tag:blogger.com,1999:blog-52892582617566518302024-03-13T15:24:53.964-07:00Forum SedekahBersyukur itu Nikmat, Berbagi itu IndahUnknownnoreply@blogger.comBlogger33125tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-30759653559839580132008-06-10T08:21:00.000-07:002008-07-15T08:22:40.421-07:00Belajar Bersyukur<a href="http://trewelu.multiply.com/journal/item/41"><strong>[My Way Home]</strong> </a>- Beberapa waktu yang lalu suamiku membelikanku makanan di Jurong Point. Yang pertama kwetiau goreng -- makanan favorit pertamaku di pulau kecil ini. Yang kedua daging sapi dengan bumbu mentega, entah apa namanya. Aku mengenal kwetiau goreng ini dari temanku yang pernah lama tinggal di Singapura. Sebelumnya lidahku sulit untuk mentolerir rasa masakan di kandang singa, hingga satu sendok icip-icip yang kemudian menyebabkan aku jatuh hati pada si kwetiau goreng ini. Padahal kalau kata suamiku sih, rasanya biasa saja. Dengan cepat si kwetiau goreng pun habis dalam dua kali makan -- siang dan sore. Porsi makanan di sini memang terlalu banyak untuk lambungku yang sepertinya memang ukurannya kalah jauh dibandingkan orang lokal. Tapi karena aku makannya berbagi dengan Eka (via ASI), aku jadi cepat lapar dan sering makan dengan porsi yang tidak terlalu besar.Dulu waktu masih di Bandung, aku sering membeli sapi goreng mentega di Mulya Cirebon Chinese Food (MCCF). Porsinya cukup banyak sehingga biasanya aku berbagi dengan temanku yang kebetulan porsi makannya tidak beda jauh denganku. Sapi goreng menteganya MCCF kuat di rasa manisnya. Aku sudah lupa apakah dari pertama aku suka rasanya atau tidak, tapi yang jelas menurutku rasanya bisa dibilang cocok di lidahku. Karena sudah terdoktrin dengan rasa sapi goreng menteganya MCCF, kukira daging sapi bumbu mentega yang dibelikan oleh suamiku rasanya manis juga. Ternyata tidak, sehingga aku tidak bisa menikmatinya ketika pertama kali mencicipinya. Karena porsinya banyak juga, aku sisakan sebagian lainnya untuk kumakan esok hari. Keesokan harinya aku makan daging sapi bumbu mentega tersebut setelah kupanasi dengan microwave oven. Aku sudah tahu kalau rasanya tidak manis, jadi aku tidak berharap lagi rasanya manis. Entah mengapa, apakah karena aku lapar atau memang seleraku jadi berubah, kali ini kurasakan si sapi mentega menjadi lebih enak daripada kemarin. Mungkin juga karena harapanku sudah kuubah setelah aku merasakan sapi mentega ini kemarin.Lha terus apa hubungannya dengan bersyukur?Setelah kupikir-pikir, bagaimana si sapi mentega ini kemudian menjadi enak di lidahku itu seperti kalau kita bersyukur. Misalnya kita mengalami kejadian yang kita anggap tidak baik. Setelah kita pikir dan renungkan kembali, ternyata kejadian itu adalah hal yang terbaik bagi kita. Karena Allah tahu itu baik buat kita, maka kejadian itulah yang dihadapkan kepada kita. Pada saat kita bisa mengambil hikmah itulah kita ada dalam posisi bersyukur. Sebagaimana pada saat itulah otakku sudah bisa menerima rasa si sapi mentega Jurong Point.Bagaimana kalau kita tidak bersyukur?Selamanya kita akan menganggap bahwa kejadian itu tidak baik buat kita. Kita akan selalu kecewa dan mengingatnya sebagai hal yang buruk. Terus apa untungnya? Tidak ada untungnya kalau kita tidak bersyukur. Si sapi mentega akan selamanya terasa tidak enak.Jadi pilih mana? Ya pilih yang untung lah... :DDari si sapi mentega ini aku mendapatkan bahwa kita bisa bersyukur dengan cara mengubah harapan kita. Kalau aku tetap berharap si sapi mentega ini berasa manis, tentu aku tidak akan bisa merasakan enaknya si sapi mentega ini keesokan harinya. Tapi karena aku sudah menerima bahwa si sapi mentega ini tidak berasa manis, maka aku bisa merasakan bagaimana si koki meramu bumbu sapi mentega dengan pas. Tidak terlalu asin, tidak pula hambar.Terus, ngelamunnya berkelanjutan nih, ceritanya...Jadi inget tentang keterpakaian perangkat lunak alias software usability yang sangat bergantung pada tabiat si pemakai. Kalau si pemakai ini belum pernah mencicipi alat bantu bernama sapi mentega, mungkin dia akan senang-senang saja melahap si sapi mentega ini dan akhirnya terdoktrin bahwa yang bernama sapi mentega tampangnya harus seperti itu, asinnya sekian, manisnya sekian, kalo ditelan akan demikian. Akan repot kalau dia sudah pernah mencicipi sapi mentega produksi lain. Mungkin pertama kali dia akan merasa kagok dengan rasa si sapi mentega karena dia berharap kadar keasinan dan kemanisannya berbeda dengan yang diberikan. Kalau si pemakai ini orang yang mudah bersyukur, mungkin dia akan kemudian mudah menerima rasa sapi mentega yang lain dari yang biasa dia lahap. Kalau si pemakai ini tidak mau bersyukur dan tetap mengharapkan rasa sapi mentega hasil produksi pabrik anu, kasian deh yang udah capek-capek bikin... :D Tapi apa iya, untuk bisa menghasilkan sapi mentega yang enak kita harus menanyakan rasa yang diharapkan ke setiap calon pelahap? Jangan-jangan malah kacau rasanya nanti. Yang penting adalah pelahap berkualitas seperti juri di lomba-lomba masak yang entah bagaimana dapatnya. Bagaimana dengan 'mendidik calon pemakai menjadi orang yang lebih bersyukur'? Hmmm, sepertinya mengikutkan calon pemakai dalam program peningkatan ESQ bisa berguna. Ada yang pernah mencoba?Ah sudahlah, daripada mikir gak jelas, mending ngeliatin Eka lagi bobok nyenyak. :)Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-38872641868742963122008-04-02T00:59:00.000-07:002008-07-14T01:01:48.521-07:00Memberi Dengan Tulus<div style="font-family: arial;" class="snap_preview"><p style="margin: 0pt;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><a href="http://defrimardinsyah.wordpress.com/2008/04/02/memberi-dengan-tulus/"><span style="font-weight: bold;">[Defri Mardinsyah]</span></a> - Seorang kawan yang cukup lama saya kenal, hari jumat yang lalu kembali melakukan ritual yang selalu dilakukan sejak saya mengenalnya sekitar 8 s/d 10 tahun yang lalu. Ritualnya itu adalah menghubungi saya untuk meminta bantuan. Kawan itu mau minta tolong untuk dibantu proses pembuatan kartu kredit, karena sang istri mau melahirkan anak ke 3. </span></p> <p style="margin: 0pt; text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">Kalau ritual itu sedang berlangsung, sering tergiang-giang teguran dari teman lain yang memberikan gelar “bego” pada diri ini. Kalimatnya kurang lebih seperti ini : </span></p> <p><span style="font-size:100%;"> </span><span style="font-size:100%;"><i><span style="color: blue;">“ Bego loe, dia kan Cuma manfaatin elo, apa yang dikatakannya kepada itu bo’ong semua, elo dapat apa sih dari dia, udah gak usah diladenin, cuekin aja “<span id="more-19"></span></span></i></span><span style="font-size:100%;"> </span></p> <p style="margin: 0pt; text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">Bukannya<span> </span>bermaksud menghitung-hitung, tapi hanya sebagai bahan untuk sharing, memang komentar itu benar adanya. Semua hubungan dengan kawan yang satu ini hanya memanfaatkan pertemanan sebagai sarana untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan disisi lain beliau ini memberikan informasi-informasi ataupun angin surga, yang pada dasarnya hanya tipuan belaka. Walaupun yang diminta bukan berupa materi. Tetapi perasaan merasa dimanfaatkan ini kadang cukup menyakitkan. Tetapi karena memang hati ini selalu mencoba memberi secara tulus dan ikhlas akhirnya perasaan itu pupus dengan sendirinya.</span></p> <p style="margin: 0pt; text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><br />Tantangan lain adalah bahwa kondisi dimana apabila kita bekerja disebuah perusahaan, kemudian sebagai salah satu anggota tim, kita harus bekerja sama dengan anggota tim yang lain. Sering kali kita harus memberikan training gratis atau Supporting motivasi kepada rekan sejawat ataupun tim lainnya.<span> </span>Walaupun apa yang kita berikan tersebut bukanlah satu-satunya komponen keberhasilan mereka, tetapi apa yang kita berikan tersebut merupakan faktor yang dominan. Misalnya apa yang dialami diri ini, pelaku utama yang sangat bertanggung jawab atau peningkatan kemampuan dalam penggunaan Excel adalah Pak Fauzi, beliau juga yang mengajak untuk tandem menulis buku. Sang Guru ini yang menjadi faktor utama yang menunjang pekerjaan yang saya lakukan saat ini,( walaupun gaji dan jabatan belum naik-naik<span> </span> <img src="http://s.wordpress.com/wp-includes/images/smilies/icon_smile.gif" alt=":)" class="wp-smiley" /> </span></p> <p style="margin: 0pt; text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">kalau kita yang menjadi pihak yang memberi, kemudian setelah keberhasilan itu diperoleh, dalam bentuk kenaikan gaji ataupun pangkat, atau bahkan sang kawan ataupun anak buah kita itu bisa melebihi jabatan dan jumlah gaji yang kita terima, kalau hal itu masih kurang cukup, mungkin bisa ditambahkan bahwa si kawan itu menjadi orang yang bersikap mencari-cari kesalahan diri kita, dan kemudian dari laporan tersebut, kita mendapat teguran dari atasan. Kalau hal yang dianggap sebagai suatu kesalahan, adalah suatu kesalahan, berarti sang kawan berjasa untuk meningkatkan kemampuan dan ketelitian diri. Tetapi jika kesalahan itu hanya kesalah mengertian dari atasan terhadap kondisi yang sebenarnya, dan hanya karena kedekatan sang kawan dengan atasan sehingga si atasan lebih mendengarkan informasi dari kawan kita itu</span></p> <p><span style="font-size:100%;"> </span><span style="font-size:100%;"><b><i><span style="color: blue;">bagaimana kita menghadapinya<span> </span>?</span></i></b><span style="color: blue;"> </span></span></p> <p style="margin: 0pt; text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">Yang perlu diyakini adalah bahwa rezeki itu ada ditangan Yang Kuasa. Kalau kita memberi dengan tulus, yakinlah bahwa pemberian tersebut akan kembali kepada kita, walaupun tidak melalui orang yang kita beri.</span></p> <p style="margin: 0pt; text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><br />Jadi kesimpulannya, marilah kita memberi dengan tulus.</span></p> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-11424814976647165462008-03-18T08:17:00.000-07:002008-07-15T08:18:55.361-07:00Sudahkah Kita Bersyukur Hari Ini?<a href="http://www.mrbambang.web.id/sudahkah-kita-bersyukur-hari-ini.blog/"><strong>[Mr Bambang]</strong> </a>- Dari kisah para nabi, disebutkan bahwa Nabi Nuh a.s. memiliki kemuliaan yang terpuji. Ketika bangun tidur, hendak tidur, akan makan, berpakaian, keluar rumah atau masuk rumah, pokoknya melakukan berbagai kegiatan, beliau selalu bersyukur memuji Allah. Beliau selalu menyebut kenikmatan Allah yang telah diberikan kepadanya. Allah s.w.t memuji kemuliaan Nabi Nuh seperti yang difirmakankan dalam Al-Qur’an:“Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (QS Al-Isra’ : 3).