewajarnya. Sebab, dengan kekayaannya ia bisa menikmati apa saja. Bahkan Rasulullah sendiri pernah bersabda, “Bersegeralah dalam bersedekah, karena sedekah itu tidak dilewati oleh bencana” (HR Ath-Thabrani). Bayangkan, sudah leluasa menikmati kemewahan dunia, orang kaya pun masih terlepas pula dari bencana, asalkan ia rajin membagi sebagian hartanya kepada orang papa. Tapi, orang kaya dikatakan dapat pula membeli akhirat dengan harta, apa iya? Jawabnya adalah sabda Muhammad SAW berikut ini: Berbuat baiklah kepada orang-orang fakir, karena mereka akan memiliki kekuasaan pada Hari Kiamat (HR Abu Nu’aym).

Berbuat baik kepada orang fakir, orang-orang yang sangat miskin, apalagi kalau bukan dengan menyantuni hidup mereka yang kekurangan. Nah, untuk hal ini tentu saja orang kaya bisa dengan leluasa memberikan sebagian dari limpahan hartanya. Apalagi jika pemberian itu dilakukan dengan tanpa banyak bicara, tanpa publikasi melalui media massa, maka Tuhan akan melipatkangandakan pahalanya. Bayangkan, Rasulullah SAW sampai menyatakan, “Sedekah secara sembunyi-sembunyi dapat meredam murka Tuhan” (HR Ath-Thabrani).

Masalahnya, bagaimana halnya dengan orang-orang tak berpunya? Dapatkah ia membeli dunia sekaligus membeli akhirat dengan kemiskinannya? Ternyata orang tak berpunya pun dapat dengan gampang membeli keduanya. Orang miskin ternyata dapat pula membeli dunia sekaligus akhirat.

Tak percaya? Untuk membeli dunia ternyata tak mesti dengan tumpukan harta. Rasulullah bersabda, “… Berpuas-hatilah atas apa yang diberikan Allah kepadamu, niscaya kamu menjadi orang yang paling kaya” (HR Tirmidzi).

Lalu, bagaimana pula caranya orang tak berpunya membeli akhirat lewat sedekah sebagaimana yang dilakukan orang kaya? Bukankah kemiskinan tak memungkinkan bagi orang papa untuk berbagi dengan sesama?

Ternyata Tuhan memang Maha Bijaksana. Simaklah sabda Baginda Nabi berikut ini: Berzikir itu lebih utama dibandingkan bersedekah (HR Abu Asy-Syaikh). Bahkan, sebagaimana orang kaya dapat menolak bencana melalui sedekah atas hartanya, maka orang miskin pun dapat pula melakukan hal serupa. Rasulullah menegaskan, “…Tolaklah oleh kalian bencana dengan doa” (HR Ath-Thabrani).***

Sedekah Yang Salah Alamat

[Kebun Hikmah] - Suatu ketika, Rasulullah Saw., seperti yang kerap beliau laku­kan, berbincang-bincang dengan para sahabat di serambi Masjid Nabawi, Madinah. Selepas berbagi sapa dengan me­reka, beliau berkata kepada mereka, "Suatu saat ada seorang pria berkata kepada dirinya sendiri, 'Malam ini aku akan bersedekah!' Dan, benar, malam itu juga dia memberikan sedekah kepada seorang perempuan yang tak dikenalnya. Ternyata, perempuan itu seorang pezina. Sehingga, keja­dian itu menjadi perbincangan khalayak ramai. "Akhirnya, kabar tersebut sampai juga kepada pria itu. Mendengar kabar yang demikian, pria itu bergumam, 'Ya Allah! Segala puji hanya bagi-Mu.Ternyata, sedekahku jatuh ke tangan seorang pezina. Karena itu, aku akan bersedekah lagi!'"

Maka, pria itu kemudian mencari seseorang yang menu­rutnya layak menerima sedekah. Ternyata, penerima sede­kah itu, tanpa diketahuinya, adalah orang kaya. Sehingga, kejadian itu lagi-lagi menjadi perbincangan khalayak ramai, lalu sampai juga kepada pria yang bersedekah itu. "Mendengar kabar yang demikian, pria itu pun bergu­mam,'Ya Allah! Segala puji hanya bagi-Mu. Ternyata, sede­kahku itu jatuh ke tangan orang kaya. Karena itu, aku akan bersedekah lagi!' Maka, dia kemudian, dengan cermat, men­cari seseorang yang menurutnya layak menerima sedekah.

Ternyata, penerima sedekah yang ketiga, tanpa diketahui­nya, adalah seorang pencuri. Tak lama berselang, kejadian itu menjadi perbincangan khalayak ramai, dan kabar itu sampai kepada pria yang bersedekah itu. Mendengar kabar demikian, pria itu pun mengeluh, 'Ya Allah! Segala puji ha­nya bagi-Mu! Ya Allah, sedekahku ternyata jatuh ke tangan orang-orang yang tak kuduga: pezina, orang kaya, dan pen­curi!' "Pria itu kemudian didatangi (malaikat utusan Allah) yang berkata, "Sedekahmu telah diterima Allah.

Bisa jadi pezina itu akan berhenti berzina karena menerima sedekah itu. Bisa jadi pula orang kaya itu mendapat pelajaran karena sedekah itu, lalu dia menyedekahkan sebagian rezeki yang dikaru­niakan Allah kepadanya. Dan, bisa jadi pencuri itu berhenti mencuri selepas menerima sedekah itu." (Diceritakan kembali dari sebuah hadis yang dituturkan oleh Muslim dan Abu Hurairah dalam Teladan indah Rasullulah dalam ibadah, Ahmad Rofi 'Usmani)

Bank Syariah dan Akselerasi Sedekah

[Republika] - Taiching: Bank memberikan kemudahan kepada nasabah untuk membayar zakat melalui SMS banking dan phone banking. Jangan sampai orang mau bayar zakat, tapi harus kerepotan saat menyetor.

Maraknya perkembangan industri ekonomi syariah, khususnya bank syariah, tidak hanya menguntungkan nasabah dan pemegang saham. Tapi juga berdampak positif terhadap akselerasi zakat dan sedekah. ''Makin besar industri ekonomi syariah, khususnya bank syariah, maka dana zakat dan sedekah yang bisa disalurkan kepada masyarakat pun makin banyak pula,'' kata Direktur Bank Muamalat, Andi Buchari kepada Republika.

Dia menambahkan, di antara bank-bank yang ada, hanya bank syariah yang menzakatkan laba yang diperolehnya. ''Jadi, kalau lembaga keuangan syariah berkembang, insya Allah akan mengalir lagi kepada masyarakat melalui zakat, infak, dan sedekah,'' paparnya.

Dana zakat itu tidak hanya berasal dari keuntungan bank syariah itu sendiri, melainkan juga dari zakat yang berasal dari bagi hasil nasabah penabung dan nasabah pembiayaan. ''Bank Muamalat tiap tahun menyisihkan 2,5 persen laba untuk zakat dan 2,5 persen lainnya untuk dana qardhul hasan yang siap disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan, khususnya usaha mikro sebagai dana bergulir,'' paparnya.

Hal senada diungkapkan General Manager PermataBank Syariah, Ismi Kushartanto. ''Kemajuan industri ekonomi syariah, khususnya bank syariah, pasti berdampak terhadap akselerasi zakat, infak, dan sedekah (ZIS). ZIS merupakan salah satu hal yang mendapat perhatian utama di bank syariah,'' tutur Ismi.

Ia menyebutkan, PermataBank Syariah melakukan berbagai cara untuk mempercepat pengumpulan dana ZIS. Setiap nasabah yang menyimpan dananya ditawari opsi, apakah bagi hasilnya langsung dipotong zakat atau tidak. Selain itu, PermataBank Syariah juga menjalin kerja sama dengan Rumah Zakat, BAZNAS dan sejumlah Lembaga Amil Zakat (LAZ) lainnya dalam pengumpulan dan penyaluran zakat.

Tak hanya itu. ''Kami berupaya memberikan kemudahan kepada nasabah untuk membayar zakat melalui SMS banking dan phone banking. Jangan sampai orang mau bayar zakat, tapi harus kerepotan untuk menyetor,'' ujar Ismi. Kepala Cabang BNI Syariah Prima, Delyuzar Syamsi mengatakan, salah satu arti penting keberadaan bank syariah adalah mendorong percepatan pengumpulan dana zakat dan sedekah. Selain berasal dari zakat yang dikumpulkan oleh nasabah, pihak bank juga menyediakan dana qardhul hasan yang diputarkan kepada para pengusaha mikro. ''Hal ini sanga membantu mendorong perkembangan para pengusaha mikro kita, sebagai bagian dari pilar ekonomi nasional,'' tandas Delyuzar Syamsi.

Membalik Paradigma Sedekah
Kapankah sedekah harus dilakukan? Apakah menunggu harta berkecukupan, ataukah dalam keadaan masih kekurangan? Menurut pengusaha Puspo Wardoyo, sedekah itu harus dilakukan segera, tanpa harus menunggu jadi orang kaya. ''Bahkan orang miskin pun harus bersedekah. Allah berfirman dalam Alquran Surat Ath-Thalaq ayat 7, yang artinya, 'Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya.

Dan orang yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.' Jadi, orang-orang yang ditimpa kesulitan rezeki pun harus bersedekah, agar kesulitannya itu bisa segera berlalu, berganti dengan kemudahan,'' ujarnya.Pemilik restoran Ayam Bakar Wong Solo itu mencontohkan, nasib para petani Indonesia yang umumnya hidup miskin. ''Mereka rata-rata memiliki lahan yang sangat sempit dan tidak memadai. Namun, banyak di antara petani kita yang jarang bersedekah. Alasannya, boro-boro buat sedekah, buat makan sendiri saja, susah. Akhirnya mereka terus-menerus hidup susah,'' paparnya.

Menurut Puspo, paradigma sedekah itu harus dibalik. ''Jangan menunggu kaya, baru bersedekah. Sebaliknya, bersedekahlah pada saat masih hidup kekurangan, dan terus tingkatkan jumlahnya saat ekonomi makin membaik. Jadi, jangan menunggu nishab (memenuhi batas minimal wajib zakat),'' tuturnya.

Ia menambahkan, siapa pun yang ingin sukses dan meningkat derajatnya, harus mau bersedekah. ''Sedekah merupakan kunci sukses dalam seluruh urusan, baik dunia maupun akhirat,'' tegasnya. Hal senada dikemukakan Pimpinan Wisata Hati Ustad Yusuf Mansur. ''Paradigma sedekah harus kita ubah. Sedekah itu sebaiknya dilakukan di muka, bukan di akhir. Sedekah sebaiknya dilakukan segera tanpa menunggu kaya,'' tuturnya.

Makin besar jumlah sedekah, makin baik. Ibarat memancing, makin besar umpannya maka hasilnya juga lebih besar. ''Allah menjanjikan satu amal kebaikan akan dibalas 10 kali bahkan hingga 100 kali lipat. Jadi, makin besar sedekah kita, makin besar pula hasil yang akan kita terima,''

Sedekah

[Imansyah Weblog] - Sedekah.....ngebahas hal ini memang tidak ada habis2nya. Semua agama didunia ini pasti menyarankan kepada pengikutnya untuk bersedekah. Kita tau orang terkaya didunia mendermakan hampir 90% dari penghasilannya melalui yayasan yang ia dirikan untuk mereka yang membutuhkan. Hasilnya sampai sekarang ia tetap menjadi orang terkaya didunia, dengan sedekah yang jumlahnya sangat fantastic bukan berarti kekayaannya berkurang malah bertambah.Saya jadi ingat tahun lalu, ketika itu cobaan datang silih berganti dari ketipu hingga puluhan juta rupiah, gempa yang membuat seluruh usaha saya di jogja omsetnya turun drastis padahal ketika itu masih sulit karena kenaikan BBM yang hampir 100%. Terus terang membuat saya betul-betul terpukul. Apalagi saat itu istri saya sedang hamil, saya sampai bingung gimana ngatasi masalah yang sedang saya hadapi. Tengah kebingungan saya, saya mendengarkan ceramah ustad Yusuf Mansyur, kemudian saya beli kasetnya mengenai keajaiban sedekah dan kun fa ya kun. Disana saya tersentak, bahwa sedekah bukan hanya diberikan pada saat kita dalam kelapangan tapi malah sebaiknya diberikan dalam keadaan kesempitan. Saya dulu hanya bersedekah sekitar 2.5% dari pendapatan, mendengar ustad Yusuf Mansyur yang menganjurkan kalau bisa bersedekah 10% agar hasilnya maksimal, dengan kondisi keuangan yang berdarah-darah saya coba untuk mempraktekkan hal tersebut. Karena saya masih TDB, (maaf bukan bermaksud riya) saya mendapatkan THR dari perusahaan tempat saya bekerja dan hampir seluruh THR saya sedekahkan untuk yatim piatu dan mesjid dekat rumah. Alhamdulillah dengan bersedekahn secara rutin, perlahan-perlahan ALLAH memberikan rezeki dan hidayahnya kepada kami. Bisnis yang kami jalankan perlahan-lahan omsetnya terus meningkat, dan gaji saya di TDB dinaikkan 1/3 kali gaji kemarin, serta rejeki yang tak ternilai harganya istri saya melahirkan putri pertama kami dengan lancar tanpa kurang satu apa pun juga.Sedekah....menurut saya itulah kuncinya disamping usaha dan doa yang tanpa henti serta selalu positif thinking kalau ALLAH akan selalu menolong hambanya. Jadi saya sangat menganjurkan buat teman-teman yang saat ini sedang prihatin perbanyaklah bersedekah, Insya ALLAH masalah yang sedang kita hadapi akan diberikan jalan keluar yang terbaik.

