Rabu, 02 April 2008

Memberi Dengan Tulus

[Defri Mardinsyah] - Seorang kawan yang cukup lama saya kenal, hari jumat yang lalu kembali melakukan ritual yang selalu dilakukan sejak saya mengenalnya sekitar 8 s/d 10 tahun yang lalu. Ritualnya itu adalah menghubungi saya untuk meminta bantuan. Kawan itu mau minta tolong untuk dibantu proses pembuatan kartu kredit, karena sang istri mau melahirkan anak ke 3.

Kalau ritual itu sedang berlangsung, sering tergiang-giang teguran dari teman lain yang memberikan gelar “bego” pada diri ini. Kalimatnya kurang lebih seperti ini :

“ Bego loe, dia kan Cuma manfaatin elo, apa yang dikatakannya kepada itu bo’ong semua, elo dapat apa sih dari dia, udah gak usah diladenin, cuekin aja “

Bukannya bermaksud menghitung-hitung, tapi hanya sebagai bahan untuk sharing, memang komentar itu benar adanya. Semua hubungan dengan kawan yang satu ini hanya memanfaatkan pertemanan sebagai sarana untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan disisi lain beliau ini memberikan informasi-informasi ataupun angin surga, yang pada dasarnya hanya tipuan belaka. Walaupun yang diminta bukan berupa materi. Tetapi perasaan merasa dimanfaatkan ini kadang cukup menyakitkan. Tetapi karena memang hati ini selalu mencoba memberi secara tulus dan ikhlas akhirnya perasaan itu pupus dengan sendirinya.


Tantangan lain adalah bahwa kondisi dimana apabila kita bekerja disebuah perusahaan, kemudian sebagai salah satu anggota tim, kita harus bekerja sama dengan anggota tim yang lain. Sering kali kita harus memberikan training gratis atau Supporting motivasi kepada rekan sejawat ataupun tim lainnya. Walaupun apa yang kita berikan tersebut bukanlah satu-satunya komponen keberhasilan mereka, tetapi apa yang kita berikan tersebut merupakan faktor yang dominan. Misalnya apa yang dialami diri ini, pelaku utama yang sangat bertanggung jawab atau peningkatan kemampuan dalam penggunaan Excel adalah Pak Fauzi, beliau juga yang mengajak untuk tandem menulis buku. Sang Guru ini yang menjadi faktor utama yang menunjang pekerjaan yang saya lakukan saat ini,( walaupun gaji dan jabatan belum naik-naik :)

kalau kita yang menjadi pihak yang memberi, kemudian setelah keberhasilan itu diperoleh, dalam bentuk kenaikan gaji ataupun pangkat, atau bahkan sang kawan ataupun anak buah kita itu bisa melebihi jabatan dan jumlah gaji yang kita terima, kalau hal itu masih kurang cukup, mungkin bisa ditambahkan bahwa si kawan itu menjadi orang yang bersikap mencari-cari kesalahan diri kita, dan kemudian dari laporan tersebut, kita mendapat teguran dari atasan. Kalau hal yang dianggap sebagai suatu kesalahan, adalah suatu kesalahan, berarti sang kawan berjasa untuk meningkatkan kemampuan dan ketelitian diri. Tetapi jika kesalahan itu hanya kesalah mengertian dari atasan terhadap kondisi yang sebenarnya, dan hanya karena kedekatan sang kawan dengan atasan sehingga si atasan lebih mendengarkan informasi dari kawan kita itu

bagaimana kita menghadapinya ?

Yang perlu diyakini adalah bahwa rezeki itu ada ditangan Yang Kuasa. Kalau kita memberi dengan tulus, yakinlah bahwa pemberian tersebut akan kembali kepada kita, walaupun tidak melalui orang yang kita beri.


Jadi kesimpulannya, marilah kita memberi dengan tulus.