<br /><br />Allah memilih hamba-Nya yang banyak bersyukur itu dan mengutusnya sebagai rasul bagi kaumnya. Nabi Nuh memang luar biasa. Dia pandai bersyukur dan memiliki kesabaran tingkat tinggi. Bisa dibayangkan, selama 950 tahun berdakwah, jumlah orang yang beriman sangat sedikit. Tapi the show must go on. Dia terus berdakwah pantang menyerah. Walaupun setelah melihat mempelajari kaumnya yang tidak mungkin beriman, dia berdoa mengadu kepada Allah. Akhirnya Allah memberikan jalan keluar menyelamatkan pengikutnya dari banjir besar.<br /><br />Bersyukur dan juga bersabar memang memberikan dampak yang luar biasa bagi orang yang melakukannya. Bersyukur mudah diucapkan, namun ternyata juga sulit untuk dilakukan.<br />Mengapa sekarang banyak sekali orang bingung, stress, tidak bahagia? Salah satu jawabannya cukup sederhana. Karena kita tidak pandai bersyukur. Hidup di jaman sekarang ini, lebih-lebih di kota besar seperti Jakarta, berbagai masalah akan sangat mudah hinggap. Macet, polusi, banjir, harga barang-barang yang melambung sering menjadi kambing hitam sasaran bahwa mereka menjadi penyebab semua ini.<br /><br />Kita seringkali merasa selalu kekurangan atas segala sesuatu. Kita sering mengeluh, kita biasa mengaduh. Dunia menjadi terlihat begitu kejam kepada kita. Padahal kalau dilihat, kita masih bisa makan yang enak, tidur yang nyenyak, bisa menghabiskan banyak pulsa apalagi marketing gimmick operator sangat menggoda memperlihatkan tarif murah, sering nonton film baik di bioskop maupun DVD, bisa ngeblog menghabiskan bandwidth, bisa kopdar di cafe-cafe mahal. Loh loh loh.. ini ngomong apa ya?<br /><br />Ya yang jelas sih, sebenarnya keadaan kita itu tidak jelek-jelek amat. Masih sangat banyak orang yang keadaannya dibawah kita. Yang dibawah kita pun demikian, masih ada yang dibawahnya lagi, dibawahnya lagi, lagi, lagi, lagi dan lagi… Sebuah misteri karena kita tidak tahu bagaimana keadaan yang paling bawah itu.<br /><br />Kalau tidak mau bersyukur dan akhirnya merasa menderita, mungkin kita hanya perlu bilang “Sokooorrr”. * gak fokus*. Karena itulah, kita pantas untuk bersyukur. Mari belajar untuk bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah kepada kitaUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-32374710981303562012008-02-16T08:03:00.000-08:002008-07-15T08:04:56.514-07:00Bersyukur<strong><a href="http://positiveinfo.wordpress.com/2008/02/16/bersyukur/">[Positive Info]</a></strong> - Sudahkan kita bersyukur hari ini? Berapa kali kita bersyukur hari ini? Apa yang kita syukuri? Kepada siapa kita bersyukur? dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain di dalam hati mengenai syukur ……<br /><br />“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memberikan pernyataan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Ku-tambah nikmat-Ku kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7).<br /><br />Bagaimana bersyukur itu? … ada lagi pertanyaan nih. Syukur, sesuatu yang mudah untuk di katakan, mudah untuk dijelaskan … tetapi tidak mudah untuk dilakukan. Barangkali sebagian dari kita akan mengatakan, saya selalu mengatakan ‘Alhamdulillah’ kalau mendapatkan suatu kenikmatan, memang betul demikian adanya. Bagaimana pada saat kita mendapatkan sebaliknya, misalnya kehilangan dompet? Apakah kita bersyukur? Mestinya ya tetap bersyukur, karena yakinlah, selalu ada rahmat Allah dibalik peritiwa yang menurut kita buruk. Kalau kehilangan dompet, apa yang disyukuri. Kita besyukur, yang hilang hanya dompet, motor kita tidak ikut hilang.<br /><br />Coba kita beralih sejenak, suatu falsafah Jawa mengenai istilah “Masih untung” ….. Masih untung yang hilang hanya dompet (maksudnya motor tidak ikut hilang), masih untung hanya luka2 karena ketabrak (maksudnya tidak sampai mati), sampai hal yang sangat ekstrim sekalipun …. Untung ‘si pulan’ meninggal (maksudnya kalau tetap hidup juga akan menderita) … dan sebagainya. Ternyata falsafah sederhana ini merupakan cara pandang yang sangat spiritual, pada saat mendapatkan musibah tetap merasa untung/bersyukur karena tidak mendapatkan musibah yang lebih buruk lagi.<br /><br />Bagaimana cara bersyukur? Cara sederhana dapat dibedakan, yang kasat mata dengan cara mengucapkan ‘Hamdalah’, bersodaqoh, bernazar dsb. Dan yang tidak kasat mata tentunya bersyukur dengan hati.<br /><br />Bagaimana bersyukur dengan hati, seperti yang diuraikan sebelumnya, pada saat mendapat musibah kita tetap besyukur karena tidak mendapat musibah yang lebih buruk. Barangkali ini yang disebut dengan bersyukur yang tidak kasat mata, bersyukur dengan hati.<br /><br />Apa saja sih yang kita syukuri? … coba kita simak pertanyaan, apa saja sih nikmat Allah itu? Kita tidak akan mampu menghitung nikmat Allah, terjawab sudah pertanyaan mengenai, apa saja yang kita syukuri, tentunya banyak sekali, tidak akan mampu menghitungnya.<br /><br />Syukurilah apa yang kita punya, syukurilah apa yang kita dapatkan. Mensyukuri apa yang kita punya walaupun hanya sedikit akan lebih baik daripada berlimpah tapi tidak bersyukur.<br />Mudah-mudahan Allah menjadikan kita sebagai insan yang pandai bersyukur. Amin.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-61771023106639448502007-12-11T06:52:00.000-08:002008-02-03T06:54:01.398-08:00Berkorban Itu Nikmat<a href="http://beranda.blogsome.com/2007/12/11/berkorban-itu-nikmat/"><span style="font-weight: bold;">[Lentera Kehidupan]</span></a> - Berkorban artinya memberikan sesuatu untuk orang lain, mengeluarkan sesuatu bukan untuk kepentingan sendiri, atau, melakukan sesuatu yang hasilnya bukan untuk diri sendiri. Tapi kenapa pengorbanan itu selalu <span class="hilite">memberi</span> rasa nikmat? Kenapa memeras tenaga, berpikir, mengucurkan keringat, mengeluarkan harta, hingga menyumbangkan darah dan nyawa untuk kepentingan orang banyak, selalu memunculkan keteduhan yang luar biasa di dalam hati?<div class="post-content"> <p class="MsoNormal">Kenapa, tetap memberi meski dalam kondisi sempit, berusaha menanamkan kebahagiaan untuk orang lain meski dalam kondisi sulit, <span class="hilite">memberi</span> manfaat pada orang lain meski dalam keadaan memerlukan, selalu melahirkan kenikmatan dalam diri orang yang melakukannya?</p><br /><p class="MsoNormal">Saudaraku,<br />Pernahkah kita merasakan bagaimana nikmatnya menyisihkan uang untuk berinfaq dan membahagiakan orang lain, dalam kondisi kita juga memerlukannya? Bagaimana indah dan damainya hati saat kita memeras tenaga, menguras pikiran, mengeluarkan apa yang kita punya, untuk kegiatan dakwah <em>ilallah</em>? Bagaimana sejuknya hati, dikala kita bisa <span class="hilite">memberi</span> sesuatu yang berharga, yang kita miliki, untuk membahagiakan orang lain?</p> <p class="MsoNormal">Memberi, secara lahir adalah mengeluarkan sesuatu untuk orang lain yang berarti juga mengurangi sesuatu yang kita miliki. Tapi secara maknawi, <span class="hilite">memberi</span> sesuatu kepada orang lain itu sama dengan memunculkan ketenangan batin, kenikmatan dan kecerahan tersendiri bagi yang melakukannya. Kandungan makna inilah yang banyak dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para <em>salafushalih</em>. Anas ra pernah mengatakan bahwa Rasulullah adalah orang yang tidak pernah diminta sesuatu, kecuali ia pasti <span class="hilite">memberi</span>.</p> <p class="MsoNormal">Saudaraku,<br />Para salafushalih bahkan lebih menginginkan kesulitan dalam berkorban dan <span class="hilite">memberi</span> untuk orang lain tidak terganggu dengan pemberian dan imbalan.</p> <p class="MsoNormal">Imam Al Auzai menolak pemberian murid-muridnya yang ingin belajar hadits darinya. "Kalian boleh memilih. Jika kalian ingin hadiah ini aku terima, aku tidak akan mengajarkan hadits pada kalian. Jika kalian ingin belajar hadits dariku, maka hadiah ini tidak aku terima," katanya.</p> <p class="MsoNormal">Ulama lainnya, Isa bin Yunis, mengeluarkan kata-kata yang lebih tegas lagi dalam hal yang sama. Ia mengatakan, "Tidak ada makanan dan minuman yang aku terima untuk menyampaikan hadits Rasulullah SAW. Meskipun kalian memenuhi masjid ini dengan emas seluruhnya." Itu dikatakan Isa bin Yunis kepada penguasa yang ingin memberinya hadiah.</p> <p class="MsoNormal">Apa rahasia di balik penolakan itu? Mereka, pasti lebih ingin merasakan nikmatnya berkorban, <span class="hilite">indahnya</span> memberi, kelezatan lelah dan sejuknya hati saat bersusah payah, dalam <span class="hilite">memberi</span> manfaat banyak orang demi meraih keridhaan Allah SWT.</p> <p class="MsoNormal">Berkorban itu nikmat saudaraku,<br />Seperti pengorbanan total yang telah ditunjukkan oleh Syaikhul Intifadhah, Syaikh Ahmad Yasin - semoga Allah SWT menempatkannya dalam jannah-Nya. Bagaimana dengan tubuhnya yang lumpuh, ia tetap memimpin pergerakan dakwah dan perlawanan untuk membebaskan Palestina dan melindungi kiblat pertama Masjidil Aqsha yang dirampas oleh Israel. Bagaimana dalam kondisi mata yang sulit melihat, tapi mata hati dan pikirannya tidak pernah terlepas dari memperhatikan langkah perjuangan umat Islam melawan penjajah Zionis Israel.</p> <p class="MsoNormal">Bagaimana dalam kondisi yang renta, keluar masuk penjara, tapi semangatnya terus berkobar dengan keberanian yang sulit ditandingi. Ia terus menerus menyongsong bahaya kematian yang mengancamnya setiap detik. Bagaimana ia yang selalu berada di atas kursi roda, tapi tetap berangkat ke masjid di waktu fajar untuk menunaikan sholat subuh berjamaah. Dan beliau mendapatkan syahidnya dirudal oleh Israel sepulangnya dari sholat shubuh. Tidak semua orang bisa bangun sebelum fajar, dan tidak semua orang yang bangun sebelum fajar punya keinginan untuk sholat di masjid walaupun tubuhnya sehat dan kuat. </p> <p class="MsoNormal">Saudaraku, berkorban itu nikmat.<br />Ia telah melewati usia hidupnya dengan tekad jihad yang membaja, keberanian yang tinggi, dan kepasrahan total kepada Allah SWT. Hingga akhirnya ia berhasil mencapai prestasi hidup yang diidamkannya, mati syahid di jalan jihad. Gugur setelah mengisi relung-relung usianya, dengan pengorbanan yang tak pernah berhenti. Betapa <span class="hilite">indahnya</span> akhir hidup seperti itu.</p> <p class="MsoNormal">Saudaraku,<br />Dr. Yusuf Qaradhawi, dalam memorandumnya pernah menceritakan sebuah kisah yang sangat menyentuh saat ia ditahan di penjara perang Mesir. Seorang aktivis muslim bernama Hilmi Mukmin dipukuli secara membabi buta oleh cambuk dan tongkat. Ia dihukum keras karena menolak diperintahkan untuk memukul muka saudaranya, sesama aktivis. Ia lebih memilih disiksa oleh algojo penjara dan memelihara kehormatan saudaranya.</p> <p class="MsoNormal">Ternyata, meski dihujani pukulan bertubi-tubi, Hilmi Mukmin tak mengeluarkan kata-kata apapun yang menunjukkan bahwa ia merasakan sakit. Sikap Hilmi Mukmin, benar-benar membuat algojo penjara putus asa hingga ia berhenti kelelahan memukulinya. Para algojo itu lalu memeluk Hilmi Mukmin untuk meminta maaf dan mengobati tubuhnya yang berlumuran darah dan penuh luka. Mereka mengira Hilmi Mukmin adalah seorang wali Allah dan mereka takut menerima pembalasan dari seorang wali Allah. "Semua mukmin yang bertakwa adalah wali di antara wali-wali Allah."