The Power of Sedekah dan Ikhlas

[Sony Weblog] - Bismillahirrohmanirrohim, saya selalu tertarik apabila Allah sedikit 'menampakkan diri-Nya' dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi diantara kita... Yang lebih sering adalah dalam konteks shadaqah... Begitu transparannya 'tangan' Allah dapat kita lihat dalam balasan orang-orang yang bersedekah...Ibu saya pernah cerita, pada suatu hari bapak saya melihat seseorang yang melintas didepan wartel... Sandalnya... atau sepatunya... rusak... dan karena kasihan orang tersebut berjalan tanpa alas kaki... bapakpun menawarkan sepatu olahraganya yang sudah tidak terpakai...Singkat cerita, pada suatu hari, dilapangan tenis... ada orang yang sedang menjajakan sepatu olah raga... "Sepatunya mahal-mahal..."... Dan bapak tidak tertarik karena harganya yang mahal tersebut.... Tiba-tiba datang mantan pegawai bapak yang sudah menganggap bapak orang tua sendiri... Tanpa diduga, sang mantan pegawai memaksa bapak untuk memilih salah satu diantara sepatu-sepatu itu, karena ybs yang akan membayar... Jadilah bapak mendapat satu pasang sepatu baru yang mahal!!'Tangan' Allah belum berhenti disitu, beberapa hari kemudian datang kiriman dari anak bapak yang ada di Amerika... dan diantara kiriman itu... ada sepasang sepatu olah raga!!...Subhanallah... sepasang sepatu olah raga lama yang diberikan dengan ikhlas langsung dibalas Allah dengan dua pasang sepatu olah raga baru dengan kualitas jauh lebih baik dari yang diberikan....Sering airmata menitik jika mendengar cerita-cerita seperti itu... Subhanallah...Berikut ini satu cerita lagi yang saya kutip dari blog-nya Pak Roni....Kali ini saya mau cerita tentang kisah hidup Pak Ali (namanya aslinya tidak saya sebutkan ya), seorang member TDA yang tinggal di Sumatera.Kemarin Pak Ali berkunjung ke kantor saya, Manet Busana Muslim dan berbelanja untuk toko barunya di sana.Terus terang, saat itu saya baru kenal Pak Ali untuk pertama kalinya.Saya selalu tertarik dengan orang yang baru saya kenal dan ingin tahu cerita dan latar belakangnya.Ternyata Pak Ali adalah seorang TDB (karyawan) yang juga berbisnis sambilan.Saat ini kondisi bisnisnya di bidang percetakan sedang buruk karena ditipu orang sampai ratusan juga.Hal ini berdampak langsung terhadap kondisi keuangan Pak Ali sendiri.Ada yang menarik dari kisahnya ini.Tahun lalu Pak Ali berkunjung ke Bandung. Saat itu dia kehabisan uang dan di kantongnya hanya tersisa Rp. 5.000 saja.Bayangkan, bagaimana caranya dia bisa pulang ke Sumatera dengan uang Rp. 5.000 itu?Saat itu Pak Ali melihat seorang pengemis dan tergerak hatinya untuk memberikan uang itu kepadanya. Lho, uang cuma segitu-gitunya kok malah diberikan kepada pengemis?"Hati saya tergerak begitu saja untuk memberinya uang, Pak", jawab Pak Ali.Singkat cerita, Pak Ali kemudian bertemu dengan seorang kawan lama di sana.Setelah bercerita melepas kangen, tiba-tiba teman itu memberikan uang Rp. 500.000 kepadanya.Kenapa?"Entahlah Pak. Padahal saya tidak ceritakan kesulitan saya kepadanya", jawab Pak Ali."Selepas itu, saya menangis Pak", lanjutnya terharu."Uang itu kemudian saya gunakan untuk ongkos pulang dan sisanya saya berikan kepada fakir miskin di sana".Sungguh saya terdiam dan terharu mendengar kisah Pak Ali ini. Rahasia apa di balik cerita ini, tentu hanya Allah yang tahu.Tapi yang jelas, saya melihat kekuatan keyakinan kepada Allah dan keikhlasan dalam memberi telah membuat Pak Ali keluar dari masalah yang membebaninya saat itu.Bercahayalah... semakin terang... dan terang...

Seni bersedekah : bagaimana agar bersedekah membuat Anda kaya?

[Sepia Sun] - Ini pendapat Joe Vitale, penulis Spiritual Marketing. Juga pendapat banyak penulis lain yang dari pengalamannya mendapati bahwa semakin dia rela memberi (bersedekah) semakin banyak apa yang dia sumbangan itu kembali kepada dirinya dengan berlipat-lipat. Kalu dia nyumbang uang, maka (biasanya) akan datang uang. Kalau tenaga, maka akan kembali banyak bantuan. Kalau ilmu, maka akan kembali lebih banyak ilmu. Mereka menemukan bahwa “to give in order to get” adalah suatu hukum universal.

Sebentar, masih menurut orang-orang tersebut, hanya sedekah yang tulus lah yang akan menggetarkan semesta. Jadi tidak semua pemberian akan memberikan efek pengembalian yang diharapkan. Tentu saja ini bukan sok merasa lebih tahu tentang cara yang disukai Tuhan, ini adalah berbagi pengalaman apa yang mereka rasakan. Kisah-kisah mereka dikumpulkan dalam e-book The Greatest Money-Making Secret in History!. Silahkan di download sendiri ya.
Berikut ini cara bersedekah (menyumbang) yang mereka rasakan mampu menggetarkan spiritualitas mereka :

1. Bersedekahlah saat merasa ingin bersedekah, jangan sampai merasa terpaksa. Bila saat bersedekah kita justru merasa kesal, maka akan tertanam di bawah ssadar bahwa bersedekah itu tidak enak, bahkan mengesalkan. Mungkin seperti kalau kita bayar parkir kepada preman di pinggir jalan. Ada perasaan terpaksa, tak berdaya, bahkan dirampok. Bukan karena besar kecilnya nilai uang, tapi rela tidaknya perasaan saat memberikan sumbangan. Kalau anda sedang suntuk, tunggu sampai hati lebih riang. Memberi dengan berat hati akan memberi asosiasi buruk ke alam bawah sadar.

2. Bersedekahlah kepada sesuatu yang disukai sehingga hati Anda tergetar karenanya. Mungkin suatu ketika Anda ingin menyumbang yatim piatu, di waktu lain mungkin menyumbang perbaikan jembatan, mungkin pelestarian satwa yang hampir punah, mungkin disumbangkan untuk modal usaha bagi seorang pemula. Intinya adalah Anda sebaiknya menyedekahkan pada hal yang membuat perasaan Anda tergetar. Setiap orang akan berbeda. Seringkali seseorang menyumbang ke tempat ibadah, tapi hatinya tidak sejalan, hanya karena kebiasaan. Menyumbang yang tak bisa dihayati tak akan menggetarkan kalbu.

3. Bersedekahlah dengan sesuatu yang bernilai bagi Anda. Kebanyakan wujudnya adalah uang, namun lebih luas lagi adalah benda yang juga anda suka, pikiran, tenaga, ilmu yang anda suka. Dengan menyumbang sesuatu yang anda sukai, membuat anda juga merasa berharga karena memberikan sesuatu yang berharga.

4. Bersedekahlah dalam kuantitas yang terasa oleh perasaan. Bagaimana rasanya memberi sedekah 25 rupiah? Bagi kebanyakan orang nilai ini sudah tidak lagi terasa. Untuk seseorang dengan gaji 1 juta, maka 50 ribu akan terasa. Bagi yang perpenghasilan 20 juta, mungkin 1 juta baru terasa. Setiap orang memiliki kadar kuantitas berbeda agar hatinya tergetar ketika menyumbang. Nilai 10 persen biasanya menjadi anjuran dalam sedekah (bukan wajib), mungkin karena sejumlah nilai itulah kita akan merasakan ‘beratnya’ melepas kenikmatan.

5. Menyumbang anonim akan memberi dampak lebih kuat. Ini erat kaitannya dengan ketulusan, walaupun tidak anonim juga tak apa-apa. Dengan anonim lebih terjamin bahwa kita hanya mengharap balasan dari Tuhan (ikhlas).

6.Bersedekah tanpa pernah mengharap balasan dari orang yang anda beri. Yakinlah bahwa Tuhan akan membalas, tapi tidak lewat jalan orang yang anda beri. Pengalaman para pelaku kebanyakan menunjukkan bahwa balasan datang dari arah yang lain.

7. Bersedekahlah tanpa mengira bentuk balasan Tuhan atas sedekah itu. Walaupun banyak pengalaman menunjukkan bahwa kalau bersedekah uang akan dibalas dengan uang yang lebih banyak, namun kita tak layak mengharap seperti itu. Siapa tahu sedekah itu dibalas Tuhan dengan kesehatan, keselamatan, rasa tenang, dll, yang nilainya jauh lebih besar dari nilai uang yang disedekahkan.

Demikian berbagai hal yang berkaitan dengan prinsip bersedekah. Prinsip-prinsip ini sangat sesuai dengan petunjuk rasulullah Muhammad berkaitan dengan sedekah dan keutamaannya. Kalau tak salah, ada hadits yang menyatakan bahwa tak akan menjadi miskin orang yang bersedekah. Dijamin.

Selain itu bersedekah juga menghindarkan diri dari marabahaya. Ada sebuah kisah yang kalau tak salah saya dapat dari Pak Jalaluddin Rakhmat tentang seorang yang ditunda kematiannya karena bersedekah. Suatu ketika rasulullah sedang duduk bersama para sahabat. Lalu melintaslah seorang yang memanggul kayu bakar. Tiba-tiba Rasulullah berkata kepada para sahabat, “Orang ini akan meninggal nanti siang.”

Sorenya ketika Rasulullah duduk bersama para sahabat, melintaslah orang tersebut. Maka dipanggillah orang tersebut oleh rasul dan ditanya, “Aku diberitahu (malaikat) tadi pagi bahwa kamu akan menemui ajal siang tadi. Tapi kulihat kamu masih segar bugar. Apa yang telah kamu lakukan?” Kemudian orang itu berkisah bahwa tadi pagi dia membawa bekal makan siang. Lalu di tengah jalan bekal itu dia sedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Selanjutnya, kata orang itu, saat kayu-kayu bakar diletakkan tiba-tiba seekor ular hitam keluar dari dalamnya. Rasulullah kemudian menjelaskan bahwa ular itulah yang sedianya akan mematuk orang tersebut, namundia berpindah takdir karena sedekahnya menghidarkan dia dari bahaya tersebut.

(Demikian lebih kurang sebuah kisah yang saya tahu. Sayang saya lupa detilnya, apalagi perawinya. Jadi mohon dicari sendiri sumber kisah tersebut. Seingat saya kisah tersebut dari Pak Jalal yang saya kenal punya banyak sumber terpercaya.) Kisah itu menunjukkan keutamaan sedekah yang bisa menghindarkan diri dari bahaya, sekaligus menujukkan bahwa cara Tuhan membalas sedekah tidak dalam bentuk dan jalan yang kita sangka.