</p> <p class="MsoNormal">Bagaimana Saudara Hilmi Mukmin bukan seorang wali Allah? Bukankah dia telah merelakan balasan Allah dari apa yang ia lakukan untuk membela Saudara-saudaranya? "Ia telah ridha dengan All Quran sebagai prinsip dan manhaj hidupnya. Ia juga telah menjadikan Rasul sebagai pimpinannya, dan jihad sebagai jalannya. Dia telah teguh di atas prinsip itu dan bersabar atas apa yang ia terima di jalan Allah," begitu tulis Qaradhawi. "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa." (QS Yunus : 62)</p> <p class="MsoNormal">Berkorban itu nikmat Saudaraku,<br />Namun tetaplah perhatikan kondisi dan suasana saat kita melakukan pengorbanan. Karena, "Bila di hatimu tak ada kelezatan yang bisa kamu dapatkan dari amal yang kamu lakukan, maka curigailah hatimu," ujar Ibnu Taimiyah (Madarijus Salikin, 2/68). Maksudnya, Allah pasti membalas amal seseorang di dunia dengan rasa nikmat, kecerahan dan ketenangan dalam hati. Tapi bila ada orang yang belum merasakan hal itu, berarti amalnya terkontaminasi.</p> <p class="MsoNormal">Saudaraku,<br />Berkorbanlah di jalan ini. Berkorbanlah dengan mengabaikan keinginan syahwat dan mengutamakan keridhaan Allah. Bersabarlah dalam berkorban. Karena menurut para salafushalih, sesungguhnya kenikmatan pengorbanan itu ada pada seberapa besar kita bisa bertahan dan bersabar dalam melakukan pengorbanan dalam beramal shalih. Sedangkan pengorbanan tidak mungkin dilakukan tanpa kesabaran. Umar bin Khattab lah yang menyebutkan bahwa lezatnya kehidupan itu ada pada kesabaran. Dalam perkataannya, "Aku telah membuktikan bahwa kenikmatan hidup itu ternyata ada pada kesabaran kita dalam berkorban." .Wallahu’alam</p> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-71898595806949415112007-11-30T06:56:00.000-08:002008-02-03T06:58:07.019-08:00Lebih pantas manakah yang masuk surga?, Ibu itu atau ……….?<p><a href="http://zizmanis.wordpress.com/2007/11/30/lebih-pantas-manakah-yang-masuk-surga-ibu-itu-atau/"><span style="font-weight: bold;">[Blog Ziz Manis]</span></a> - Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi<br />kebanyakan manusia tidak bersyukur. QS. Al Baqarah : 243</p> <p>Menjelang Ramadhan tahun ini ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai mereka membayar semua barang belanjaan. Tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan. Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, “Beri kami sedekah, Bu!” Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala ia tahu jumlahnya dan ternyata itu tidak mencukup kebutuhannya, ia kemudian menguncupkan jari-jarinya dan ia arahkan kearah mulutnya, kemudian ia memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke arah mulutnya. Seolah ia berkata dengan bahasa isyarat, “Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan.” Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, “Tidak… tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!”.</p> <p><span id="more-71"></span><br />Ironisnya meski ia tidak menambahkan sedekahnya malah istri dan putrinya Budiman menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang adalah tanggal dimana ia menerima gajian dari perusahaannya, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekeningnya. Ia sudah berada di depan ATM. Ia masukkan kartu ke dalam mesin tersebut. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncullah beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan</p> <p>senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening. Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Kemudian uang itu ia lipat menjadi kecil dan ia berniat untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah. Budiman memberikan uang itu. Lalu saat sang wanita melihat nilai uang yang ia terima betapa girangnya dia. Ia berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: “Alhamdulillah. .. Alhamdulillah. .. Alhamdulillah. .. Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga…!”</p> <p>Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, “Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga….!” Deggg…!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.</p> <p>Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. “Ada apa Pak?” Istrinya bertanya. Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: “Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!” Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman menyatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis, namun Budiman melanjutkan kalimatnya: “Bu…, aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa! Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah. Bu…, aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah.”</p> <p>Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang suka lalai atas segala nikmat-Mu!</p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-19649134584809524022007-10-19T09:43:00.000-07:002008-02-03T06:26:39.861-08:00Sedekah Orang Fakir<a href="http://www.radarbanjarmasin.com/berita/index.asp?Berita=Esai&id=74864"><strong>[Radar Banjarmasin]</strong> </a>- ORANG-orang yang kaya bisa benar-benar beruntung dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sebab, dengan kekayaannya itu ia bisa senang selama hidup di dunia dan tak kalah senangnya ketika nanti berada di akhirat. Sebab, dengan kekayaannya itu ia dapat membeli dunia, dan dengan kekayaan yang sama ia dapat pula “membeli” akhirat.<br /><br />Membeli dunia dengan harta, tentu sudah sewajarnya. Sebab, dengan kekayaannya ia bisa menikmati apa saja. Bahkan Rasulullah sendiri pernah bersabda, “Bersegeralah dalam bersedekah, karena sedekah itu tidak dilewati oleh bencana” (HR Ath-Thabrani). Bayangkan, sudah leluasa menikmati kemewahan dunia, orang kaya pun masih terlepas pula dari bencana, asalkan ia rajin membagi sebagian hartanya kepada orang papa. Tapi, orang kaya dikatakan dapat pula membeli akhirat dengan harta, apa iya? Jawabnya adalah sabda Muhammad SAW berikut ini: Berbuat baiklah kepada orang-orang fakir, karena mereka akan memiliki kekuasaan pada Hari Kiamat (HR Abu Nu’aym).<br /><br />Berbuat baik kepada orang fakir, orang-orang yang sangat miskin, apalagi kalau bukan dengan menyantuni hidup mereka yang kekurangan. Nah, untuk hal ini tentu saja orang kaya bisa dengan leluasa memberikan sebagian dari limpahan hartanya. Apalagi jika pemberian itu dilakukan dengan tanpa banyak bicara, tanpa publikasi melalui media massa, maka Tuhan akan melipatkangandakan pahalanya. Bayangkan, Rasulullah SAW sampai menyatakan, “Sedekah secara sembunyi-sembunyi dapat meredam murka Tuhan” (HR Ath-Thabrani).<br /><br />Masalahnya, bagaimana halnya dengan orang-orang tak berpunya? Dapatkah ia membeli dunia sekaligus membeli akhirat dengan kemiskinannya? Ternyata orang tak berpunya pun dapat dengan gampang membeli keduanya. Orang miskin ternyata dapat pula membeli dunia sekaligus akhirat.<br /><br />Tak percaya? Untuk membeli dunia ternyata tak mesti dengan tumpukan harta. Rasulullah bersabda, “… Berpuas-hatilah atas apa yang diberikan Allah kepadamu, niscaya kamu menjadi orang yang paling kaya” (HR Tirmidzi).<br /><br />Lalu, bagaimana pula caranya orang tak berpunya membeli akhirat lewat sedekah sebagaimana yang dilakukan orang kaya? Bukankah kemiskinan tak memungkinkan bagi orang papa untuk berbagi dengan sesama?<br /><br />Ternyata Tuhan memang Maha Bijaksana. Simaklah sabda Baginda Nabi berikut ini: Berzikir itu lebih utama dibandingkan bersedekah (HR Abu Asy-Syaikh). Bahkan, sebagaimana orang kaya dapat menolak bencana melalui sedekah atas hartanya, maka orang miskin pun dapat pula melakukan hal serupa. Rasulullah menegaskan, “…Tolaklah oleh kalian bencana dengan doa” (HR Ath-Thabrani).***Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-73295069639122905122007-10-19T09:40:00.000-07:002008-02-03T06:28:28.954-08:00Sedekah Yang Salah Alamat<strong><a href="http://www.kebunhikmah.com/article-detail.php?artid=154">[Kebun Hikmah]</a></strong> - Suatu ketika, Rasulullah Saw., seperti yang kerap beliau lakukan, berbincang-bincang dengan para sahabat di serambi Masjid Nabawi, Madinah. Selepas berbagi sapa dengan mereka, beliau berkata kepada mereka, "Suatu saat ada seorang pria berkata kepada dirinya sendiri, 'Malam ini aku akan bersedekah!' Dan, benar, malam itu juga dia memberikan sedekah kepada seorang perempuan yang tak dikenalnya. Ternyata, perempuan itu seorang pezina. Sehingga, kejadian itu menjadi perbincangan khalayak ramai. "Akhirnya, kabar tersebut sampai juga kepada pria itu. Mendengar kabar yang demikian, pria itu bergumam, 'Ya Allah! Segala puji hanya bagi-Mu.Ternyata, sedekahku jatuh ke tangan seorang pezina. Karena itu, aku akan bersedekah lagi!'"<br /><br />Maka, pria itu kemudian mencari seseorang yang menurutnya layak menerima sedekah. Ternyata, penerima sedekah itu, tanpa diketahuinya, adalah orang kaya. Sehingga, kejadian itu lagi-lagi menjadi perbincangan khalayak ramai, lalu sampai juga kepada pria yang bersedekah itu. "Mendengar kabar yang demikian, pria itu pun bergumam,'Ya Allah! Segala puji hanya bagi-Mu. Ternyata, sedekahku itu jatuh ke tangan orang kaya. Karena itu, aku akan bersedekah lagi!' Maka, dia kemudian, dengan cermat, mencari seseorang yang menurutnya layak menerima sedekah.<br /><br />Ternyata, penerima sedekah yang ketiga, tanpa diketahuinya, adalah seorang pencuri. Tak lama berselang, kejadian itu menjadi perbincangan khalayak ramai, dan kabar itu sampai kepada pria yang bersedekah itu. Mendengar kabar demikian, pria itu pun mengeluh, 'Ya Allah! Segala puji hanya bagi-Mu! Ya Allah, sedekahku ternyata jatuh ke tangan orang-orang yang tak kuduga: pezina, orang kaya, dan pencuri!' "Pria itu kemudian didatangi (malaikat utusan Allah) yang berkata, "Sedekahmu telah diterima Allah.<br /><br />Bisa jadi pezina itu akan berhenti berzina karena menerima sedekah itu. Bisa jadi pula orang kaya itu mendapat pelajaran karena sedekah itu, lalu dia menyedekahkan sebagian rezeki yang dikaruniakan Allah kepadanya. Dan, bisa jadi pencuri itu berhenti mencuri selepas menerima sedekah itu." (Diceritakan kembali dari sebuah hadis yang dituturkan oleh Muslim dan Abu Hurairah dalam Teladan indah Rasullulah dalam ibadah, Ahmad Rofi 'Usmani)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-49143715972108913662007-10-19T09:22:00.000-07:002008-02-03T06:29:06.240-08:00Bank Syariah dan Akselerasi Sedekah<strong><a href="http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=248626&kat_id=105&kat_id1=147&kat_id2=417">[Republika]</a></strong> - Taiching: Bank memberikan kemudahan kepada nasabah untuk membayar zakat melalui SMS banking dan phone banking. Jangan sampai orang mau bayar zakat, tapi harus kerepotan saat menyetor.<br /><br />Maraknya perkembangan industri ekonomi syariah, khususnya bank syariah, tidak hanya menguntungkan nasabah dan pemegang saham. Tapi juga berdampak positif terhadap akselerasi zakat dan sedekah. ''Makin besar industri ekonomi syariah, khususnya bank syariah, maka dana zakat dan sedekah yang bisa disalurkan kepada masyarakat pun makin banyak pula,'' kata Direktur Bank Muamalat, Andi Buchari kepada Republika.