Rabu, 17 Oktober 2007

Ayo Sedekah ....

[Sedekah.Net] - Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu`min bertawakkal.
(QS. 3 : 160)

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.
(QS. 4 : 114)

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya dijalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan serta melapangkan (rejeki) dan kepadaNyalah kamu dikembalikan (QS. 2:245)

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Robbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya). Baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah meyukai orang-orang yang berbuat kebajikan
(QS. 3:133-134)

Barang siapa yang mendorong perbuatan baik, niscaya ia akan memperoleh bagian pahala dari padanya. Barang siapa yang mendorong perbuatan buruk, niscaya ia pun akan memperoleh bagian dosanya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(QS. 4 : 85)

Tidak akan pernah berkurang harta seseorang yang disedekahkan, kecuali ia malahan bertambah, bertambah dan bertambah (al Hadist)

Segini Dahsyatkah Sedekah ?

[Sederhana Itu Indah] - Sebelumnya, saya ingin berterimakasih kepada kang ilham, teh rachma, teh nuni, dan kang awan atas tanggapannya pada tulisan terdahulu (Anggapan yang Membius)

Sahabatku tercinta, kemaren baru aja saya mengalami apa yang banyak dikatakan oleh para ulama kita. Bahwa Allah itu Maha Kaya, bahkan saking kaya-nya, balasan akan amal kita pun tidak hanya dibalas berjuta kali lipat di akhirat, tapi juga di dunia.

Ini mah mudah-mudahan bisa jadi inspirasi ya, Jadi begini nih, beberapa hari yang lalu saya sedekah. Misalnya Rp.100 aja. Nah (walaupun sebenernya kurang baik juga sih) dalam hati saya bergumam “Ingin nyoba ah, katanya kalo kita sedekah, biasanya rizki kita dipermudah”

Apa yang terjadi? Ternyata hari itu tidak ada yang terjadi hehehe...Tapi, ternyata eh ternyata, besoknya ada SMS, yg isinya kurang lebih kayak gini “Agah, siap-siap 3 pekan lagi kita serah terima tempat fotocopy” *HAH*

Jadi ceritanya, kan kantor saya yang super imut ukurannya tuh numpang di sebelah tukang fotocopy. Sehubungan denger-denger bisnis fotocopy tersebut kurang terkelola dengan baik dan pemiliknya sudah sepuh, saya coba-coba ajukan deh ke ownernya. “Biar aja kami yang ngelola, kami setor sekian ke bapak perbulannya, tapi sewa tempat gratis”

Sebenarnya ngga terlalu ngejar banget sih, tapi ternyata Allah yang membolak-balikkan hati. Dengan mudahnya Allah menggerakkan jempol si bapak buat ngirim SMS yang tadi ke kami. Alhamdulillah, ini baru yang pertama.

Yang kedua, solat malam dirikanlah, eh…Kalo yang kedua adalah besok lusanya. Jadi, secara *cieh* saya kan lagi nyari-nyari laptop nih. Hasil survey ke temen-temen mah kalo yg murah tapi lengkap fiturnya yaitu Axioo dan Acer. Tapi kurang tahan lama. Saya pikir, masalah barang mahal kayak gini mah harus yang tahan lama, karena saya beli bukan buat dijual lagi.

Tanya kesana kemari, yang ok tuh Dell, Sony Vaio, dan Toshiba. Karena dua merek yang awal mayoritas diatas 8 jutaan dan bugdet saya ngga cukup, akhirnya fokus deh di Toshiba (TOs HIdeung BAu, Sunda Translation : Udah Item Bau Lagi). Udah nyari-nyari, ketemu yang harganya $ 869 dan saat itu kurs Rp.8900. Jadi sekitar Rp 7.734.100 lah.

Keliling-keliling di toko sama sobat, eh rata-rata Rp.7.750.000. Masih kemahalan. Karena udah adzan maghrib, solat dulu aja ke masjid deket mall kami teh. Lalu abis solat, sobat saya ngajakin ”Gah, kita nyoba ke pameran yu!” Ya karena masih penasaran, saya hayu aja.

Di pameran, mendekati sebuah stan, dan menanyakan harga. Wah ternyata yang ini mah $869 x Rp.8800 = Rp. 7.647.200. Lebih murah euy! Ternyata ngga selesai sampai di situ, si Mbak ngambil kalkulator dan menyorongkan sebuah angka dengan kurs Rp 7.560.300, dipas-in jadi Rp.7.550.000 masih ditambah optical mouse.

Dan dalam sepersekian detik tiba-tiba si Mbak nampak salah tingkah, dan berkata ”Eh, salah!” Karena kami selaku konsumen berjiwa buas hehehe... kami tagih lagi apa yang dia ucapkan barusan. Dan akhirnya transaksi penghematan besar-besaran kami dapatkan.

Alhamdulillah, Ya Allah, Engkaulah yang membolak-balikkan hati si Mbak, Engkaulah yang membuat si Mbak salah ucap sehingga memberi kami harga grosir. Nuhun pisan ya Allah...

Nah begitulah sahabat, saya pun sekarang makin yakin kalo efek sedekah itu luar biasa, sampai-sampai di dunia pun dibalas kontan. Mudah-mudahan di akhiran lebih berlipat lagi . Amien...

NB : Hari ini, 22 tahun yang lalu, ada sepasang suami istri yang super stress menanti kelahiran si jabang bayi yang sulit keluar. Dari malem udah pembukaan, baru brojol pas adzan dzuhur besoknya. Dan bayi kurang ajar itu adalah saya, peace!!

Logika Kesuksesan dan Sedekah

[My Both Side Blog] - Ini hanya sekelumit catatan waktu diskusi menjelang malam dengan Ismail 'Sukribo' (Sebikom) dan Andino (Pensil Terbang). Diskusi mendadak ini dilakukan, setelah mereka berdua menemani saya menerima kunjungan wakil British Council (Prof. David, Martin dan beberapa stafnya) untuk pendataan (scouping visit) ke Petakumpet. Lha kunjungan kok jam 21.30 malam, kantor pas lagi sepi. Tapi kata mereka OK aja, jadinya ber-inggris ria selama kurang lebih 1 jam menjelaskan ini itu tentang Petakumpet. Setelah mereka pulang, baru terasa kalo lidah jadi lebih kriting. Maklum terbiasa makan nasi kucing, bukan burger atau hot dog (saya tidak suka anjing, apalagi yang panas).

Kembali ke diskusi dengan duo gokil, tema yang paling hangat adalah tentang kesuksesan dan sedekah. Seperti yang kami bertiga rasakan, masing-masing mengelola perusahaannya yang kebetulan memang sedang diuji Allah dengan beberapa kekurangan. Kurang order lah, kurang modal, kena musibah, kurang lancar cash flow-nya, dsb. Berikut beberapa yang kita bicarakan:

  • Orang akan sukses jika memiliki sikap konsisten/istiqomah terhadap pilihan yang diyakininya untuk dijalankan. Baik dalam kelebihan maupun kekurangan, tetep konsisten. Ditawari uang lebih atau harta bertumpuk tidak mengubah pendirian. Diuji Allah sampai hidup berantakan, tidak putus asa. Dan konsisten ini tidak harus meliputi seluruh bidang kehidupan. Tak ada manusia sempurna. Misalnya: AA Gym dikenal karena konsisten mengelola hati (manajemen qalbu) dalam berdakwah. Yusuf Mansur dikenal sebagai ustadz sedekah. Kemana-mana bicaranya sedekah. Rhoma Irama menyanyi dangdut. Dimana-mana nggak pernah nyanyi trash metal, selalu dangdut. Mereka sukses karena istiqomah di satu bidang tertentu, bukan karena sempurna.
  • Orang yang sukses sebagian besar punya kebiasaan baik (meskipun terlihat sepele) yang dijalankan secara konsisten. Orang yang punya kebiasaan baik meskipun banyak dosanya, tidak akan sampai hancur hidupnya di dunia. Orang yang sangat sukses akan jatuh hidupnya jika punya kebiasaan buruk yang konsisten. Anda masih ingat Harmoko, Sudomo, Soeharto yang merupakan tokoh teras orde baru? Ketika Orba tumbang dan puluhan pejabat korup disidang dan masuk bui, mereka masih bisa menikmati hidupnya di luar. Seorang teman mengatakan, Soeharto punya kebiasaan selalu menghormati orang tua dan sangat rajin sholat subuh tepat waktu. Wallahu 'alam. Saya tidak tahu apa kebiasaan Harmoko dan Sudomo, tapi saya menduga mereka juga punya kebiasaan berbuat baik (meskipun kecil) sehingga Allah menangguhkan hukuman atas dosanya di dunia. Ada anak muda yang dijamin menjadi ahli surga oleh Nabi Muhammad karena sangat menyayangi ibunya, sampai menggendongnya berhari-hari ke Mekkah untuk berhaji. Meskipun ibadahnya yang lain belum tentu sempurna, kebiasaan merawat ibunya itu sudah cukup membawanya ke surga. Yang baru adalah kasus Kepala Bulog Widjanarko yang diduga korupsi import sapi atau Yahya Zaini yang selingkuh dengan Maria Eva. Kedua tokoh ini jatuh kariernya, karena melakukan perbuatan buruk yang konsisten (berlangsung cukup lama) tanpa sempat bertobat. Widjanarko malah ketambahan 3 kasus korupsi lagi yang katanya melebihi kasus import sapi fiktif, bukti bahwa penyalahgunaan 'mungkin' telah dilakukannya secara konsisten pula meskipun awalnya sedikit-sedikit. Terungkapnya kejahatan untuk mereka yang sengaja berbuat dosa (meskipun pinter menghilangkan jejak) hanya menunggu waktu saja.
  • Orang yang sedekah dalam pandangan mata biasa, akan berkurang jumlah hartanya. Ini benar, jika melihat fisiknya. Tapi setahu saya zakat tidak dinilai oleh Allah dari fisiknya semata, yang terpenting justru dari aspek non fisiknya: dari keikhlasan hatinya. Ibaratnya harta itu seperti selembar foto yang kita scan untuk jadi image di komputer. Image itu kita upload di blog, bentuk fisik lembarannya telah berubah jadi digital. Lalu siapapun di seluruh dunia bisa meng-copy file foto itu untuk diprint dimana saja, berapapun jumlah lembarnya, dengan kualitas foto yang sama dengan aslinya, tanpa mengurangi size image yang pertama, tanpa mengurangi lembar foto aslinya. Benda aslinya tetap, tapi penggandaannya tak terbatas jumlahnya. Inilah logika sedekah menurut saya. Terjadi transformasi: fisik - non fisik - fisik. Dan penggandaannya tak terbatas, terserah Allah. bisa sepuluh kali, tujuh ratus kali, atau semilliar kali. Mengikuti hukum alam, di dunia ini sampai kapanpun tidak akan terjadi penambahan atau pengurangan massa benda, yang ada adalah perubahan wujud semata. Jika kita sedekah, harta kita tidak hilang tapi berubah wujud menjadi file digital versi Allah yang jika dikehendaki-Nya akan balik lagi ke kita dalam bentuk fisik atau non fisik berlipat-lipat dari nilai awalnya. Lihat udara yang tak pernah habis meskipun dihisap 5 milyar makhluk bumi selama jutaan tahun, rasakan sinar matahari yang tak berkurang kekuatannya meskipun telah menyinari bumi milyaran tahun.

Demikianlah, diskusi singkat malam itu. Saat jam melewati angka 12 malam, dua teman baik saya itupun pulang. Kami bertiga mengalami pencerahan, tanpa merasa kehilangan apapun. Ilmu yang dibagikan, memperbanyak dirinya tanpa mengurangi bagian si pemilik ilmu. Anda boleh meng-copy tulisan ini dan mendiskusikannnya atau membaginya ke siapapun, tulisan ini takkan berkurang sedikitpun.

Sedekah hanya akan memperbanyak, tidak pernah mengurangi harta kita. Lacaklah dengan logika dan iman. Allah menyediakan perniagaan yang tidak pernah rugi. Tidak sekalipun merugikan. Jika Anda belum percaya, silakan dicoba.

Sedekah

[Indonesian Muslim Society] - Islam adalah agama yang mengutamakan amal, derma, kebaikan, kemurahan hati, dan tolong-menolong antar sesama. Sifat kikir, rakus,dan tamak adalah bagian dari sifat syaitan. Allah menyuruh kita untuk berderma sebagai berikut:
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS 2:274)

Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Menurut pengertian istilah syariat, sedakah berarti segala pemberian amal derma di jalan Allah. Perngertian sedekah sama dengan perngertian infak. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut juga hal yang non-materi. Misalnya amal kebaikan yang dilakukan seorang Muslim juga termasuk sedekah.

Hadis dari Abu Musa R.A. bekata bahwa Nabi SAW bersabda, "Tiap Muslim wajib bersedekah." Sahabat bertanya, "Jika tidak dapat?" Nabi menjawab, "Bekerjalah dengan tangannya yang berguna bagi dirinya dan ia dapat bersedekah." Sahabat bertanya lagi, "Jika tidak dapat," jawab Nabi, "Membantu orang yang sangat membutuhkan." Sahabat bertanya lagi, "Jika tidak dapat?" Jawab Nabi, "Menganjurkan kebaikan." Sahabat bertanya lagi, "Jika tidak dapat?" Nabi menjawab, "Menahan diri dari kejahatan, maka itu sedekah untuk dirinya sendiri."

Dari penjelasan hadis di atas, sedekah tidak mesti dengan hanya mengeluarkan sejumlah materi atau uang, tetapi semua amal kebajikan yang dilakukan seorang Muslim, seperti menciptakan kebersihan lingkungan, bersikap santun, memberikan pendidikan agama kepada anak dan istri dan bahkan memberikan senyuman pun adalah sedekah. Membaca tasbih, membaca takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami-istri, atau melakukan kegiatan amar ma'ruf nahi munkar adalah sedekah.

Sudah menjadi suatu kewajiban bagi seorang Muslim untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Tidak dapat dipungkiri bahwa di dunia ini sebagian Muslim mendapat kelebihan rezeki pemberian Allah melalui kerja kerasnya maupun melalui sebab-sebab lainnya yang sah. Sementara ada sebagian saudara kita yang hidup sebatas cukup, atau bahkan di bawah cukup. Namun demikian Islam telah mengatur adanya perbedaan tsb melalui suatu mekanisme penyaluran di jalan Allah seperti zakat, infak, sedekah, dan juga dalam kehidupan sosial seperti tolong menolong, hibah, dll. Bersedekah merupakan aktivitas seorang Muslim yang memiliki sifat keutamaan, karena ketinggian derajat seorang Muslim ditentukan oleh sebesar dan sejauh mana ia memiliki kepedulian dan kepekaan sosial kepada Muslim yang lainnya. Juga keutamaan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.

Harta bukan untuk ditumpuk, kemudian dinikmati sendiri. Seorang Muslim harus ingat bahwa ada kewajiban yang mesti dilakukan terhadap harta itu yang di dalamnya juga ada milik orang lain, agar harta yang diberikan Allah tidak sia-sia dan bisa menjadi bekal hidup, baik dunia maupun di akhirat. Keseimbangan dalam mengelola harta itulah yang ditekankan Rasulullah SAW. Inilah yang terkadang berat dilakukan, karena menganggap harta benda yang dimiliki adalah hasil kerja keras yang harus dinikmati sendiri. Padahal, dalam harta seseorang sejatinya ada campur tangan dari Allah SWT. Karena itu, harta mesti dikelola sesuai dengan petunjuk Allah juga.

Pada orang yang suka bersedekah, ada jaminan surga dari Allah bahwa sedekah akan melindunginya di hari perhitungan. Dalam riwayat Ibnu Hibban dan Hakim dari 'Uqbah ia mendengar Rasulullah bersabda, "Setiap orang bernaung di bawah perlindungan sedekahnya hingga ditetapkan hisab (perhitungan) di antara manusia di yaumil akhirat."

Islam menganjurkan umatnya untuk memperhatikan adab dalam bersedekah atau berzakat. Ini agar orang yang membutuhkan harta dapat menikmati hartanya dengan baik, sementara orang yang bersedekah juga mendapat pahala maksimal.

Bersedekah mesti dalam keadaan sehat dan sangat ingin, karena sedekah yang dilaksanakan pada saat menjelang kematian tidak ada gunanya. Hadis dari Abu Hurairah yang diriwayatkan Al-Bukhari bahwa seseorang berkata kepada Nabi SAW, "Sedekah yang mana yang lebih utama itu?" Nabi bersabda, "Engkau bersedekah dalam keadaan sehat (shahih) dan berkeinginan (harish)."

Pada satu kesempatan, Rasulullah SAW ditanya seseorang sahabatnya tentang sedekah yang paling utama. Kata beliau, ''Engkau menyedekahkan harta itu pada saat engkau dalam keadaan sehat dan di kala engkau benar-benar menginginkan harta tersebut saat itu.'' (HR Abu Dawud).

Allah SWT berkata, ''Engkau tak akan mendapatkan kebaikan apa pun hingga kalian menyedekahkan sebagian harta yang paling kalian cintai. Ketahuilah, apa pun yang kalian infakkan, Allah pasti mengetahuinya.'' (Ali 'Imran: 92).

Di antara adab-adab bersedekah yang lain adalah menyegerakan berzakat atau bersedekah ketika sudah waktunya. Hal ini untuk menampakkan rasa suka cita muzakki dalam memenuhi perintah Allah untuk membahagiakan hati fakir-miskin. Salah satu akhlak mulia Nabi SAW dalam masalah sedekah adalah mempercepat dalam memberikan sedekah itu. Pernah suatu ketika, Nabi SAW mempercepat shalatnya hingga membuat para sahabatnya bertanya-tanya. Setelah ditanya, beliau menjawab, ''Ketika shalat, aku teringat ada harta bendaku yang belum aku sedekahkan.'' (HR Bukhari).

Menyembunyikan sedekah dengan meminimalisir orang yang mengetahuinya agar amal baik tidak dikotori oleh godaan riya' juga merupakan bagian dari adab bersedekah. Juga menjaga agar mustahiq tidak terbuka rahasia akan kefakirannya. Adapun kalau ia yakin tidak akan riya', ia dapat menampakkannya agar diketahui oleh orang banyak. Dengan catatan orang-orang itu akan meneladaninya. Jangan merusak sedekah dengan mengungkit-ungkitnya kembali (QS Al- Baqarah : 264). Termasuk menyakiti orang yang menerima sedekah adalah dengan mengumumkan kefakirannya, membentak-bentak atau menghinanya karena meminta-minta.

Berapa pun nilai harta yang disedekahkan, kita harus menganggapnya sedikit karena alau sampai menganggapnya banyak, maka kita akna 'ujub (bangga) dengan pemberian itu. Dari 'ujub inilah akan timbul takabbur yang pada akhirnya akan menghilangkan pahala dari sedekah itu. Sebagian ulama mengatakan perbuatan baik tidak akan sempurna kecuali dengan tiga hal yaitu menganggapnya ringan, menyegerakan, dan menyembunyikannya. (Muhamad Djunaedi)

Drs H Mulyadi MMA : Sedekah Menyelamatkan Saya

[Muallaf Center] - Dengan langkah gontai dan lemas, Mulyadi keluar dari kantor sebuah bank yang terletak di Jalan Diponegoro Jakarta Pusat, Jumat sore di bulan September 2006. Ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Pihak bank memintanya untuk kooperatif, karena Senin atau Selasa, kantor pelelangan akan menyita seluruh asetnya.

''Jumat itu, saya diminta pihak bank untuk segera kooperatif atas kedatangan kantor pelelangan bahwa Senin atau Selasa akan datang untuk menyita asset saya. Kantor pelelangan tersebut akan mencoba menyelesaikan masalah saya dengan konsep dilelang,'' tutur Mulyadi mengawali kisahnya kepada Republika akhir pekan lalu.

Selain bekerja di suatu perusahaan, suami dari Nurasiah Jamil ini membuka usaha sendiri. Posisi terakhir yang dijabatnya adalah Direktur Utama PT Zebra Nusantara TBk, perusahaan transportasi terbesar di kota Surabaya. ''Dari kesulitan-kesulitan makro berimbas kepada kesulitan termasuk perusahaan yang saya kelola. Akumulasi kesulitan itu berakibat terhadap terancamnya aset-aset yang saya miliki, ujarnya. Nilai aset itu hampir Rp 2 miliar, dan akumulasi utang hampir Rp 3 miliar.

Dan, untuk kali pertama dalam hidupnya, pria kelahiran Bogor 2 November 1970 yang pernah menjabat Direktur Utama PT Steady Safe Tbk ini menggunakan kendaraan umum untuk mengantarkannya ke tempat tujuan. Jujur saja, selama ini Mulyadi ke mana pun selalu menggunakan sopir. ''Akhirnya saya naik Busway karena itu kendaraan yang saya lihat berlalu lalang. Pertama kali saya naik bis ya itu dari depan hotel Mandarin menuju Al Azhar. Saya shalat Maghrib di situ saya lihat dan mendengar publikasi dari pengurus masjid tentang adanya tausiah.''

Ia pun beriktikaf di Masjid Agung Al Azhar hingga waktu Isya tiba. Setelah shalat Isya berjamaah Mulyadi mengikuti pengajian yang malam itu menampilkan dai muda Ustadz Yusuf Mansur sebagai penceramah. ''Saya terkejut, ketika dalam tausiyah mengatakan, 'Mungkin di antara jamaah yang hadir di sini adalah orang yang tidak sama sekali berniat untuk datang ke Al Azhar bahkan mendengarkan tausiyah dari saya. Tapi, jamaah tersebut saat ini sedang dilanda kesulitan yang luar biasa','' ungkap Mulyadi menirukan.

Intinya, sang ustadz mengatakan bagaimana cara mengatasi kesulitan dan mengharapkan pertolongan Allah. Caranya adalah dengan bersedekah, dan lebih utma adalah benda yang paling dicintainya. Tanpa pikir panjang, Mulyadi pun mengikhlaskan jam tangan merek Bvlgari yang melingkar di tangannya seharga 3.000 dolar AS untuk disedekahkan. ''Waktu itu, yang paling berharga hanya jam tangan karena di dompet hanya ada uang Rp 110 ribu. ATM saldonya sudah sangat minimum, Kartu Kridit sudah over limit. Waktu itu saya pikir kalau saya sedekahkan Rp 100 ribu uang saya tinggal Rp 10 ribu.

Sejenak ada rasa berat. Jam tangan itu memang tipe jam yang diidam-idamkannya dari dulu. Namun ia segera menepisnya. Saat dilelang, jam itu dibeli seorang jamaah seharga Rp 200 ribu.
Ia merasa enteng sepulang dari masjid. Ia mengaku berada di puncak kepasrahan tertinggi selama hidupnya. Ia siap untuk menerima keputusan apapun, termasuk hilangnya semua aset yang dimilikinya.

Tak lama kemudian, teleponnya berdering. Jauh sebelum krisis mendera dirinya, ia pernah mengajukan sebuah proposal proyek kepada sebuah lembaga. Suara telepon di seberang sana menanyakan proposalnya dulu, apakah berminat untuk meneruskan atau tidak. Allah menggerakkan hatinya untuk mengakomodasi proposal saya, kisahnya penuh suka cita.

Senin, hanya berselang dua hari setelah mensedekahkan jam Bvlgari-nya, Mulyadi diminta datang ke kantor rekannya bersamaan dengan rencana eksekusi lelang. Mereka sepakat bekerja sama. Tak sampai seminggu, ia sudah meneken surat perjanjian kerja sama. Uang muka honorarium segera dikirim ke rekening, begitu kata mereka. Di hari batas terakhir ia harus melunasi hutangnya, ia pergi ke bank. Subhanallah, sudah ada jumlah uang yang sangat-sangat cukup untuk menyelesaikan semua kewajiban saya,ia berkisah dengan mata berbinar.

Ia tak akan pernah melupakan kisah itu. ''Inilah pengalaman batin yang paling berkesan sepanjang hidup saya. Apa yang kita sangka, tak selalu seperti itu yang Allah kehendaki. Ia pun teringat, boleh jadi, keajaiban itu datang karena sebelumnya ia berikhtiar, berdoa tanpa putus, ibadah puasa Senin-Kamis, shalat dhuha setiap hari, iktikaf di masjid, dan selalu mendoakan orang tua.