<br /><br />Dia menambahkan, di antara bank-bank yang ada, hanya bank syariah yang menzakatkan laba yang diperolehnya. ''Jadi, kalau lembaga keuangan syariah berkembang, insya Allah akan mengalir lagi kepada masyarakat melalui zakat, infak, dan sedekah,'' paparnya.<br /><br />Dana zakat itu tidak hanya berasal dari keuntungan bank syariah itu sendiri, melainkan juga dari zakat yang berasal dari bagi hasil nasabah penabung dan nasabah pembiayaan. ''Bank Muamalat tiap tahun menyisihkan 2,5 persen laba untuk zakat dan 2,5 persen lainnya untuk dana qardhul hasan yang siap disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan, khususnya usaha mikro sebagai dana bergulir,'' paparnya.<br /><br />Hal senada diungkapkan General Manager PermataBank Syariah, Ismi Kushartanto. ''Kemajuan industri ekonomi syariah, khususnya bank syariah, pasti berdampak terhadap akselerasi zakat, infak, dan sedekah (ZIS). ZIS merupakan salah satu hal yang mendapat perhatian utama di bank syariah,'' tutur Ismi.<br /><br />Ia menyebutkan, PermataBank Syariah melakukan berbagai cara untuk mempercepat pengumpulan dana ZIS. Setiap nasabah yang menyimpan dananya ditawari opsi, apakah bagi hasilnya langsung dipotong zakat atau tidak. Selain itu, PermataBank Syariah juga menjalin kerja sama dengan Rumah Zakat, BAZNAS dan sejumlah Lembaga Amil Zakat (LAZ) lainnya dalam pengumpulan dan penyaluran zakat.<br /><br />Tak hanya itu. ''Kami berupaya memberikan kemudahan kepada nasabah untuk membayar zakat melalui SMS banking dan phone banking. Jangan sampai orang mau bayar zakat, tapi harus kerepotan untuk menyetor,'' ujar Ismi. Kepala Cabang BNI Syariah Prima, Delyuzar Syamsi mengatakan, salah satu arti penting keberadaan bank syariah adalah mendorong percepatan pengumpulan dana zakat dan sedekah. Selain berasal dari zakat yang dikumpulkan oleh nasabah, pihak bank juga menyediakan dana qardhul hasan yang diputarkan kepada para pengusaha mikro. ''Hal ini sanga membantu mendorong perkembangan para pengusaha mikro kita, sebagai bagian dari pilar ekonomi nasional,'' tandas Delyuzar Syamsi.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Membalik Paradigma Sedekah</span><br />Kapankah sedekah harus dilakukan? Apakah menunggu harta berkecukupan, ataukah dalam keadaan masih kekurangan? Menurut pengusaha Puspo Wardoyo, sedekah itu harus dilakukan segera, tanpa harus menunggu jadi orang kaya. ''Bahkan orang miskin pun harus bersedekah. Allah berfirman dalam Alquran Surat Ath-Thalaq ayat 7, yang artinya, 'Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya.<br /><br />Dan orang yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.' Jadi, orang-orang yang ditimpa kesulitan rezeki pun harus bersedekah, agar kesulitannya itu bisa segera berlalu, berganti dengan kemudahan,'' ujarnya.Pemilik restoran Ayam Bakar Wong Solo itu mencontohkan, nasib para petani Indonesia yang umumnya hidup miskin. ''Mereka rata-rata memiliki lahan yang sangat sempit dan tidak memadai. Namun, banyak di antara petani kita yang jarang bersedekah. Alasannya, boro-boro buat sedekah, buat makan sendiri saja, susah. Akhirnya mereka terus-menerus hidup susah,'' paparnya.<br /><br />Menurut Puspo, paradigma sedekah itu harus dibalik. ''Jangan menunggu kaya, baru bersedekah. Sebaliknya, bersedekahlah pada saat masih hidup kekurangan, dan terus tingkatkan jumlahnya saat ekonomi makin membaik. Jadi, jangan menunggu nishab (memenuhi batas minimal wajib zakat),'' tuturnya.<br /><br />Ia menambahkan, siapa pun yang ingin sukses dan meningkat derajatnya, harus mau bersedekah. ''Sedekah merupakan kunci sukses dalam seluruh urusan, baik dunia maupun akhirat,'' tegasnya. Hal senada dikemukakan Pimpinan Wisata Hati Ustad Yusuf Mansur. ''Paradigma sedekah harus kita ubah. Sedekah itu sebaiknya dilakukan di muka, bukan di akhir. Sedekah sebaiknya dilakukan segera tanpa menunggu kaya,'' tuturnya.<br /><br />Makin besar jumlah sedekah, makin baik. Ibarat memancing, makin besar umpannya maka hasilnya juga lebih besar. ''Allah menjanjikan satu amal kebaikan akan dibalas 10 kali bahkan hingga 100 kali lipat. Jadi, makin besar sedekah kita, makin besar pula hasil yang akan kita terima,''Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-74586252879905591052007-10-19T09:20:00.000-07:002007-10-19T09:21:43.515-07:00Sedekah<strong><a href="http://iman-ss.blogspot.com/2007/06/sedekah.html">[Imansyah Weblog]</a></strong> - Sedekah.....ngebahas hal ini memang tidak ada habis2nya. Semua agama didunia ini pasti menyarankan kepada pengikutnya untuk bersedekah. Kita tau orang terkaya didunia mendermakan hampir 90% dari penghasilannya melalui yayasan yang ia dirikan untuk mereka yang membutuhkan. Hasilnya sampai sekarang ia tetap menjadi orang terkaya didunia, dengan sedekah yang jumlahnya sangat fantastic bukan berarti kekayaannya berkurang malah bertambah.Saya jadi ingat tahun lalu, ketika itu cobaan datang silih berganti dari ketipu hingga puluhan juta rupiah, gempa yang membuat seluruh usaha saya di jogja omsetnya turun drastis padahal ketika itu masih sulit karena kenaikan BBM yang hampir 100%. Terus terang membuat saya betul-betul terpukul. Apalagi saat itu istri saya sedang hamil, saya sampai bingung gimana ngatasi masalah yang sedang saya hadapi. Tengah kebingungan saya, saya mendengarkan ceramah ustad Yusuf Mansyur, kemudian saya beli kasetnya mengenai keajaiban sedekah dan kun fa ya kun. Disana saya tersentak, bahwa sedekah bukan hanya diberikan pada saat kita dalam kelapangan tapi malah sebaiknya diberikan dalam keadaan kesempitan. Saya dulu hanya bersedekah sekitar 2.5% dari pendapatan, mendengar ustad Yusuf Mansyur yang menganjurkan kalau bisa bersedekah 10% agar hasilnya maksimal, dengan kondisi keuangan yang berdarah-darah saya coba untuk mempraktekkan hal tersebut. Karena saya masih TDB, (maaf bukan bermaksud riya) saya mendapatkan THR dari perusahaan tempat saya bekerja dan hampir seluruh THR saya sedekahkan untuk yatim piatu dan mesjid dekat rumah. Alhamdulillah dengan bersedekahn secara rutin, perlahan-perlahan ALLAH memberikan rezeki dan hidayahnya kepada kami. Bisnis yang kami jalankan perlahan-lahan omsetnya terus meningkat, dan gaji saya di TDB dinaikkan 1/3 kali gaji kemarin, serta rejeki yang tak ternilai harganya istri saya melahirkan putri pertama kami dengan lancar tanpa kurang satu apa pun juga.Sedekah....menurut saya itulah kuncinya disamping usaha dan doa yang tanpa henti serta selalu positif thinking kalau ALLAH akan selalu menolong hambanya. Jadi saya sangat menganjurkan buat teman-teman yang saat ini sedang prihatin perbanyaklah bersedekah, Insya ALLAH masalah yang sedang kita hadapi akan diberikan jalan keluar yang terbaik.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-54624549087697658682007-10-19T09:17:00.000-07:002007-10-19T09:18:30.575-07:00The Power of Sedekah dan Ikhlas<strong><a href="http://sonytrigiantoro.blogspot.com/2007/06/power-of-sedekah-dan-ikhlas.html">[Sony Weblog]</a></strong> - Bismillahirrohmanirrohim, saya selalu tertarik apabila Allah sedikit 'menampakkan diri-Nya' dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi diantara kita... Yang lebih sering adalah dalam konteks shadaqah... Begitu transparannya 'tangan' Allah dapat kita lihat dalam balasan orang-orang yang bersedekah...Ibu saya pernah cerita, pada suatu hari bapak saya melihat seseorang yang melintas didepan wartel... Sandalnya... atau sepatunya... rusak... dan karena kasihan orang tersebut berjalan tanpa alas kaki... bapakpun menawarkan sepatu olahraganya yang sudah tidak terpakai...Singkat cerita, pada suatu hari, dilapangan tenis... ada orang yang sedang menjajakan sepatu olah raga... "Sepatunya mahal-mahal..."... Dan bapak tidak tertarik karena harganya yang mahal tersebut.... Tiba-tiba datang mantan pegawai bapak yang sudah menganggap bapak orang tua sendiri... Tanpa diduga, sang mantan pegawai memaksa bapak untuk memilih salah satu diantara sepatu-sepatu itu, karena ybs yang akan membayar... Jadilah bapak mendapat satu pasang sepatu baru yang mahal!!'Tangan' Allah belum berhenti disitu, beberapa hari kemudian datang kiriman dari anak bapak yang ada di Amerika... dan diantara kiriman itu... ada sepasang sepatu olah raga!!...Subhanallah... sepasang sepatu olah raga lama yang diberikan dengan ikhlas langsung dibalas Allah dengan dua pasang sepatu olah raga baru dengan kualitas jauh lebih baik dari yang diberikan....Sering airmata menitik jika mendengar cerita-cerita seperti itu... Subhanallah...Berikut ini satu cerita lagi yang saya kutip dari blog-nya Pak Roni....Kali ini saya mau cerita tentang kisah hidup Pak Ali (namanya aslinya tidak saya sebutkan ya), seorang member TDA yang tinggal di Sumatera.Kemarin Pak Ali berkunjung ke kantor saya, Manet Busana Muslim dan berbelanja untuk toko barunya di sana.Terus terang, saat itu saya baru kenal Pak Ali untuk pertama kalinya.Saya selalu tertarik dengan orang yang baru saya kenal dan ingin tahu cerita dan latar belakangnya.Ternyata Pak Ali adalah seorang TDB (karyawan) yang juga berbisnis sambilan.Saat ini kondisi bisnisnya di bidang percetakan sedang buruk karena ditipu orang sampai ratusan juga.Hal ini berdampak langsung terhadap kondisi keuangan Pak Ali sendiri.Ada yang menarik dari kisahnya ini.Tahun lalu Pak Ali berkunjung ke Bandung. Saat itu dia kehabisan uang dan di kantongnya hanya tersisa Rp. 5.000 saja.Bayangkan, bagaimana caranya dia bisa pulang ke Sumatera dengan uang Rp. 5.000 itu?Saat itu Pak Ali melihat seorang pengemis dan tergerak hatinya untuk memberikan uang itu kepadanya. Lho, uang cuma segitu-gitunya kok malah diberikan kepada pengemis?"Hati saya tergerak begitu saja untuk memberinya uang, Pak", jawab Pak Ali.Singkat cerita, Pak Ali kemudian bertemu dengan seorang kawan lama di sana.Setelah bercerita melepas kangen, tiba-tiba teman itu memberikan uang Rp. 500.000 kepadanya.Kenapa?"Entahlah Pak. Padahal saya tidak ceritakan kesulitan saya kepadanya", jawab Pak Ali."Selepas itu, saya menangis Pak", lanjutnya terharu."Uang itu kemudian saya gunakan untuk ongkos pulang dan sisanya saya berikan kepada fakir miskin di sana".Sungguh saya terdiam dan terharu mendengar kisah Pak Ali ini. Rahasia apa di balik cerita ini, tentu hanya Allah yang tahu.Tapi yang jelas, saya melihat kekuatan keyakinan kepada Allah dan keikhlasan dalam memberi telah membuat Pak Ali keluar dari masalah yang membebaninya saat itu.Bercahayalah... semakin terang... dan terang...Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-65817331767706183442007-10-19T09:07:00.000-07:002007-10-19T09:19:07.347-07:00Seni bersedekah : bagaimana agar bersedekah membuat Anda kaya?