Mulyadi bersyukur Allah memberinya kesulitan hidup, karena itu adalah momentum untuk melihat keperkasaan Allah. Allah mengintervensi kehidupan manusia selama manusia berada di jalan Allah dan mengikhtiarkan sesuatu yang benar-benar mengharap ridha Allah total tidak berkehendak atau tidak tergantung selain Allah. ''Jika kita bersedekah, ternyata itu yang mengundang intervensi Allah lebih cepat lagi,'' tandas Mulyadi berfilosofi.

Drs H Mulyadi MMA
Tanggal Lahir : Bogor 2 November 1970
Istri : Nurasiah Jamil
Anak-anak :
Nurfajrina Sabila Putri Mulyadi
Muhammad Sultan Ramadhan Putra Mulyadi
Nursabrina Saskia Putri Mulyadi
Pendidikan :
Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpar Bandung 1995
Pascasarjana Program Magister Management Agribisnis IPB 2004
Pekerjaan :
Direktur PT Infiniti Finance 1999-2003
Komisaris PT Steady Safe Tbk 1999-2003
Direktur Utama PT Steady Safe Tbk 2000-2001
Direktur Utama PT Zebra Nusantara Tbk 2003-Juni 2006
Ketua Bidang Transfortasi dan Telekomunikasi DPP HIPPI 2004-sekarang

Sedekah Cerdas

Siapa ingin doanya terkabul/dibebaskan dari kesulitan, hendaknya ia membantu/mengatasi kesulitan orang lain (HR. Ahmad).

[Gaw Nyang Blog] - Kepada siapa Anda memberikan sedekah kemarin? satu hari sebelum kemarin? satu pekan yang lalu? bagaimana dengan hari ini atau besok? kemana sedekah Anda disalurkan? Sekadar merata-rata jawaban yang mungkin keluar dari sederet pertanyaan di atas, pilihan pertama boleh jadi jatuh ke tangan anak-anak yatim, kemudian fakir miskin, janda, dan lansia berada di urutan berikutnya.

Salah satu kelebihan orang-orang yang sering bersedekah terletak pada keikhlasan. Mereka sangat percaya dan tak pernah mempertanyakan kemana dan kepada siapa sedekahnya berlabuh. Terkecuali bagi mereka yang lebih senang menyerahkannya langsung kepada penerima manfaat. Namun bagi para penyedekah yang meletakkan amanahnya di pundak para pengelola sedekah/infak, kepercayaan menjadi dasarnya.

Meski bukan berarti mereka yang tidak menyalurkannya lewat lembaga pengelola sedekah, dianggap tidak percaya kepada berbagai lembaga tersebut. Ini hanya soal `selera` masing-masing individu yang tidak boleh diganggu-gugat dan patut dihormati.

Yang perlu diingat, kepercayaan bukan berarti tak perlu tahu kemana sedekah Anda tersalurkan. Boleh saja setiap individu meminta penjelasan kepada siapa dan untuk apa sedekah yang disalurkannya tertuju. Bukan bermaksud mengabaikan prinsip keikhlasan, namun dalam bersedekah sebaiknya Anda tahu alamat sedekah tertuju. Seperti bunyi hadits di atas, ketika Anda ingin membantu mengatasi kesulitan orang lain, tahukah Anda siapa yang dimaksud orang lain itu? Siapa yang saat ini sedang mengalami kesulitan? mana yang lebih utama untuk diatasi terlebih dulu?

Mari coba kita petakan. Pertama, anak-anak yatim. Jelas mereka adalah hamba-hamba Allah yang senantiasa mengalami kesulitan selama mereka masih dalam usia berketergantungan dan belum memiliki kemampuan menghidupi diri sendiri. Mereka adalah titipan Allah kepada hamba lainnya yang mampu dan berkewajiban menafkahi anak-anak yatim.

Kedua, fakir miskin. Mereka kaum lemah yang memerlukan uluran tangan, dengan tujuan agar mereka mampu berdiri dan mandiri. Ingat, konsepnya harus memberdayakan bukan membuat mereka terus menerus tidak berdaya. Sehingga bersedekah harus mentargetkan para penerima manfaat pada beberapa jenjang. Dari penerima meningkat menjadi tak lagi membutuhkan bantuan karena sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri. Tak sampai di situ, harus terus mendapatkan bimbingan agar status mereka juga meningkat menjadi pemberi sedekah. Jika semua penerima sedekah kelak akan menjadi penyedekah, indah nian negeri ini.

Golongan ketiga yang berhak mendapatkan sedekah, yakni para janda dan lansia. Keduanya nyaris memiliki persoalan yang sama, yakni kehilangan sesuatu yang selama ini menjadi andalannya. Para janda yang kehilangan tulang punggung pencari nafkahnya, perlu mendapatkan bantuan agar ia terbebas dari kesulitan. Konsepnya tetap sama, yakni memberdayakan agar kelak mampu menjadi orang yang mandiri dan bisa menghidupi keluarganya tanpa perlu lagi menunggu bantuan orang lain. Sedangkan para lansia, mereka telah pula kehilangan masa produktifnya. Tenaganya tak lagi seperti dulu untuk bisa mencari rizki sendiri.

Golongan lainnya, adalah mereka yang bukan anak yatim, bukan fakir miskin, bukan pula janda atau lansia, namun tetap membutuhkan bantuan karena tengah mengalami kesulitan. Antara lain, orang-orang yang terlilit hutang dan orang-orang yang terkena musibah/bencana.

Bencana alam kerap terjadi di negeri ini, dan setiap bencana menyisakan kepedihan mendalam bagi para korban. Tak hanya lantaran kehilangan anggota keluarga yang dicintai, tetap status semi permanen yang berubah dalam sekejap. Pengusaha berubah menjadi orang yang tak punya apa-apa, dermawan yang tiba-tiba harus mengemis meminta bantuan, serta orang-orang yang biasa berkecukupan seketika sangat berkekurangan, untuk mendapatkan makan pagi pun menunggu jatah. Kehidupan pun berubah drastis, rumah mewah tersulap menjadi tenda darurat yang harus berbagi tempat dengan ribuan korban lainnya. Sungguh, para korban bencana juga sangat membutuhkan sedekah dari orang-orang yang tak terkena bencana.

Sejatinya mereka bukan orang-orang yang akan menjadi penerima bantuan terus menerus, asalkan sedekah Anda tetap tersalurkan untuk mereka. Selama masih ada orang-orang yang tetap peduli nasib mereka, para korban bencana itu akan segera terbebas dari status penerima bantuan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Karena, asal mereka adalah orang-orang yang kuat, mandiri, dan bahkan juga para dermawan.

Jika Anda senang bersedekah, dan mengalamatkannya kepada anak-anak yatim, fakir miskin, janda, lansia dan orang-orang yang tengah berada dalam kesulitan, maka bersedekahlah untuk para korban bencana. Anda akan mendapatkan semuanya, karena di lokasi bencana juga terdapat orang-orang yang Anda cari alamat sedekah Anda. Anak yatim, fakir miskin, janda, lansia, orang-orang kesulitan karena tertimpa musibah, merekalah alamat sedekah Anda. Wallaahu` a`lam

ACT Hotline 021-741 4482
Rekening Zakat dan Sedekah a.n. Aksi Cepat Tanggap
1. Mandiri 128 000 479 3136
2. BSM 101 000 9990
3. BCA 676 030 0860
4. Permata Syari'ah 0971 001224

Andika : 021-685 45401 (donasi)
Jemput bantuan, SMS 24 jam, 021-70614482
email: info@aksicepattanggap.com

Sedekah Membawa Berkah

[Pencerah Hati] - Sudah banyak kisah tentang pertolongan Allah yang tidak disangka-sangka, ketika hambanya dengan ikhlas memberi kepada sesama.

Berikut adalah salah duanya.Ada seorang pengusaha yang bangkrut krut. Semua kekayaannya habis, sehingga yang biasanya dia naik mobil mewah, sekarang naik Trans Jakarta. Ketika naik bis itu, dia iseng-iseng turun di Masjid Agung Al-Azhar (Sisingamangaraja, Kebayoran, dekat Blok M) untuk sholat. Kebetulan saat itu ada taushiah yang membahas tentang sedekah (shodaqoh). “Sekarang, siapa saja yang sedang mempunyai masalah, silahkan Bapak-Bapak untuk menyerahkan apa saja yang sedang dibawa ke sajadah ini,”kata Pak Penceramah. “Insya Allah, masalah Bapak akan segera teratasi,”kata dia selanjutnya.

Si Fulan ini, sempat ragu-ragu. Ah, apa iya ya? Akhirnya antara ya dan tidak, dia menyerahkan jam tangan satu-satunya seharga USD 3 ribu (sekitar 30 juta rupiah). Sesudah itu dia pulang.
Malamnya dia memperoleh SMS bahwa proposal dia sedang dipertimbangkan. Biasa, walaupun sudah bangkrut, dia masih berusaha terus untuk mendapatkan bisnis baru lagi. Rupanya janji Allah memang tidak akan pernah dusta. Esok paginya, di rekening dia sudah ada uang masuk sebesar 3 MILYAR rupiah. Masya Allah ….

Ini kisah kedua. Ada seorang yang sangat ingin membangun rumah (dia masih kontrak). Karena dia tidak punya uang cukup, maka dia berniat untuk selalu bersedekah secara terus-menerus. Sedekah ini khusus dia niatkan agar Allah memberikan rumah untuknya. Sampai ketika sedekah yang dia berikan sudah mencapai sekitar sepuluh juta, dia kedatangan familinya yang kaya raya. Kebetulan waktu itu musim hujan. Rumah kontrakannya banyak yang bocor, dan rupanya familinya ini menaruh perhatian. “Kok banyak sekali kontrakan ini bocornya ya. Mau enggak saya buatkan rumah?”kata familinya tiba-tiba. Masya Allah, akhirnya dia dibuatkan rumah seharga 100 JUTA rupiah.

Matematika Gaji VS Sedekah

[Klab Santri Peduli] - Dalam satu kesempatan tak terduga, saya bertemu pria ini. Orang-orang biasa memanggilnya Mas Ajy. Saya tertarik dengan falsafah hidupnya, yang menurut saya, sudah agak jarang di zaman ini, di Jakarta ini. Dari sinilah perbincangan kami mengalir lancar.

Kami bertemu dalam satu forum pelatihan profesi keguruan yang diprogram sebuah LSM bekerja sama dengan salah satu departemen di dalam negeri. Tapi, saya justru mendapat banyak pelajaran bernilai bukan dari pelatihan itu. Melainkan dari pria ini.

Saya menduga ia berasal dari kelas sosial terpandang dan mapan. Karena penampilannya rapih, menarik, dan wajah yang tampan. Namun tidak seperti yang saya duga, Mas Ajy berasal dari keluarga yang pas-pasan. Jauh dari mapan. Sungguh kontras kenyataan hidup yang dialaminya dengan sikap hidup yang dijalaninya. Sangat jelas saya lihat dan saya pahami dari beberapa kali perbincangan yang kami bangun.

Satu kali kami bicara tentang penghasilan sebagai guru. Bertukar informasi dan memperbandingkan nasib kami satu dengan yang lain, satu sekolah dengan sekolah lainnya. Kami bercerita tentang dapur kami masing-masing. Hampir tidak ada perbedaan mencolok. Kami sama-sama bernasib "guru" yang katanya pahlawan tanpa tanda jasa. Yang membedakan sangat mencolok antara saya dan Mas Ajy adalah sikap hidupnya yang amat berbudi. Darinya saya tahu hakikat nilai di balik materi.

Penghasilannya sebulan sebagai guru kontrak tidak logis untuk membiayai seorang isteri dan dua orang putra-putrinya. Dia juga masih memiliki tanggungan seorang adik yang harus dihantarkannya hingga selesai SMA. Sering pula Mas Ajy menggenapi belanja kedua ibu bapaknya yang tak lagi berpenghasilan. Menurutnya, hitungan matematika gajinya barulah bisa mencukupi untuk hidup sederhana apabila gajinya dikalikan 3 kali dari jumlah yang diterimanya.

"Tapi, hidup kita tidak seluruhnya matematika dan angka-angka. Ada dimensi non matematis dan di luar angka-angka logis."

"Maksud Mas Ajy gimana, aku nggak ngerti?"

"Ya, kalau kita hanya tertuju pada gaji, kita akan menjadi orang pelit. Individualis. Bahkan bisa jadi tamak, loba. Karena berapa pun sebenarnya nilai gaji setiap orang, dia tidak akan pernah merasa cukup. Lalu dia akan berkata, bagaimana mau sedekah, untuk kita saja kurang."

"Kenyataannya memang begitu kan, Mas?" kata saya mengiayakan. "Mana mungkin dengan gaji sebesar itu, kita bisa hidup tenang, bisa sedekah. Bisa berbagi." Saya mencoba menegaskan pernyataan awalnya.

"Ya, karena kita masih menggunakan pola pikir matematis. Cobalah keluar dari medium itu. Oke, sekarang jawab pertanyaan saya. Kita punya uang sepuluh ribu. Makan bakso enam ribu. Es campur tiga ribu. Yang seribu kita berikan pada pengemis, berapa sisa uang kita?"

"Tidak ada. Habis," jawab saya spontan.

"Tapi saya jawab masih ada. Kita masih memiliki sisa seribu rupiah. Dan seribu rupiah itu abadi. Bahkan memancing rezeki yang tidak terduga."

Saya mencoba mencerna lebih dalam penjelasannya. Saya agak tercenung pada jawaban pasti yang dilontarkannya. Bagaimana mungkin masih tersisa uang seribu rupiah? Dari mana sisanya?

"Mas, bagaimana bisa. Uang yang terakhir seribu rupiah itu, kan sudah diberikan pada pengemis," saya tak sabar untuk mendapat jawabannya.

"Ya memang habis, karena kita masih memakai logika matematis. Tapi cobalah tinggalkan pola pikir itu dan beralihlah pada logika sedekah. Uang yang seribu itu dinikmati pengemis. Jangan salah, bisa jadi puluhan lontaran do'a keberkahan untuk kita keluar dari mulut pengemis itu atas pemberian kita. Itu baru satu pengemis. Bagaimana jika kita memberikannya lebih. Itu dicatat malaikat dan didengar Allah. Itu menjadi sedekah kita pada Allah dan menjadi penolong di akhirat. Sesungguhnya yang seribu itulah milik kita. Yang abadi. Sementara nilai bakso dan es campur itu, ujung-ujungnya masuk WC."

Subhanallah. Saya hanya terpaku mendapat jawaban yang dilontarkannya. Sebegitu dalam penghayatannya atas sedekah melalui contoh kecil yang hidup di tengah-tengah kita yang sering terlupakan. Sedekah memang berat. Sedekah menurutnya hanya sanggup dilakukan oleh orang yang telah merasa cukup, bukan orang kaya. Orang yang berlimpah harta tapi tidak mau sedekah, hakikatnya sebagai orang miskin sebab ia merasa masih kurang serta sayang untuk memberi dan berbagi.

Penekanan arti keberkahan sedekah diutarakannya lebih panjang melalui pola hubungan anak dan orangtua. Dalam obrolannya, Mas Ajy seperti ingin menggarisbawahi, bahwa berapa pun nilai yang kita keluarkan untuk mencukupi kebutuhan orangtua, belum bisa membayar lunas jasa-jasanya. Air susunya, dekapannya, buaiannya, kecupan sayangnya, dan sejagat haru biru perasaannya. Tetapi di saat bersamaan, semakin banyak nilai yang dibayar untuk itu, Allah akan menggantinya berlipat-lipat.

"Terus, gimana caranya Mas, agar bisa menyeimbangkan nilai matematis dengan dimensi sedekah itu?"

"Pertama, ingat, sedekah tidak akan membuat orang jadi miskin, tapi sebaliknya menjadikan ia kaya. Kedua, jangan terikat dengan keterbatasan gaji, tapi percayalah pada keluasan rizki. Ketiga, lihatlah ke bawah, jangan lihat ke atas. Dan yang terakhir, padukanlah nilai qana'ah, ridha, dan syukur".

Saya semakin tertegun. Dalam hati kecil, saya meraba semua garis hidup yang telah saya habiskan. Terlalu jauh jarak saya dengan Mas Ajy. Terlalu kerdil selama ini pandangan saya tentang materi. Ada keterbungkaman yang lama saya rasakan di dada. Seolah-oleh semua penjelasan yang dilontarkannya menutup rapat egoisme kecongkakan saya dan membukakan perlahan-lahan kesadaran batin yang telah lama diabaikan.

Ya Allah, saya mendapatkan satu untai mutiara melalui pertemuan ini. Saya ingin segera pulang dan mencari butir-butir mutiara lain yang masih berserak dan belum sempat saya kumpulkan.

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah [2] : 261). (Abdallah)

Dahsyatnya Sedekah

[Islamic World] - Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah? Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :

Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"

Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).

Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?" Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).

Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?" Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).

"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali bertanya para malaikta. Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).

Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?" Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya."

Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.

Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.

Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.

Apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas? Pada suatu hari datang kepada seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan bis yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di kurs-kursi di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua akhwat itulah. Keduanya mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis tersedu-sedu penuh syukur.

Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa? Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafazkan zikir.

Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah (keutamaan) bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.

Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu membangkang terhadap perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita tercermin amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira.

Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa. Demi Allah, semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya. Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak.

Dari pengalaman kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti diuraikan di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.

Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan sedekah. Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui," demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 261).

Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya, Rasulullah. Harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah."

"Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab Rasulullah.

Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya, Rasulullah. Saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya," ujarnya.

Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.

Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah tersebut? Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan pertaruhan antara hidup dan mati. Kendati begitu para sahabat tidak ada yang mendambakan mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan sangat menguntungkan mereka. Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu na’im telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah. Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!

Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!

Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan, sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini. (AA Gym)

Salah Sedekah

[Pitutur Web] - Siang itu seperti biasa selepas sholat Jum’at beberapa murid ngaji simbah mengumpulkan kotak infaq masjid untuk dihitung hasilnya. Di tengah asyik-asyiknya ngetung hasil infaq jum’at itu, dumadakan salah seorang pengurus masjid mendekati para penghitung infaq itu. Dia bilang :

“Anu, maap… tadi saya salah naruh uang infaqnya. Mau saya tuker dulu…. Tadi saya masupin uang limapuluh rebuan. Ini mau saya tuker yang duapuluh rebuan…” kata sesepuh sekaligus pengurus masjid itu pada para pemuda penghitung infaq.

Para pemuda penghitung infaq itu saling berpandangan ngempet ngguyu. Selepas si pengurus mesjid itu ngilang. Mereka serempak ngakak dengan perasaan tak habis pikir. Kok ya ada lho manungso jenis begini. Mau dilarang kok ya dia pengurus masjidnya. Lagian gak ada saksi apa benar dia masupin uang limapuluh rebuan, atau malah tadi cuma masupin seribuan. Ah sudahlah….. anggep saja dia jujur.

Begitulah watak dasar manusia. Untuk urusan infaq menginfaq atau shodaqoh, maka nilai limapuluh rebuan adalah angka mewah. Bahkan untuk ukuran sedekah jum’at pun itu masih termasup dalam kategori hebat. Hanya mereka yang bergaji sekian digit yang dianggap mampu melakukan itu. Tapi apakah betul shodaqoh kita yang kita cemplungkan ke kotak infaq itu merupakan limit kemampuan kita untuk menyedekahkannya??

Di satu rombongan pengojek yang sebagian besar hidupnya setengah kesrakat, simbah pernah mendengar satu pembicaraan yang menarik untuk disimak. Sebut saja Kang Sastro Cagak, dia tengah ngetuprus perihal kejadian yang barusan menimpanya.

“Wah, sial bener hari ini aku. Lha penumpang baru dapet tiga sudah dicegat pulisi. Lha mukmen (razia) kok gak bilang-nilang lho… edan tenan..!!” kata Kang Sastro Cagak geram.

“Keno piro kang..?” tanya Kang Pawiro Slenthem.
“Pulisine minta satus ewu… wah duite mbahe po..!! Akhirnya cuma tak kasih seket ewu ripis. Ha kok tujune pulisine gelem.. hahahaha.. Nggragas tenan jian… yo wis lah. Yang penting beres..” kata Kang Sastro Cagak tersenyum lebar menandakan kelegaannya.

Lihatlah dua contoh di atas! Pak pengurus masjid yang nyemplungin uang seket ewu ripis ke kotak inpak itu merasa angka seket ewu itu terlalu besar. Maka dia ralat angka shodakohnya dengan duapuluh rebu ripis. Tapi si tukang ojek yang status ekonominya mlarat ngempet itu, merasa plong dan lega kehilangan uang limapuluh rebunya. Padahal larinya duit si tukang ojek itu beraroma nyogok, sedangkan si pengurus mesjid itu nilainya sedekah.

Nggak tahu kenapa, saat duit kita mbablas angine di mal-mal, di gedung bioskop, di restoran-restoran, maka angka berapapun jarang kita sesali dan dianggep pantas untuk mbablas di situ. Namun di saat duit itu dipanggil oleh kotak sedekah, zakat, dan amal-amal sholeh lainnya, kita menganggap angka-angka yang besarnya sama dengan yang mbablas di mal-mal dan sejenisnya itu terlalu besar.

Padahal pada hakikatnya, harta kita yang sesungguhnya adalah yang kita belanjakan untuk amal kebaikan itu. Kalo yang hanya diniatkan buat makan, ujung muaranya di njumbleng. Yang buat pakaian, ujung muaranya jadi gombal mukiyo, atau setidaknya gombal amoh. Sedangkan yang ditumpuk-tumpuk di rekening Bank, ujung muaranya jatuh ke tangan ahli waris. Harta yang kita genggam adalah yang kita salurkan kepada amal sholeh yang diniatkan untuk mencari Ridho dari Gusti Allah yang telah memberi rejeki pada kita.

Untuk urusan sedekah, kita selalu merasa uang kita gak cukup buat sedekah. Apakah karena tidak mampu atau atau sebenarnya tidak mau, diri kitalah yang paling tahu. Satu ayat dalam Kitabullah menerangkan tingkat keparahan sifat kikir manusia :

“Katakanlah (wahai Muhammad), seandainya kalian menguasai khazanah perbendaharaan rahmat Tuhanku, maka kalian tentu akan menahannya (tak mau membagikannya) dikarenakan takut infaq. Dan adalah manusia itu sungguh amat kikir.” (S. Al Isra ayat 100)

Bahkan jika manusia menguasai seluruh harta di alam semesta ini, tetep saja kikir untuk mengeluarkannya. Maka sebenarnya tak ada satu alasan pun untuk tidak mengeluarkan sebgaian harta kita untuk berbagi dengan sesama yang diniatkan mencari ridho Illahi. Tidak usah nunggu sugeh mblegedhu buat sedekah. Gak usah nunggu digit gajinya naik kalo mau berbagi. Saat ini pun semua bisa melakukannya. Yang dibutuhkan bukan kemampuan, namun kemauan. Karena yang kita keluarkan untuk sedekah dan berbagi itu sebenarnya pasti diganti, baik di dunia maupun di akherat.

Belum pernah ada ceritanya orang mlarat dikarenakan sedekah. Kalo cerita tentang orang yang mlarat karena kikir, wah… rong ikrak tumplak. Maka janganlah pernah merasa bersalah karena telah bersedekah.

Sedekah Menolak Bencana

[Ressay Blog] - Suatu hari, teman saya bercerita bahwa dia pernah mengalami kecelakaan yang sangat mengerikan. Logika manusia berkata bahwa seharusnya ia meninggal, tetapi tidak. Dia selamat sehat wal afiat dan hanya mengalami luka ringan saja; istilahnya, ”nyawa balen”. Dia berkata, ”Saya tertabrak mobil dan terpental dari kendaraan lalu jatuh di dekat ban mobil yang menabrak saya. Saya merasakan rambut terjambak oleh ban mobil.” Di balik kisah itu, dia sedikit bertanya-tanya, ”apakah karena itu?” Bahwa di tengah perjalanan dia melihat seorang pemulung yang sudah tua, yang sedang sibuk membongkar sampah. Karena iba dia merogoh koceknya dan dia berikan semuanya kepada pemulung itu. Mungkin kita angap bahwa itu adalah keselamatan diri karena sebuah kebetulan. Tapi, tidak ada yang namanya sebuah kebetulan.

Dari Sayyid Ali Ar-Ridho, dari kakeknya Sayyid Ja’far Ash-Shodiq, dari kakeknya Sayyid Ali Zainal Abidin, dari kakeknya Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah Saw, bersabda: ”Sedekah melalui tangan itu dapat menghindarikan diri dari kematian yang tidak baik, menjaga diri dari tujuh puluh macam bencana.” Sebuah pesan penting didapat dari hadits ini, bahwa tidak ada peristiwa kebetulan, karena segala sesuatu pasti memliki sebab akibat, dan perilaku yang baik akan menghasilkan buah perilaku yang baik pula.