<a href="http://sepia.blogsome.com/2005/11/13/seni-bersedekah-bersedekah-membuat-kaya/"><strong>[Sepia Sun]</strong> </a>- Ini pendapat Joe Vitale, penulis Spiritual Marketing. Juga pendapat banyak penulis lain yang dari pengalamannya mendapati bahwa semakin dia rela memberi (bersedekah) semakin banyak apa yang dia sumbangan itu kembali kepada dirinya dengan berlipat-lipat. Kalu dia nyumbang uang, maka (biasanya) akan datang uang. Kalau tenaga, maka akan kembali banyak bantuan. Kalau ilmu, maka akan kembali lebih banyak ilmu. Mereka menemukan bahwa “to give in order to get” adalah suatu hukum universal.<br /><br />Sebentar, masih menurut orang-orang tersebut, hanya sedekah yang tulus lah yang akan menggetarkan semesta. Jadi tidak semua pemberian akan memberikan efek pengembalian yang diharapkan. Tentu saja ini bukan sok merasa lebih tahu tentang cara yang disukai Tuhan, ini adalah berbagi pengalaman apa yang mereka rasakan. Kisah-kisah mereka dikumpulkan dalam e-book <a href="http://www.plainwords.co.nz/greatestmms.pdf">The Greatest Money-Making Secret in History!</a>. Silahkan di download sendiri ya.<br />Berikut ini cara bersedekah (menyumbang) yang mereka rasakan mampu menggetarkan spiritualitas mereka <a id="more-75"></a>:<br /><br /><strong>1. Bersedekahlah saat merasa ingin bersedekah, jangan sampai merasa terpaksa</strong>. Bila saat bersedekah kita justru merasa kesal, maka akan tertanam di bawah ssadar bahwa bersedekah itu tidak enak, bahkan mengesalkan. Mungkin seperti kalau kita bayar parkir kepada preman di pinggir jalan. Ada perasaan terpaksa, tak berdaya, bahkan dirampok. Bukan karena besar kecilnya nilai uang, tapi rela tidaknya perasaan saat memberikan sumbangan. Kalau anda sedang suntuk, tunggu sampai hati lebih riang. Memberi dengan berat hati akan memberi asosiasi buruk ke alam bawah sadar.<br /><br /><strong>2. Bersedekahlah kepada sesuatu yang disukai sehingga hati Anda tergetar karenanya.</strong> Mungkin suatu ketika Anda ingin menyumbang yatim piatu, di waktu lain mungkin menyumbang perbaikan jembatan, mungkin pelestarian satwa yang hampir punah, mungkin disumbangkan untuk modal usaha bagi seorang pemula. Intinya adalah Anda sebaiknya menyedekahkan pada hal yang membuat perasaan Anda tergetar. Setiap orang akan berbeda. Seringkali seseorang menyumbang ke tempat ibadah, tapi hatinya tidak sejalan, hanya karena kebiasaan. Menyumbang yang tak bisa dihayati tak akan menggetarkan kalbu.<br /><br /><strong>3. Bersedekahlah dengan sesuatu yang bernilai bagi Anda.</strong> Kebanyakan wujudnya adalah uang, namun lebih luas lagi adalah benda yang juga anda suka, pikiran, tenaga, ilmu yang anda suka. Dengan menyumbang sesuatu yang anda sukai, membuat anda juga merasa berharga karena memberikan sesuatu yang berharga.<br /><br /><strong>4. Bersedekahlah dalam kuantitas yang terasa oleh perasaan.</strong> Bagaimana rasanya memberi sedekah 25 rupiah? Bagi kebanyakan orang nilai ini sudah tidak lagi terasa. Untuk seseorang dengan gaji 1 juta, maka 50 ribu akan terasa. Bagi yang perpenghasilan 20 juta, mungkin 1 juta baru terasa. Setiap orang memiliki kadar kuantitas berbeda agar hatinya tergetar ketika menyumbang. Nilai 10 persen biasanya menjadi anjuran dalam sedekah (bukan wajib), mungkin karena sejumlah nilai itulah kita akan merasakan ‘beratnya’ melepas kenikmatan.<br /><br /><strong>5. Menyumbang anonim akan memberi dampak lebih kuat.</strong> Ini erat kaitannya dengan ketulusan, walaupun tidak anonim juga tak apa-apa. Dengan anonim lebih terjamin bahwa kita hanya mengharap balasan dari Tuhan (ikhlas).<br /><br /><strong>6.Bersedekah tanpa pernah mengharap balasan dari orang yang anda beri.</strong> Yakinlah bahwa Tuhan akan membalas, tapi tidak lewat jalan orang yang anda beri. Pengalaman para pelaku kebanyakan menunjukkan bahwa balasan datang dari arah yang lain.<br /><br /><strong>7. Bersedekahlah tanpa mengira bentuk balasan Tuhan atas sedekah itu.</strong> Walaupun banyak pengalaman menunjukkan bahwa kalau bersedekah uang akan dibalas dengan uang yang lebih banyak, namun kita tak layak mengharap seperti itu. Siapa tahu sedekah itu dibalas Tuhan dengan kesehatan, keselamatan, rasa tenang, dll, yang nilainya jauh lebih besar dari nilai uang yang disedekahkan.<br /><br />Demikian berbagai hal yang berkaitan dengan prinsip bersedekah. Prinsip-prinsip ini sangat sesuai dengan petunjuk rasulullah Muhammad berkaitan dengan sedekah dan keutamaannya. Kalau tak salah, ada hadits yang menyatakan bahwa tak akan menjadi miskin orang yang bersedekah. Dijamin.<br /><br />Selain itu bersedekah juga menghindarkan diri dari marabahaya. Ada sebuah kisah yang kalau tak salah saya dapat dari Pak Jalaluddin Rakhmat tentang seorang yang ditunda kematiannya karena bersedekah. Suatu ketika rasulullah sedang duduk bersama para sahabat. Lalu melintaslah seorang yang memanggul kayu bakar. Tiba-tiba Rasulullah berkata kepada para sahabat, “Orang ini akan meninggal nanti siang.”<br /><br />Sorenya ketika Rasulullah duduk bersama para sahabat, melintaslah orang tersebut. Maka dipanggillah orang tersebut oleh rasul dan ditanya, “Aku diberitahu (malaikat) tadi pagi bahwa kamu akan menemui ajal siang tadi. Tapi kulihat kamu masih segar bugar. Apa yang telah kamu lakukan?” Kemudian orang itu berkisah bahwa tadi pagi dia membawa bekal makan siang. Lalu di tengah jalan bekal itu dia sedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Selanjutnya, kata orang itu, saat kayu-kayu bakar diletakkan tiba-tiba seekor ular hitam keluar dari dalamnya. Rasulullah kemudian menjelaskan bahwa ular itulah yang sedianya akan mematuk orang tersebut, namundia berpindah takdir karena sedekahnya menghidarkan dia dari bahaya tersebut.<br /><br />(Demikian lebih kurang sebuah kisah yang saya tahu. Sayang saya lupa detilnya, apalagi perawinya. Jadi mohon dicari sendiri sumber kisah tersebut. Seingat saya kisah tersebut dari Pak Jalal yang saya kenal punya banyak sumber terpercaya.) Kisah itu menunjukkan keutamaan sedekah yang bisa menghindarkan diri dari bahaya, sekaligus menujukkan bahwa cara Tuhan membalas sedekah tidak dalam bentuk dan jalan yang kita sangka.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-70655770778098499252007-10-17T23:51:00.000-07:002007-10-19T08:51:22.781-07:00Ayo Sedekah ....<a href="http://www.sedekah.net/"><strong>[Sedekah.Net]</strong></a> - Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu`min bertawakkal.<br />(QS. 3 : 160)<br /><br />Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.<br />(QS. 4 : 114)<br /><br />Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya dijalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan serta melapangkan (rejeki) dan kepadaNyalah kamu dikembalikan (QS. 2:245)<br /><br />Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Robbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya). Baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah meyukai orang-orang yang berbuat kebajikan<br />(QS. 3:133-134)<br /><br />Barang siapa yang mendorong perbuatan baik, niscaya ia akan memperoleh bagian pahala dari padanya. Barang siapa yang mendorong perbuatan buruk, niscaya ia pun akan memperoleh bagian dosanya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.<br />(QS. 4 : 85)<br /><br />Tidak akan pernah berkurang harta seseorang yang disedekahkan, kecuali ia malahan bertambah, bertambah dan bertambah (al Hadist)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-368998871428373682007-10-17T23:46:00.001-07:002007-10-19T08:51:51.439-07:00Segini Dahsyatkah Sedekah ?<a href="http://aktivis-amatiran.blogspot.com/2007/06/sebegini-dahsyatkah-sedekah_03.html"><span style="FONT-WEIGHT: bold">[Sederhana Itu Indah]</span></a> - Sebelumnya, saya ingin berterimakasih kepada kang ilham, teh rachma, teh nuni, dan kang awan atas tanggapannya pada tulisan terdahulu (Anggapan yang Membius)<br /><br />Sahabatku tercinta, kemaren baru aja saya mengalami apa yang banyak dikatakan oleh para ulama kita. Bahwa Allah itu Maha Kaya, bahkan saking kaya-nya, balasan akan amal kita pun tidak hanya dibalas berjuta kali lipat di akhirat, tapi juga di dunia.<br /><br />Ini mah mudah-mudahan bisa jadi inspirasi ya, Jadi begini nih, beberapa hari yang lalu saya sedekah. Misalnya Rp.100 aja. Nah (walaupun sebenernya kurang baik juga sih) dalam hati saya bergumam “Ingin nyoba ah, katanya kalo kita sedekah, biasanya rizki kita dipermudah”<br /><br />Apa yang terjadi? Ternyata hari itu tidak ada yang terjadi hehehe...Tapi, ternyata eh ternyata, besoknya ada SMS, yg isinya kurang lebih kayak gini “Agah, siap-siap 3 pekan lagi kita serah terima tempat fotocopy” *HAH*<br /><br />Jadi ceritanya, kan kantor saya yang super imut ukurannya tuh numpang di sebelah tukang fotocopy. Sehubungan denger-denger bisnis fotocopy tersebut kurang terkelola dengan baik dan pemiliknya sudah sepuh, saya coba-coba ajukan deh ke ownernya. “Biar aja kami yang ngelola, kami setor sekian ke bapak perbulannya, tapi sewa tempat gratis”<br /><br />Sebenarnya ngga terlalu ngejar banget sih, tapi ternyata Allah yang membolak-balikkan hati. Dengan mudahnya Allah menggerakkan jempol si bapak buat ngirim SMS yang tadi ke kami. Alhamdulillah, ini baru yang pertama.<br /><br />Yang kedua, solat malam dirikanlah, eh…Kalo yang kedua adalah besok lusanya. Jadi, secara *cieh* saya kan lagi nyari-nyari laptop nih. Hasil survey ke temen-temen mah kalo yg murah tapi lengkap fiturnya yaitu Axioo dan Acer. Tapi kurang tahan lama. Saya pikir, masalah barang mahal kayak gini mah harus yang tahan lama, karena saya beli bukan buat dijual lagi.<br /><br />Tanya kesana kemari, yang ok tuh Dell, Sony Vaio, dan Toshiba. Karena dua merek yang awal mayoritas diatas 8 jutaan dan bugdet saya ngga cukup, akhirnya fokus deh di Toshiba (TOs HIdeung BAu, Sunda Translation : Udah Item Bau Lagi). Udah nyari-nyari, ketemu yang harganya $ 869 dan saat itu kurs Rp.8900. Jadi sekitar Rp 7.734.100 lah.<br /><br />Keliling-keliling di toko sama sobat, eh rata-rata Rp.7.750.000. Masih kemahalan. Karena udah adzan maghrib, solat dulu aja ke masjid deket mall kami teh. Lalu abis solat, sobat saya ngajakin ”Gah, kita nyoba ke pameran yu!” Ya karena masih penasaran, saya hayu aja.<br /><br />Di pameran, mendekati sebuah stan, dan menanyakan harga. Wah ternyata yang ini mah $869 x Rp.8800 = Rp. 7.647.200. Lebih murah euy! Ternyata ngga selesai sampai di situ, si Mbak ngambil kalkulator dan menyorongkan sebuah angka dengan kurs Rp 7.560.300, dipas-in jadi Rp.7.550.000 masih ditambah optical mouse.<br /><br />Dan dalam sepersekian detik tiba-tiba si Mbak nampak salah tingkah, dan berkata ”Eh, salah!” Karena kami selaku konsumen berjiwa buas hehehe... kami tagih lagi apa yang dia ucapkan barusan. Dan akhirnya transaksi penghematan besar-besaran kami dapatkan.<br /><br />Alhamdulillah, Ya Allah, Engkaulah yang membolak-balikkan hati si Mbak, Engkaulah yang membuat si Mbak salah ucap sehingga memberi kami harga grosir. Nuhun pisan ya Allah...<br /><br />Nah begitulah sahabat, saya pun sekarang makin yakin kalo efek sedekah itu luar biasa, sampai-sampai di dunia pun dibalas kontan. Mudah-mudahan di akhiran lebih berlipat lagi . Amien...