Dari kisah teman saya di atas, ternyata sedekah dapat merubah nasib atau perjalanan hidup seseorang; sebenarnya tidak hanya sedekat, tetapi doa dan silaturahmi juga dapat merubah takdir kita. Hal ini tidak seperti yang sering kita dengar, bahwa: jodoh, mau, nasib sudah digariskan Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat sehingga jika kita mengalami senang dan sengsara karena Tuhan yang menghendakinya. Sungguh, sebenarnya manusia mampu mengubah jalan hidupnya dengan perbuatan baik, sedekah, silaturahmi, tobat, istighfar, dan rasa syukur. Bisa dikatakan bahwa kita bisa memilih takdir kita sendiri (dengan doa yang disertai sedekah); sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi Yunus yang berdoa dan bertaubat sehingga terhindar dari murka Allah. Begitu juga dnegan silaturahmi yang dapat memanjangkan umur. Al-Kulaini meriwayatkan, dari Abu Hasan berkata, ”Orang yang dapat melakukan silaturahmi Allah akan memanjangkan umurnya tiga puluh tahun.” Allah juga telah berfirman, ”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. 13:11)

Alkisah, Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah didatangi seseorang yang mengeluh karena perniagaannya yang terus merugi. Dia bertanya tentang apa yang harus dilakukannya. Sayyidina Ali lalu memberi resep yang berbunyi, ”Berniagalah engkau dengan Allah.” Berniaga dengan Allah adalah dengan memperbanyak sedekah; setiap kita bersedekat berarti kita meminjami Allah dan Allah membayarnya dengan berlipat ganda seperti dalam surat Al-Baqarah 245: ”Siapa yang memberikan pinjaman yang berarti kepada Allah, niscaya Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya yang banyak sekali dan Allah sanggup mempersulit dan melapangkan rizki dan kepadaNya kamu dikembalikan.” Dengan demikian kita dapat menghindari bencana kerugian dengan bersedekah.

Pengalaman, kisah dan sejarah telah mengajarkan kepada kita, bahwa ternyata sedekah mampu memiliki daya rubah yang luar biasa. Seperti kisah yang sering kita dengar; dimana seorang pelacur masuk surga hanya lantaran memberi sedekah air kepada seekor anjing yang kehausan. Dia terbebas dari bencana neraka karena sedekahnya. Dari kita itu kita semakin yakin bahwa sedekah memang memiliki kemampuan untuk merubah dan menolak bencana. Akan sia-sia jika kita memandang sedekah sebagai hal yang hanya sekedar mengurangi saldo. Dan hanya pada-Nya kita semua akan kembali. Wallahu a’lam. (Sumber: Buletin Dakwah Pelita Hati Nomor: 03, Edisi: 10, 30 Desember 2)

Tentang Sedekah

[Republika] - Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu' (sedekah secara spontan dan sukarela).

Di dalam Alquran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum Muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud adalah firman Allah SWT yang artinya: ''Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.'' (QS An Nisaa [4]: 114). Hadis yang menganjurkan sedekah juga tidak sedikit jumlahnya.

Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Di samping sunah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.

Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu' berbeda dengan zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut.

Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya; ''Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai...'' (QS Ali Imran [3]: 92).

Pahala sedekah akan lenyap bila si pemberi selalu menyebut-nyebut sedekah yang telah ia berikan atau menyakiti perasaan si penerima. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya yang berarti: ''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima.'' (QS Al Baqarah [2]: 264). (dam/disarikan dari buku Ensiklopedi Islam)

Manfaat Sedekah : Kematian Bisa Diundur

[Tausyiah 275] - Kematian memang di tangan Allah. Maka ada satu hal yang bisa membuat kematian menjadi sesuatu yang bisa ditunda, yaitu kemauan bersedekah, kemauan berbagi dan peduli.

SUATU hari, Malaikat Kematian mendatangi Nabiyallah Ibrahim, dan bertanya, “Siapa anak muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim?” “Yang anak muda tadi maksudnya?” tanya Ibrahim. “Itu sahabat sekaligus muridku.”

“Ada apa dia datang menemuimu?” “Dia menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan pernikahannya besok pagi.” “Wahai Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai besok pagi.” Habis berkata seperti itu, Malaikat Kematian pergi meninggalkan Nabiyallah Ibrahim. Hampir saja Nabiyallah Ibrahim tergerak untuk rriemberitahu anak muda tersebut, untuk menyegerakan pernikahannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu besok. Tapi langkahnya terhenti. Nabiyallah Ibrahim memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah.

Esok paginya, Nabiyallah Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa anak muda tersebut tetap bisa melangsungkan pernikahannya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Nabiyallah Ibrahim malah melihat anak muda ini panjang umurnya.

Hingga usia anak muda ini 70 tahun, Nabiyallah Ibrahim bertanya kepada Malaikat Kematian, apakah dia berbohong tempo hari sewaktu menyampaikan bahwa anak muda itu umurnya tidak akan sampai besok pagi? Malaikat Kematian menjawab bahwa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut, tapi Allah menahannya.

“Apa gerangan yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak muda tersebut, dulu?” “Wahai Ibrahim, di malam menjelang pernikahannya, anak muda tersebut menyedekahkan separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup.”

Saudara-saudaraku, pembaca “Kajian WisataHati” dimanapun Anda berada, kematian memang di tangan Allah. justru itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu lewat kalam Rasul-Nya, Muhammad shalla `alaih bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur. jadi, bila disebut bahwa ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu adalah…sedekah.

Maka, tengoklah kanan-kiri Anda, lihat-lihatlah sekeliling Anda. Bila Anda menemukan ada satu-dua kesusahan tergelar. maka sesungguhnya Andalah yang butuh pertolongan. Karena siapa tahu kesusahan itu digelar Allah untuk memperpanjang umur Anda. Tinggal apakah Anda bersedia menolongnya atau tidak. Bila bersedia, maka kemungkinan besar memang Allah akan memanjangkan umur Anda.

Saudara-saudaraku sekalian, tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan ajalnya akan sampai. Dan, tidak seseorangpun yang mengetahui dalam kondisi apa ajalnya tiba. Maka mengeluarkan sedekah bukan saja akan memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal dalam keadaan baik. Bukankah sedekah akan mengundang cintanya Allah? Sedangkan kalau seseorang sudah dicintai oleh Allah, maka tidak ada masalahnya yang tidak diselesaikan, tidak ada keinginannya yang tidak dikabulkan, tidak ada dosanya yang tidak diampunkan, dan tidak ada nyawa yang dicabut dalam keadaan husnul khatimah.

Mudah-mudahan Allah berkenan memperpanjang umur, sehingga kita semua berkesempatan untuk mengejar ampunan Allah dan mengubah segala kelakuan kita, sambil mempersiapkan kematian datang.

Sampai ketemu di pembahasan berikutnya. Insya Allah, kita masih membahas “sedikit tentang menunda umur, tapi kaitannya dengan kesulitan-kesulitan hidup yang kita hadapi “. (Yusuf Mansur).

“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan” (An-Nisaa: 78)

Keutamaan Sedekah Bagi Seorang Muslim

[Pikiran Rakyat] - Bapak ustaz yang saya hormati, di dalam Alquran ada disebut kata sedekah. Apa keutamaan sedekah bagi Muslim? (Yudha, Bandung)

Saudara Yudha yang berbahagia, semoga Saudara senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Sedekah adalah pemberian dari seorang Muslim secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi waktu dan jumlah (haul dan nishab) sebagai kebaikan dengan mengharap rida Allah. Dari segi bentuknya, sedekah sesungguhnya tidak dibatasi pemberian dalam bentuk uang, tetapi sejumlah amal kebaikan yang dilakukan seorang Muslim, termasuk sedekah sebagaimana hadis dari Abu Musa r.a. berkata bahwa nabi saw. bersabda, ”Tiap Muslim wajib bersedekah.”

Sahabat bertanya, ”Jika tidak dapat?” Nabi menjawab, ”Bekerjalah dengan tangannya yang berguna bagi dirinya dan ia dapat bersedekah.” Sahabat bertanya lagi, ”Jika tidak dapat,” jawab Nabi, ”Membantu orang yang sangat membutuhkan.” Sahabat bertanya lagi, ”Jika tidak dapat?” Jawab Nabi, ”Menganjurkan kebaikan.” Sahabat bertanya lagi, ”Jika tidak dapat?” Nabi menjawab, ”Menahan diri dari kejahatan, maka itu sedekah untuk dirinya sendiri.”

Hadis tersebut menggambarkan 4 tingkatan. Pertama, bekerja dan berusaha dengan kemampuannya sehingga ia mendapat keuntungan dan dari keuntungan itu ia dapat bersedekah. Keutamaan seorang Muslim jika ia bekerja dengan tekun penuh keikhlasan, ia akan kuat secara ekonomi yang dipandang oleh Allah lebih baik dan lebih dicintai. Kepada Muslim yang diberi rezeki oleh Allah kemudian ia menyedekahkannya di jalan Allah kita patut meneladaninya sebagaimana hadis dari Abdullah bin Mas’ud riwayat Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah bersabda, tidak ada iri hati yang diperbolehkan, selain terhadap dua hal, yaitu, terhadap seorang Muslim yang dianugerahi harta benda dari Allah, lalu tergeraklah hatinya untuk menghabiskannya menurut jalan yang hak dan terhadap seorang Muslim yang telah diberi ilmu yang bermanfaat oleh Allah, lalu ia menggunakannya untuk mengadili manusia dan mengajarkannya.”

Kedua, membantu orang yang sangat butuh bantuan. Sangat dianjurkan sebagai salah satu bentuk kepedulian kemanusiaan, Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 280, ”Dan jika orang yang berutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia memiliki kelapangan dan kemampuan. Dan bersedekahlah sebagian atau seluruh piutangnya itu lebih baik bagimu jika kamu betul-betul tahu.”

Ketiga, menyuruh kepada kebaikan. Kebaikan yang dilakukan oleh seseorang karena perintah dari seorang Muslim akan menjadi sedekah karena siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka seolah-olah ia melakukan kebaikan sebagaimana seseorang melakukan kebaikan. Keempat, menahan diri dari perbuatan yang buruk yang dapat menjerumuskan seseorang pada kezaliman sebagai bentuk sedekah, karena menahan diri adalah sikap yang cukup sulit untuk dilakukan dan hanya orang yang sudah terlatih saja yang akan mampu menahan diri dari segala bentuk kejelekan. Sedangkan latihan menahan diri hanya dapat dilakukan oleh orang yang sedang berpuasa.

Dari penjelasan hadis di atas, sedekah tidak mesti dengan hanya mengeluarkan sejumlah materi atau uang, tetapi semua amal kebajikan yang dilakukan seorang Muslim, seperti menciptakan kebersihan lingkungan, bersikap santun, memberikan pendidikan agama kepada anak dan istri dan bahkan memberikan senyuman pun adalah sedekah (H.R. Baihaqi).

Sedangkan keutamaan sedekah di bulan Ramadan berdasarkan argumentasi sebagai berikut. Pertama, bersedekah mesti dalam keadaan sehat dan sangat ingin karena sedekah yang dilaksanakan pada saat menjelang kematian tidak ada gunanya. Hadis dari Abu Hurairah yang diriwayatkan Al-Bukhari bahwa seseorang berkata kepada Nabi saw., ”Sedekah yang mana yang lebih utama itu?” Nabi bersabda, ”Engkau bersedekah dalam keadaan sehat (shahih) dan berkeinginan (harish).”

Dan dalam riwayat lain bahwa orang kikir yang mengharap kaya dan takut miskin, kemudian menunda hingga roh (nyawa telah sampai ke tenggorokan, lalu berkata, ”Harta ini untuk si fulan dan untuk si fulan lain padahal harta kekayaan di waktu itu hampir berpindah ke tangan ahli waris.

Kedua, ada jaminan surga dari Allah bahwa sedekah akan melindunginya di hari perhitungan. Dalam riwayat Ibnu Hibban dan Hakim dari ‘Uqbah ia mendengar Rasulullah bersabda, ”Setiap orang bernaung di bawah perlindungan sedekahnya hingga ditetapkan hisab (perhitungan) di antara manusia di yaumil akhirat.” Kemudian keutamaan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Ketiga, apa yang kita berikan di bulan Ramadan, maka ganjarannya sebanyak orang yang berpuasa. Hadis dari Zaid bin Khalid Al-Juhny yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi, bahwa Rasulullah bersabda, ”Barang siapa memberi makan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa, maka ia mendapat ganjaran sebanyak orang yang berpuasa, tidak kurang sedikit pun.”