<br /><br />NB : Hari ini, 22 tahun yang lalu, ada sepasang suami istri yang super stress menanti kelahiran si jabang bayi yang sulit keluar. Dari malem udah pembukaan, baru brojol pas adzan dzuhur besoknya. Dan bayi kurang ajar itu adalah saya, peace!!Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-13137215395855102262007-10-17T23:41:00.000-07:002007-10-19T09:05:05.991-07:00Logika Kesuksesan dan Sedekah<a href="http://mybothsides.blogspot.com/2007/03/logika-kesuksesan-dan-sedekah.html"><span style="FONT-WEIGHT: bold;font-family:lucida grande;" >[My Both Side Blog] </span></a><span style="font-family:lucida grande;">- Ini hanya sekelumit catatan waktu diskusi menjelang malam dengan Ismail 'Sukribo' (Sebikom) dan Andino (Pensil Terbang). Diskusi mendadak ini dilakukan, setelah mereka berdua menemani saya menerima kunjungan wakil British Council (Prof. David, Martin dan beberapa stafnya) untuk pendataan (<em>scouping visit</em>) ke Petakumpet. Lha kunjungan kok jam 21.30 malam, kantor pas lagi sepi. Tapi kata mereka OK aja, jadinya ber-inggris ria selama kurang lebih 1 jam menjelaskan ini itu tentang Petakumpet. Setelah mereka pulang, baru terasa kalo lidah jadi lebih kriting. Maklum terbiasa makan nasi kucing, bukan burger atau hot dog (saya tidak suka anjing, apalagi yang panas).<br /></span><div class="post-body"><p><span style="font-family:lucida grande;">Kembali ke diskusi dengan duo gokil, tema yang paling hangat adalah tentang kesuksesan dan sedekah. Seperti yang kami bertiga rasakan, masing-masing mengelola perusahaannya yang kebetulan memang sedang diuji Allah dengan beberapa kekurangan. Kurang order lah, kurang modal, kena musibah, kurang lancar <em>cash flow</em>-nya, dsb. Berikut beberapa yang kita bicarakan:<br /></span></p><ul><li><span style="font-family:lucida grande;"><span style="FONT-WEIGHT: bold">Orang akan sukses jika memiliki sikap </span><strong style="FONT-WEIGHT: bold">konsisten/istiqomah</strong><span style="FONT-WEIGHT: bold"> terhadap pilihan yang diyakininya untuk dijalankan</span>. Baik dalam kelebihan maupun kekurangan, tetep konsisten. Ditawari uang lebih atau harta bertumpuk tidak mengubah pendirian. Diuji Allah sampai hidup berantakan, tidak putus asa. Dan konsisten ini tidak harus meliputi seluruh bidang kehidupan. Tak ada manusia sempurna. Misalnya: AA Gym dikenal karena konsisten mengelola hati (manajemen qalbu) dalam berdakwah. Yusuf Mansur dikenal sebagai ustadz sedekah. Kemana-mana bicaranya sedekah. Rhoma Irama menyanyi dangdut. Dimana-mana nggak pernah nyanyi trash metal, selalu dangdut. Mereka sukses karena istiqomah di satu bidang tertentu, bukan karena sempurna.</span></li></ul><ul><li><span style="font-family:lucida grande;"><strong>Orang yang sukses sebagian besar punya kebiasaan baik (meskipun terlihat sepele) yang dijalankan secara konsisten.</strong> Orang yang punya kebiasaan baik meskipun banyak dosanya, tidak akan sampai hancur hidupnya di dunia. Orang yang sangat sukses akan jatuh hidupnya jika punya kebiasaan buruk yang konsisten. Anda masih ingat Harmoko, Sudomo, Soeharto yang merupakan tokoh teras orde baru? Ketika Orba tumbang dan puluhan pejabat korup disidang dan masuk bui, mereka masih bisa menikmati hidupnya di luar. Seorang teman mengatakan, Soeharto punya kebiasaan selalu menghormati orang tua dan sangat rajin sholat subuh tepat waktu. <em>Wallahu 'alam.</em> Saya tidak tahu apa kebiasaan Harmoko dan Sudomo, tapi saya menduga mereka juga punya kebiasaan berbuat baik (meskipun kecil) sehingga Allah menangguhkan hukuman atas dosanya di dunia. Ada anak muda yang dijamin menjadi ahli surga oleh Nabi Muhammad karena sangat menyayangi ibunya, sampai menggendongnya berhari-hari ke Mekkah untuk berhaji. Meskipun ibadahnya yang lain belum tentu sempurna, kebiasaan merawat ibunya itu sudah cukup membawanya ke surga. Yang baru adalah kasus Kepala Bulog Widjanarko yang diduga korupsi import sapi atau Yahya Zaini yang selingkuh dengan Maria Eva. Kedua tokoh ini jatuh kariernya, karena melakukan perbuatan buruk yang konsisten (berlangsung cukup lama) tanpa sempat bertobat. Widjanarko malah ketambahan 3 kasus korupsi lagi yang katanya melebihi kasus import sapi fiktif, bukti bahwa penyalahgunaan 'mungkin' telah dilakukannya secara konsisten pula meskipun awalnya sedikit-sedikit. Terungkapnya kejahatan untuk mereka yang sengaja berbuat dosa (meskipun pinter menghilangkan jejak) hanya menunggu waktu saja.</span></li></ul><ul><li><span style="font-family:lucida grande;">Orang yang sedekah dalam pandangan mata biasa, akan berkurang jumlah hartanya. Ini benar, jika melihat fisiknya. Tapi setahu saya zakat tidak dinilai oleh Allah dari fisiknya semata, yang terpenting justru dari aspek non fisiknya: dari <strong>keikhlasan</strong> hatinya. Ibaratnya harta itu seperti selembar foto yang kita <em>scan</em> untuk jadi <em>image </em>di komputer. Image itu kita <em>upload </em>di blog, bentuk fisik lembarannya telah berubah jadi digital. Lalu siapapun di seluruh dunia bisa meng-<em>copy</em> file foto itu untuk diprint dimana saja, berapapun jumlah lembarnya, dengan kualitas foto yang sama dengan aslinya, <strong>tanpa mengurangi size image yang pertama, tanpa mengurangi lembar foto aslinya</strong>. Benda aslinya tetap, tapi penggandaannya tak terbatas jumlahnya. Inilah logika sedekah menurut saya. Terjadi transformasi: <strong>fisik - non fisik - fisik</strong>. Dan penggandaannya tak terbatas, terserah Allah. bisa sepuluh kali, tujuh ratus kali, atau semilliar kali. Mengikuti hukum alam, di dunia ini sampai kapanpun tidak akan terjadi penambahan atau pengurangan massa benda, yang ada adalah perubahan wujud semata. Jika kita sedekah, harta kita tidak hilang tapi berubah wujud menjadi file digital versi Allah yang jika dikehendaki-Nya akan balik lagi ke kita dalam bentuk fisik atau non fisik berlipat-lipat dari nilai awalnya. Lihat udara yang tak pernah habis meskipun dihisap 5 milyar makhluk bumi selama jutaan tahun, rasakan sinar matahari yang tak berkurang kekuatannya meskipun telah menyinari bumi milyaran tahun. </span></li></ul><p><span style="font-family:lucida grande;">Demikianlah, diskusi singkat malam itu. Saat jam melewati angka 12 malam, dua teman baik saya itupun pulang. Kami bertiga mengalami pencerahan, tanpa merasa kehilangan apapun. Ilmu yang dibagikan, memperbanyak dirinya tanpa mengurangi bagian si pemilik ilmu. Anda boleh meng-<em>copy </em>tulisan ini dan mendiskusikannnya atau membaginya ke siapapun, tulisan ini takkan berkurang sedikitpun. </span></p><p><span style="font-family:lucida grande;">Sedekah hanya akan memperbanyak, tidak pernah mengurangi harta kita. Lacaklah dengan logika dan iman. Allah menyediakan perniagaan yang tidak pernah rugi. Tidak sekalipun merugikan. Jika Anda belum percaya, silakan dicoba. </span></p></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-85570131958732384042007-10-17T23:39:00.000-07:002007-10-19T09:11:23.091-07:00Sedekah<a href="http://www.imsa.us/index.php?option=com_content&task=view&id=82&Itemid=50"><span style="FONT-WEIGHT: bold">[Indonesian Muslim Society]</span></a> - Islam adalah agama yang mengutamakan amal, derma, kebaikan, kemurahan hati, dan tolong-menolong antar sesama. Sifat kikir, rakus,dan tamak adalah bagian dari sifat syaitan. Allah menyuruh kita untuk berderma sebagai berikut:<br /><div>"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS 2:274)</div><br /><div>Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Menurut pengertian istilah syariat, sedakah berarti segala pemberian amal derma di jalan Allah. Perngertian sedekah sama dengan perngertian infak. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut juga hal yang non-materi. Misalnya amal kebaikan yang dilakukan seorang Muslim juga termasuk sedekah.</div><br /><div>Hadis dari Abu Musa R.A. bekata bahwa Nabi SAW bersabda, "Tiap Muslim wajib bersedekah." Sahabat bertanya, "Jika tidak dapat?" Nabi menjawab, "Bekerjalah dengan tangannya yang berguna bagi dirinya dan ia dapat bersedekah." Sahabat bertanya lagi, "Jika tidak dapat," jawab Nabi, "Membantu orang yang sangat membutuhkan." Sahabat bertanya lagi, "Jika tidak dapat?" Jawab Nabi, "Menganjurkan kebaikan." Sahabat bertanya lagi, "Jika tidak dapat?" Nabi menjawab, "Menahan diri dari kejahatan, maka itu sedekah untuk dirinya sendiri."</div><br /><div>Dari penjelasan hadis di atas, sedekah tidak mesti dengan hanya mengeluarkan sejumlah materi atau uang, tetapi semua amal kebajikan yang dilakukan seorang Muslim, seperti menciptakan kebersihan lingkungan, bersikap santun, memberikan pendidikan agama kepada anak dan istri dan bahkan memberikan senyuman pun adalah sedekah. Membaca tasbih, membaca takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami-istri, atau melakukan kegiatan amar ma'ruf nahi munkar adalah sedekah.</div><br /><div>Sudah menjadi suatu kewajiban bagi seorang Muslim untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Tidak dapat dipungkiri bahwa di dunia ini sebagian Muslim mendapat kelebihan rezeki pemberian Allah melalui kerja kerasnya maupun melalui sebab-sebab lainnya yang sah. Sementara ada sebagian saudara kita yang hidup sebatas cukup, atau bahkan di bawah cukup. Namun demikian Islam telah mengatur adanya perbedaan tsb melalui suatu mekanisme penyaluran di jalan Allah seperti zakat, infak, sedekah, dan juga dalam kehidupan sosial seperti tolong menolong, hibah, dll. Bersedekah merupakan aktivitas seorang Muslim yang memiliki sifat keutamaan, karena ketinggian derajat seorang Muslim ditentukan oleh sebesar dan sejauh mana ia memiliki kepedulian dan kepekaan sosial kepada Muslim yang lainnya. Juga keutamaan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.</div><br /><div>Harta bukan untuk ditumpuk, kemudian dinikmati sendiri. Seorang Muslim harus ingat bahwa ada kewajiban yang mesti dilakukan terhadap harta itu yang di dalamnya juga ada milik orang lain, agar harta yang diberikan Allah tidak sia-sia dan bisa menjadi bekal hidup, baik dunia maupun di akhirat. Keseimbangan dalam mengelola harta itulah yang ditekankan Rasulullah SAW. Inilah yang terkadang berat dilakukan, karena menganggap harta benda yang dimiliki adalah hasil kerja keras yang harus dinikmati sendiri. Padahal, dalam harta seseorang sejatinya ada campur tangan dari Allah SWT. Karena itu, harta mesti dikelola sesuai dengan petunjuk Allah juga.</div><br /><div>Pada orang yang suka bersedekah, ada jaminan surga dari Allah bahwa sedekah akan melindunginya di hari perhitungan. Dalam riwayat Ibnu Hibban dan Hakim dari 'Uqbah ia mendengar Rasulullah bersabda, "Setiap orang bernaung di bawah perlindungan sedekahnya hingga ditetapkan hisab (perhitungan) di antara manusia di yaumil akhirat."</div><br /><div>Islam menganjurkan umatnya untuk memperhatikan adab dalam bersedekah atau berzakat. Ini agar orang yang membutuhkan harta dapat menikmati hartanya dengan baik, sementara orang yang bersedekah juga mendapat pahala maksimal.