Bersedekah merupakan aktivitas seorang Muslim yang memiliki sifat keutamaan, karena ketinggian derajat seorang Muslim ditentukan oleh sebesar dan sejauh mana ia memiliki kepedulian dan kepekaan sosial kepada Muslim yang lainnya. (Drs. H.A. Hasan Ridwan, M.Ag.)**

Dahsyatnya Sedekah

[Muallaf Center] - Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala, dan melipatgandakan rezeki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji.

Suatu hari datanglah dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita tentang sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bus antarkota, beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan, bus yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua akhwat itulah yang selamat dengan tidak terluka sedikit pun.

Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat? Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya waktu itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafadzkan zikir.

Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, inilah sebagian dari keutamaan bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya pada saat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka. ALLAH adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang hampir setiap desah napas selalu membangkang perintah-Nya, Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira. Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, pasti akan kembali kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada di genggaman kita. Demi Allah, semuanya datang dari Allah yang Mahakaya. Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh keikhlasan. Kemudian kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak.

Dari pengalaman kongkret kedua akhwat di atas, dengan penuh keyakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya. Boleh jadi, inilah yang menyebabkan Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan sedekah. Saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW, Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah: 261).

Seruan Rasul itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya Rasulullah, harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah". "Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab Rasulullah SAW. Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya Rasul, saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya," ujarnya. Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam. Kenapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan untuk bersedekah? Tiada lain karena mereka yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya.

Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala, dan pelipat ganda rezeki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah! Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Rasul sendiri membuat perbandingan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? 'Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?'. Allah menjawab, 'Ada, yaitu besi'.

Para malaikat pun kembali bertanya, 'Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?'. Allah menjawab, 'Ada, yaitu api'. Bertanya kembali para malaikat, 'Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?'. Allah menjawab, 'Ada, yaitu air'. 'Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?,' tanya para malaikat. Allah pun menjawab, 'Ada, yaitu angin'. Akhirnya para malaikat bertanya lagi, 'Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?'. Allah yang Mahagagah menjawab, 'Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya'." Wallahu a'lam bish-shawab. ( KH Abdullah Gymnastiar )

Sabtu, 13 Oktober 2007

Memberi Manfaat Kepada Orang Lain – Bisakah Kita?

[Dadang Kadarusman Dotcom] - Dijaman ketika hidup tidak terlampau mudah seperti saat ini; memikirkan diri sendiri bisa jadi sudah merupakan warna paling kentara dalam keseharian kita. Padahal, memikirkan diri sendiri merupakan cikal bakal munculnya sikap mementingkan diri sendiri. Dan ketika seseorang sudah mementingkan dirinya sendiri; maka lupakanlah keberadaan sendi-sendi pengikat yang menghubungkan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Sebab, ketika setiap orang sudah mementingkan diri sendiri; tidaklah mungkin mereka bersedia mendengarkan suara yang sayup berbisik melalui hati nurani. Jangan tanyakan lagi apa pedulimu kepada orang lain. Sebab, tanpa hati nurani, kepedulian kepada orang lain sudah dengan sendirinya berubah menjadi jenazah, yang tak mungkin kunjung bangkit hidup kembali. Sementara itu, dibelahan bumi kerontang hampir seribu lima ratus tahun yang lalu, konon seorang bijak berkata: Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak memberi manfaat kepada orang lain. Mungkinkah dijaman ini kita bisa menjadi manusia yang ’sebaik-baiknya’ itu?

Memberi. Sebuah kata yang penuh misteri. Mengapa kita harus memberi kalau hidup kita sendiri saja sudah sesusah ini? Sebuah pertanyaan yang beralasan. Terutama jika hidup kita sudah diliputi oleh semangat materialisme yang membutakan hati. Dengan demikian, sudah pasti hanya sedikit manusia yang bisa memberi kepada orang lain. Berapa pendapatan anda? Dijaman ini, anda yang berpendapatan 5 juta rupiah atau lebih sudah menjadi bagian elit yang konon tidak lebih dari 3% saja dari seluruh pegawai di Indonesia. Pendapatan resmi yang saya maksudkan. Jika pendapatan anda kurang dari 5 juta; dengan dua atau tiga orang anak, bagaimana anda mengelolanya – dan terutama bagaimana anda bisa memberi sebagian dari pendapatan itu untuk menjadi manfaat bagi orang lain? Sulit sekali bukan? Kita tidak sempat lagi memberi manfaat kepada orang lain. Maaf. Tapi, ya memang begitulah mekanisme berpikir materialistik kita. Betapa Tuhan berpihak kepada orang-orang kaya!

Tapi…, besar atau kecilnya nilai pendapatan tidak selalu melahirkan perbedaan bermakna atas sikap kita. Sekalipun, misalnya, pendapatan kita lebih tinggi dari itu, bahkan puluhan juta sekalipun. Atau mungkin anda, ada yang berpendapatan ratusan juta sebulan. Pada situasi seperti itu, kita bisa saja terjebak dalam bentuk ketidakberdayaan lain. Bukankah kadang kita masih menganggap bahwa pajak itu menghapuskan zakat? Sehingga kita merasa tidak lagi perlu membayar zakat karena – menurut kita – pajak sudah dengan sukarela atau terpaksa dibayarkan. Batin kita serasa sesak kalau melihat besaran angka pajak yang dipotong langsung di lembar kertas gajian kita. Lalu, sebuah serapah melompat dari mulut kita: Jalan didepan rumah gue, tetap saja gue-gue juga yang ngebenerin! Sedekah? Tanyakan saja kepada pemerintah. Bukankah mereka yang memungut uang pajak kita? Bahkan sebelum kita mencicipi hasil peras keringat itu. Semuanya sudah all in one. Lihatlah, Tuhan telah salah memilih orang. Tapi, setidaknya, mereka yang diberi Tuhan lebih banyak uang memiliki lebih banyak peluang. Untuk memberi manfaat kepada orang lain. Sekali lagi, Tuhan berpihak kepada orang-orang kaya!

Hey tunggu dulu; apa iya demikian? Jika Tuhan hanya memberi ruang kepada mereka yang banyak uang; apa bedanya Dia dengan penguasa lalim? Akui saja kalau kita sering terjebak dalam pandangan bahwa memberi selalu berurusan dengan materi. Tidak lebih dari itu. Kita lupa, bahwa banyak hal non-material yang bisa kita berikan kepada orang lain. Dan itu memberi manfaat kepada mereka. Bahkan konon katanya, tersenyum saja sudah senilai dengan sedekah. Tentu saja senyum yang tulus. Lantas, jika ternyata Tuhan menyediakan ruang untuk memberi manfaat kepada orang lain itu melalui begitu banyak jalan; indah rupanya itu semua. Indah memberi manfaat kepada orang lain itu adanya. Karena, sekalipun kita termasuk jenis manusia-manusia dengan pendapatan yang pas-pasan – misalnya – kita tidak pernah kehilangan ruang untuk memberi manfaat kepada orang lain – supaya kita bisa menjadi sebaik-baiknya manusia.

Jika saya tidak punya uang; bolehkah saya memberi manfaat kepada orang lain dengan tenaga saya? Jika saya tidak memiliki tenaga yang besar, bolehkah saya memikirkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain? Duh, maaf. Saya bukan orang pintar. Tak mungkin saya bisa berpikir sejenius itu. Bahkan nilai matematika saya saja berwarna merah; bolehkah saya memberi manfaat kepada orang lain dengan mengatakan kepada mereka; anda orang yang diberkahi. Benar. Anda adalah orang-orang yang diberkahi. Anda mendapatkan bentuk tubuh yang indah. Tampan dan cantik. Dan menawan. Bisakah keindahan itu memberi manfaat kepada orang lain? Tidak. Saya tidak tampan. Jauh dari kata tampan. Bolehkah saya menampankan perilaku saya agar tak seorangpun terusik oleh tingkah dan langkah saya?

Tolong ijinkan saya untuk memberi manfaat kepada orang lain. Agar saya tidak kehilangan kesempatan untuk menjadi manusia sebaik-baiknya. Tolong. Karena bahkan saya tidak tahu bagaimana caranya. Tolong. Karena saya tidak memiliki apapun yang bisa diberikan kepada orang lain. Jangan tanya berapa pendapatan saya, karena bahkan sebelum tanggalan dikalender menuju ke bulan tua; hati saya sering gundah – bisakah anak dan istri saya mendapatkan nafkah. Nafkah yang halal, maksud saya. Jangan tanya apa yang bisa saya kontribusikan karena bahkan selama ini saya masih mengharapkan seseorang datang dan menolong saya agar terbebas dari segala kesulitan. Saya mau. Saya mau memberi manfaat kepada orang lain. Tapi tolong. Saya tidak tahu bagaimana melakukannya. Tetapi, jika itu boleh dengan sesuatu yang bukan uang, mungkin saya bisa. Iya. Setidaknya, saya akan memberi manfaat kepada orang lain dengan cara tidak membuat mereka menjadi sulit. Jika saya tidak membuat orang lain susah; apakah bisa diterima itu sebagai pemberian bagi mereka? Jika saya tidak menjadikan orang lain kesulitan karena saya, bisakah saya menjadi sebaik-baiknya manusia? Bukankah saya boleh mengatakan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah orang yang tidak menyulitkan orang lain. Ah, entahlah. Itu urusan Tuhan saja. Jika Tuhan setuju, mungkin saya bisa menjadi sebaik-baiknya manusia, dengan tidak menyulitkan orang lain. Barangkali. Sebut saja itu cara paling murah. Paling lemah. Tapi, belum tentu selalu paling mudah.

Ngomong-ngomong, tahukah anda, siapa orang bijak yang mengatakan ”Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak memberi manfaat kepada orang lain” itu? Anda benar, nama kecil beliau adalah ’Ahmad’. Seorang anak yatim, kemudian piatu. Sang gembala domba milik majikannya. Dan benarlah apa yang dikatakannya bahwa: Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak memberi manfaat kepada orang lain. Sebab, ketika seorang manusia mampu memberi manfaat kepada orang lain, maka tak seorangpun akan menyimpan dendam kepadanya. Mereka rela kepadanya. Mereka ikhlas menerima keberadaan orang itu. Hingga tak seorangpun dimuka bumi ini yang memiliki keinginan kecuali agar orang yang memberi manfaat itu tetap hidup. Tetap ada bersama mereka. Selalu mendampingi mereka. Selamanya. Dan ketika seorang manusia mampu memberi manfaat kepada orang lain, maka tak akan pernah ada kebencian dihati orang-orang kepadanya. Selalu ada maaf, bahkan ketika dia belum hendak memintanya.

Selalu ada pengampunan, bahkan jauh sebelum dia melakukan kesalahan. Selalu ada. Selalu ada. Selama-lamanya. Dan ketika seorang manusia mampu memberi manfaat kepada orang lain, maka sesungguhnya dia telah menjadi sebuah tangan yang mewakili Tuhan, kapan saja ketika Dia hendak menolong umatnya. Dan, begitulah tujuan Tuhan menciptakan manusia, bukan? Untuk memberi manfaat kepada manusia lainnya. Jika tujuan penciptaan itu tercapai; maka setiap orang yang pernah mendapatkan manfaat darinya akan senantiasa mensucikannya. Mengiringinya dengan doa penuh kesucian. Dan jika tujuan penciptaan itu tercapai; maka menjelmalah manusia itu sebagai manusia yang suci. Suci seperti ketika dia dilahirkan oleh sang bunda. Suci, seperti ketika Tuhan meniupkan ruh kedalam dirinya. Suci. Karena setiap manusia diciptakan dalam keadaan suci. Dan tangan Tuhan yang maha suci akan selalu terbuka untuk menyambut kedatangan manusia suci itu kembali kepadaNya dalam keadaan suci. Suci. Suci. Sehingga tak setitikpun noda yang tersisa didalam dirinya. Suci. Karena diri ini ingin kembali menghadap sang maha suci. Pulang, kesebuah rumah bernama fitrah. Direngkuh. Dan diraih. Oleh sebuah tangan yang suci. Dan berkumpul kembali. Dengan. Orang-orang. Yang Suci.