</div><br /><div>Bersedekah mesti dalam keadaan sehat dan sangat ingin, karena sedekah yang dilaksanakan pada saat menjelang kematian tidak ada gunanya. Hadis dari Abu Hurairah yang diriwayatkan Al-Bukhari bahwa seseorang berkata kepada Nabi SAW, "Sedekah yang mana yang lebih utama itu?" Nabi bersabda, "Engkau bersedekah dalam keadaan sehat (shahih) dan berkeinginan (harish)."</div><br /><div>Pada satu kesempatan, Rasulullah SAW ditanya seseorang sahabatnya tentang sedekah yang paling utama. Kata beliau, ''Engkau menyedekahkan harta itu pada saat engkau dalam keadaan sehat dan di kala engkau benar-benar menginginkan harta tersebut saat itu.'' (HR Abu Dawud).</div><br /><div>Allah SWT berkata, ''Engkau tak akan mendapatkan kebaikan apa pun hingga kalian menyedekahkan sebagian harta yang paling kalian cintai. Ketahuilah, apa pun yang kalian infakkan, Allah pasti mengetahuinya.'' (Ali 'Imran: 92).</div><br /><div>Di antara adab-adab bersedekah yang lain adalah menyegerakan berzakat atau bersedekah ketika sudah waktunya. Hal ini untuk menampakkan rasa suka cita muzakki dalam memenuhi perintah Allah untuk membahagiakan hati fakir-miskin. Salah satu akhlak mulia Nabi SAW dalam masalah sedekah adalah mempercepat dalam memberikan sedekah itu. Pernah suatu ketika, Nabi SAW mempercepat shalatnya hingga membuat para sahabatnya bertanya-tanya. Setelah ditanya, beliau menjawab, ''Ketika shalat, aku teringat ada harta bendaku yang belum aku sedekahkan.'' (HR Bukhari).</div><br /><div>Menyembunyikan sedekah dengan meminimalisir orang yang mengetahuinya agar amal baik tidak dikotori oleh godaan riya' juga merupakan bagian dari adab bersedekah. Juga menjaga agar mustahiq tidak terbuka rahasia akan kefakirannya. Adapun kalau ia yakin tidak akan riya', ia dapat menampakkannya agar diketahui oleh orang banyak. Dengan catatan orang-orang itu akan meneladaninya. Jangan merusak sedekah dengan mengungkit-ungkitnya kembali (QS Al- Baqarah : 264). Termasuk menyakiti orang yang menerima sedekah adalah dengan mengumumkan kefakirannya, membentak-bentak atau menghinanya karena meminta-minta.</div><br /><div>Berapa pun nilai harta yang disedekahkan, kita harus menganggapnya sedikit karena alau sampai menganggapnya banyak, maka kita akna 'ujub (bangga) dengan pemberian itu. Dari 'ujub inilah akan timbul takabbur yang pada akhirnya akan menghilangkan pahala dari sedekah itu. Sebagian ulama mengatakan perbuatan baik tidak akan sempurna kecuali dengan tiga hal yaitu menganggapnya ringan, menyegerakan, dan menyembunyikannya. (Muhamad Djunaedi) </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-76881536616518658212007-10-17T23:33:00.000-07:002007-10-19T08:54:24.585-07:00Drs H Mulyadi MMA : Sedekah Menyelamatkan Saya<span style="font-size:100%;"><b></b></span><span style="font-size:100%;color:#035d8a;"><span style="color:#000000;"><a href="http://mualaf.com/modules.php?name=News&file=article&sid=403"><span style="FONT-WEIGHT: bold">[Muallaf Center]</span></a> - Dengan langkah gontai dan lemas, Mulyadi keluar dari kantor sebuah bank yang terletak di Jalan Diponegoro Jakarta Pusat, Jumat sore di bulan September 2006. Ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Pihak bank memintanya untuk kooperatif, karena Senin atau Selasa, kantor pelelangan akan menyita seluruh asetnya.<br /><div align="justify"><br />''Jumat itu, saya diminta pihak bank untuk segera kooperatif atas kedatangan kantor pelelangan bahwa Senin atau Selasa akan datang untuk menyita asset saya. Kantor pelelangan tersebut akan mencoba menyelesaikan masalah saya dengan konsep dilelang,'' tutur Mulyadi mengawali kisahnya kepada <em>Republika </em>akhir pekan lalu.</div><br /><div align="justify">Selain bekerja di suatu perusahaan, suami dari Nurasiah Jamil ini membuka usaha sendiri. Posisi terakhir yang dijabatnya adalah Direktur Utama PT Zebra Nusantara TBk, perusahaan transportasi terbesar di kota Surabaya. ''Dari kesulitan-kesulitan makro berimbas kepada kesulitan termasuk perusahaan yang saya kelola. Akumulasi kesulitan itu berakibat terhadap terancamnya aset-aset yang saya miliki, ujarnya. Nilai aset itu hampir Rp 2 miliar, dan akumulasi utang hampir Rp 3 miliar. </div><br /><div align="justify">Dan, untuk kali pertama dalam hidupnya, pria kelahiran Bogor 2 November 1970 yang pernah menjabat Direktur Utama PT Steady Safe Tbk ini menggunakan kendaraan umum untuk mengantarkannya ke tempat tujuan. Jujur saja, selama ini Mulyadi ke mana pun selalu menggunakan sopir. ''Akhirnya saya naik Busway karena itu kendaraan yang saya lihat berlalu lalang. Pertama kali saya naik bis ya itu dari depan hotel Mandarin menuju Al Azhar. Saya shalat Maghrib di situ saya lihat dan mendengar publikasi dari pengurus masjid tentang adanya tausiah.'' </div><br /><div align="justify">Ia pun beriktikaf di Masjid Agung Al Azhar hingga waktu Isya tiba. Setelah shalat Isya berjamaah Mulyadi mengikuti pengajian yang malam itu menampilkan dai muda Ustadz Yusuf Mansur sebagai penceramah. ''Saya terkejut, ketika dalam tausiyah mengatakan, 'Mungkin di antara jamaah yang hadir di sini adalah orang yang tidak sama sekali berniat untuk datang ke Al Azhar bahkan mendengarkan tausiyah dari saya. Tapi, jamaah tersebut saat ini sedang dilanda kesulitan yang luar biasa','' ungkap Mulyadi menirukan.</div><br /><div align="justify">Intinya, sang ustadz mengatakan bagaimana cara mengatasi kesulitan dan mengharapkan pertolongan Allah. Caranya adalah dengan bersedekah, dan lebih utma adalah benda yang paling dicintainya. Tanpa pikir panjang, Mulyadi pun mengikhlaskan jam tangan merek <em>Bvlgari</em> yang melingkar di tangannya seharga 3.000 dolar AS untuk disedekahkan. ''Waktu itu, yang paling berharga hanya jam tangan karena di dompet hanya ada uang Rp 110 ribu. ATM saldonya sudah sangat minimum, Kartu Kridit sudah <em>over limit</em>. Waktu itu saya pikir kalau saya sedekahkan Rp 100 ribu uang saya tinggal Rp 10 ribu. </div><br /><div align="justify">Sejenak ada rasa berat. Jam tangan itu memang tipe jam yang diidam-idamkannya dari dulu. Namun ia segera menepisnya. Saat dilelang, jam itu dibeli seorang jamaah seharga Rp 200 ribu. </div><div align="justify">Ia merasa enteng sepulang dari masjid. Ia mengaku berada di puncak kepasrahan tertinggi selama hidupnya. Ia siap untuk menerima keputusan apapun, termasuk hilangnya semua aset yang dimilikinya.</div><br /><div align="justify">Tak lama kemudian, teleponnya berdering. Jauh sebelum krisis mendera dirinya, ia pernah mengajukan sebuah proposal proyek kepada sebuah lembaga. Suara telepon di seberang sana menanyakan proposalnya dulu, apakah berminat untuk meneruskan atau tidak. Allah menggerakkan hatinya untuk mengakomodasi proposal saya, kisahnya penuh suka cita. </div><br /><div align="justify">Senin, hanya berselang dua hari setelah mensedekahkan jam <em>Bvlgari</em>-nya, Mulyadi diminta datang ke kantor rekannya bersamaan dengan rencana eksekusi lelang. Mereka sepakat bekerja sama. Tak sampai seminggu, ia sudah meneken surat perjanjian kerja sama. Uang muka honorarium segera dikirim ke rekening, begitu kata mereka. Di hari batas terakhir ia harus melunasi hutangnya, ia pergi ke bank. <em>Subhanallah</em>, sudah ada jumlah uang yang sangat-sangat cukup untuk menyelesaikan semua kewajiban saya,ia berkisah dengan mata berbinar. </div><br /><div align="justify">Ia tak akan pernah melupakan kisah itu. ''Inilah pengalaman batin yang paling berkesan sepanjang hidup saya. Apa yang kita sangka, tak selalu seperti itu yang Allah kehendaki. Ia pun teringat, boleh jadi, keajaiban itu datang karena sebelumnya ia berikhtiar, berdoa tanpa putus, ibadah puasa Senin-Kamis, shalat dhuha setiap hari, iktikaf di masjid, dan selalu mendoakan orang tua. </div><br /><div align="justify">Mulyadi bersyukur Allah memberinya kesulitan hidup, karena itu adalah momentum untuk melihat keperkasaan Allah. Allah mengintervensi kehidupan manusia selama manusia berada di jalan Allah dan mengikhtiarkan sesuatu yang benar-benar mengharap ridha Allah total tidak berkehendak atau tidak tergantung selain Allah. ''Jika kita bersedekah, ternyata itu yang mengundang intervensi Allah lebih cepat lagi,'' tandas Mulyadi berfilosofi. </div><br /><div align="justify"><strong>Drs H Mulyadi MMA</strong><br /><strong>Tanggal Lahir :</strong> Bogor 2 November 1970<br /><strong>Istri :</strong> Nurasiah Jamil<br /><strong>Anak-anak :</strong><br />Nurfajrina Sabila Putri Mulyadi<br />Muhammad Sultan Ramadhan Putra Mulyadi<br />Nursabrina Saskia Putri Mulyadi<br /><strong>Pendidikan :</strong><br />Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpar Bandung 1995<br />Pascasarjana Program Magister Management Agribisnis IPB 2004<br /><strong>Pekerjaan :</strong><br />Direktur PT Infiniti Finance 1999-2003<br />Komisaris PT Steady Safe Tbk 1999-2003<br />Direktur Utama PT Steady Safe Tbk 2000-2001<br />Direktur Utama PT Zebra Nusantara Tbk 2003-Juni 2006<br />Ketua Bidang Transfortasi dan Telekomunikasi DPP HIPPI 2004-sekarang</div></span></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-3258156242461747782007-10-17T23:30:00.000-07:002007-10-19T08:54:56.989-07:00Sedekah CerdasSiapa ingin doanya terkabul/dibebaskan dari kesulitan, hendaknya ia membantu/mengatasi kesulitan orang lain (HR. Ahmad).<br /><br /><a href="http://gawtama.blogspot.com/2006/09/sedekah-cerdas.html"><span style="FONT-WEIGHT: bold">[Gaw Nyang Blog] </span></a>- Kepada siapa Anda memberikan sedekah kemarin? satu hari sebelum kemarin? satu pekan yang lalu? bagaimana dengan hari ini atau besok? kemana sedekah Anda disalurkan? Sekadar merata-rata jawaban yang mungkin keluar dari sederet pertanyaan di atas, pilihan pertama boleh jadi jatuh ke tangan anak-anak yatim, kemudian fakir miskin, janda, dan lansia berada di urutan berikutnya.<br /><br />Salah satu kelebihan orang-orang yang sering bersedekah terletak pada keikhlasan. Mereka sangat percaya dan tak pernah mempertanyakan kemana dan kepada siapa sedekahnya berlabuh. Terkecuali bagi mereka yang lebih senang menyerahkannya langsung kepada penerima manfaat. Namun bagi para penyedekah yang meletakkan amanahnya di pundak para pengelola sedekah/infak, kepercayaan menjadi dasarnya.<br /><br />Meski bukan berarti mereka yang tidak menyalurkannya lewat lembaga pengelola sedekah, dianggap tidak percaya kepada berbagai lembaga tersebut. Ini hanya soal `selera` masing-masing individu yang tidak boleh diganggu-gugat dan patut dihormati.<br /><br />Yang perlu diingat, kepercayaan bukan berarti tak perlu tahu kemana sedekah Anda tersalurkan. Boleh saja setiap individu meminta penjelasan kepada siapa dan untuk apa sedekah yang disalurkannya tertuju. Bukan bermaksud mengabaikan prinsip keikhlasan, namun dalam bersedekah sebaiknya Anda tahu alamat sedekah tertuju. Seperti bunyi hadits di atas, ketika Anda ingin membantu mengatasi kesulitan orang lain, tahukah Anda siapa yang dimaksud orang lain itu? Siapa yang saat ini sedang mengalami kesulitan? mana yang lebih utama untuk diatasi terlebih dulu?<br /><br />Mari coba kita petakan. Pertama, anak-anak yatim. Jelas mereka adalah hamba-hamba Allah yang senantiasa mengalami kesulitan selama mereka masih dalam usia berketergantungan dan belum memiliki kemampuan menghidupi diri sendiri. Mereka adalah titipan Allah kepada hamba lainnya yang mampu dan berkewajiban menafkahi anak-anak yatim.<br /><br />Kedua, fakir miskin. Mereka kaum lemah yang memerlukan uluran tangan, dengan tujuan agar mereka mampu berdiri dan mandiri. Ingat, konsepnya harus memberdayakan bukan membuat mereka terus menerus tidak berdaya. Sehingga bersedekah harus mentargetkan para penerima manfaat pada beberapa jenjang. Dari penerima meningkat menjadi tak lagi membutuhkan bantuan karena sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri. Tak sampai di situ, harus terus mendapatkan bimbingan agar status mereka juga meningkat menjadi pemberi sedekah. Jika semua penerima sedekah kelak akan menjadi penyedekah, indah nian negeri ini.<br /><br />Golongan ketiga yang berhak mendapatkan sedekah, yakni para janda dan lansia. Keduanya nyaris memiliki persoalan yang sama, yakni kehilangan sesuatu yang selama ini menjadi andalannya. Para janda yang kehilangan tulang punggung pencari nafkahnya, perlu mendapatkan bantuan agar ia terbebas dari kesulitan. Konsepnya tetap sama, yakni memberdayakan agar kelak mampu menjadi orang yang mandiri dan bisa menghidupi keluarganya tanpa perlu lagi menunggu bantuan orang lain. Sedangkan para lansia, mereka telah pula kehilangan masa produktifnya. Tenaganya tak lagi seperti dulu untuk bisa mencari rizki sendiri.<br /><br />Golongan lainnya, adalah mereka yang bukan anak yatim, bukan fakir miskin, bukan pula janda atau lansia, namun tetap membutuhkan bantuan karena tengah mengalami kesulitan. Antara lain, orang-orang yang terlilit hutang dan orang-orang yang terkena musibah/bencana.<br /><br />Bencana alam kerap terjadi di negeri ini, dan setiap bencana menyisakan kepedihan mendalam bagi para korban. Tak hanya lantaran kehilangan anggota keluarga yang dicintai, tetap status semi permanen yang berubah dalam sekejap. Pengusaha berubah menjadi orang yang tak punya apa-apa, dermawan yang tiba-tiba harus mengemis meminta bantuan, serta orang-orang yang biasa berkecukupan seketika sangat berkekurangan, untuk mendapatkan makan pagi pun menunggu jatah. Kehidupan pun berubah drastis, rumah mewah tersulap menjadi tenda darurat yang harus berbagi tempat dengan ribuan korban lainnya. Sungguh, para korban bencana juga sangat membutuhkan sedekah dari orang-orang yang tak terkena bencana.<br /><br />Sejatinya mereka bukan orang-orang yang akan menjadi penerima bantuan terus menerus, asalkan sedekah Anda tetap tersalurkan untuk mereka. Selama masih ada orang-orang yang tetap peduli nasib mereka, para korban bencana itu akan segera terbebas dari status penerima bantuan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Karena, asal mereka adalah orang-orang yang kuat, mandiri, dan bahkan juga para dermawan.<br /><br />Jika Anda senang bersedekah, dan mengalamatkannya kepada anak-anak yatim, fakir miskin, janda, lansia dan orang-orang yang tengah berada dalam kesulitan, maka bersedekahlah untuk para korban bencana. Anda akan mendapatkan semuanya, karena di lokasi bencana juga terdapat orang-orang yang Anda cari alamat sedekah Anda. Anak yatim, fakir miskin, janda, lansia, orang-orang kesulitan karena tertimpa musibah, merekalah alamat sedekah Anda. Wallaahu` a`lam<br /><br />ACT Hotline 021-741 4482<br />Rekening Zakat dan Sedekah a.n. Aksi Cepat Tanggap<br />1. Mandiri 128 000 479 3136<br />2. BSM 101 000 9990<br />3. BCA 676 030 0860<br />4. Permata Syari'ah 0971 001224<br /><br />Andika : 021-685 45401 (donasi)<br />Jemput bantuan, SMS 24 jam, 021-70614482<br />email: info@aksicepattanggap.comUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-54496345267060269442007-10-17T23:27:00.000-07:002007-10-19T08:59:49.559-07:00Sedekah Membawa Berkah<div class="entry"><div class="snap_preview"><p class="MsoNormal" style="TEXT-ALIGN: justify"><a href="http://abunaufal.wordpress.com/category/sedekah/"><span style="FONT-WEIGHT: bold">[Pencerah Hati]</span></a> - Sudah banyak kisah tentang pertolongan Allah yang tidak disangka-sangka, ketika hambanya dengan ikhlas memberi kepada sesama.</p><p class="MsoNormal" style="TEXT-ALIGN: justify"><span style="FONT-WEIGHT: bold">Berikut adalah salah duanya.</span>Ada seorang pengusaha yang bangkrut krut. Semua kekayaannya habis, sehingga yang biasanya dia naik mobil mewah, sekarang naik Trans Jakarta. Ketika naik bis itu, dia iseng-iseng turun di Masjid Agung Al-Azhar (Sisingamangaraja, Kebayoran, dekat Blok M) untuk sholat. Kebetulan saat itu ada taushiah yang membahas tentang sedekah (shodaqoh). “Sekarang, siapa saja yang sedang mempunyai masalah, silahkan Bapak-Bapak untuk menyerahkan apa saja yang sedang dibawa ke sajadah ini,”kata Pak Penceramah. “Insya Allah, masalah Bapak akan segera teratasi,”kata dia selanjutnya.</p><p class="MsoNormal" style="TEXT-ALIGN: justify">Si Fulan ini, sempat ragu-ragu. Ah, apa iya ya? Akhirnya antara ya dan tidak, dia menyerahkan jam tangan satu-satunya seharga USD 3 ribu (sekitar 30 juta rupiah). Sesudah itu dia pulang.<br />Malamnya dia memperoleh SMS bahwa proposal dia sedang dipertimbangkan. Biasa, walaupun sudah bangkrut, dia masih berusaha terus untuk mendapatkan bisnis baru lagi. Rupanya janji Allah memang tidak akan pernah dusta. Esok paginya, di rekening dia sudah ada uang masuk sebesar 3 MILYAR rupiah. Masya Allah ….</p><p class="MsoNormal" style="TEXT-ALIGN: justify"><span style="FONT-WEIGHT: bold">Ini kisah kedua. </span>Ada seorang yang sangat ingin membangun rumah (dia masih kontrak). Karena dia tidak punya uang cukup, maka dia berniat untuk selalu bersedekah secara terus-menerus. Sedekah ini khusus dia niatkan agar Allah memberikan rumah untuknya. Sampai ketika sedekah yang dia berikan sudah mencapai sekitar sepuluh juta, dia kedatangan familinya yang kaya raya. Kebetulan waktu itu musim hujan. Rumah kontrakannya banyak yang bocor, dan rupanya familinya ini menaruh perhatian. “Kok banyak sekali kontrakan ini bocornya ya. Mau enggak saya buatkan rumah?”kata familinya tiba-tiba. Masya Allah, akhirnya dia dibuatkan rumah seharga 100 JUTA rupiah.</p></div></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-29440968438108520652007-10-17T23:23:00.000-07:002007-10-19T08:55:38.059-07:00Matematika Gaji VS Sedekah<span class="judul"></span><span class="kalender"></span><b><a href="http://ksp.kotasantri.com/?ksp=blog&mode=detil&blog=Oase/Matematika_Gaji_VS_Sedekah">[Klab Santri Peduli] </a>-</b> Dalam satu kesempatan tak terduga, saya bertemu pria ini. Orang-orang biasa memanggilnya Mas Ajy. Saya tertarik dengan falsafah hidupnya, yang menurut saya, sudah agak jarang di zaman ini, di Jakarta ini. Dari sinilah perbincangan kami mengalir lancar.<br /><p class="konten">Kami bertemu dalam satu forum pelatihan profesi keguruan yang diprogram sebuah LSM bekerja sama dengan salah satu departemen di dalam negeri. Tapi, saya justru mendapat banyak pelajaran bernilai bukan dari pelatihan itu. Melainkan dari pria ini.<br /><br />Saya menduga ia berasal dari kelas sosial terpandang dan mapan. Karena penampilannya rapih, menarik, dan wajah yang tampan. Namun tidak seperti yang saya duga, Mas Ajy berasal dari keluarga yang pas-pasan. Jauh dari mapan. Sungguh kontras kenyataan hidup yang dialaminya dengan sikap hidup yang dijalaninya. Sangat jelas saya lihat dan saya pahami dari beberapa kali perbincangan yang kami bangun.<br /><br />Satu kali kami bicara tentang penghasilan sebagai guru. Bertukar informasi dan memperbandingkan nasib kami satu dengan yang lain, satu sekolah dengan sekolah lainnya. Kami bercerita tentang dapur kami masing-masing. Hampir tidak ada perbedaan mencolok. Kami sama-sama bernasib "guru" yang katanya pahlawan tanpa tanda jasa. Yang membedakan sangat mencolok antara saya dan Mas Ajy adalah sikap hidupnya yang amat berbudi. Darinya saya tahu hakikat nilai di balik materi.<br /><br />Penghasilannya sebulan sebagai guru kontrak tidak logis untuk membiayai seorang isteri dan dua orang putra-putrinya. Dia juga masih memiliki tanggungan seorang adik yang harus dihantarkannya hingga selesai SMA. Sering pula Mas Ajy menggenapi belanja kedua ibu bapaknya yang tak lagi berpenghasilan. Menurutnya, hitungan matematika gajinya barulah bisa mencukupi untuk hidup sederhana apabila gajinya dikalikan 3 kali dari jumlah yang diterimanya.<br /><br />"Tapi, hidup kita tidak seluruhnya matematika dan angka-angka. Ada dimensi non matematis dan di luar angka-angka logis."<br /><br />"Maksud Mas Ajy gimana, aku nggak ngerti?"<br /><br />"Ya, kalau kita hanya tertuju pada gaji, kita akan menjadi orang pelit. Individualis. Bahkan bisa jadi tamak, loba. Karena berapa pun sebenarnya nilai gaji setiap orang, dia tidak akan pernah merasa cukup. Lalu dia akan berkata, bagaimana mau sedekah, untuk kita saja kurang."<br /><br />"Kenyataannya memang begitu kan, Mas?" kata saya mengiayakan. "Mana mungkin dengan gaji sebesar itu, kita bisa hidup tenang, bisa sedekah. Bisa berbagi." Saya mencoba menegaskan pernyataan awalnya.<br /><br />"Ya, karena kita masih menggunakan pola pikir matematis. Cobalah keluar dari medium itu. Oke, sekarang jawab pertanyaan saya. Kita punya uang sepuluh ribu. Makan bakso enam ribu. Es campur tiga ribu. Yang seribu kita berikan pada pengemis, berapa sisa uang kita?"<br /><br />"Tidak ada. Habis," jawab saya spontan.<br /><br />"Tapi saya jawab masih ada. Kita masih memiliki sisa seribu rupiah. Dan seribu rupiah itu abadi. Bahkan memancing rezeki yang tidak terduga."<br /><br />Saya mencoba mencerna lebih dalam penjelasannya. Saya agak tercenung pada jawaban pasti yang dilontarkannya. Bagaimana mungkin masih tersisa uang seribu rupiah? Dari mana sisanya?<br /><br />"Mas, bagaimana bisa. Uang yang terakhir seribu rupiah itu, kan sudah diberikan pada pengemis," saya tak sabar untuk mendapat jawabannya.<br /><br />"Ya memang habis, karena kita masih memakai logika matematis. Tapi cobalah tinggalkan pola pikir itu dan beralihlah pada logika sedekah. Uang yang seribu itu dinikmati pengemis. Jangan salah, bisa jadi puluhan lontaran do'a keberkahan untuk kita keluar dari mulut pengemis itu atas pemberian kita. Itu baru satu pengemis. Bagaimana jika kita memberikannya lebih. Itu dicatat malaikat dan didengar Allah. Itu menjadi sedekah kita pada Allah dan menjadi penolong di akhirat. Sesungguhnya yang seribu itulah milik kita. Yang abadi. Sementara nilai bakso dan es campur itu, ujung-ujungnya masuk WC."<br /><br />Subhanallah. Saya hanya terpaku mendapat jawaban yang dilontarkannya. Sebegitu dalam penghayatannya atas sedekah melalui contoh kecil yang hidup di tengah-tengah kita yang sering terlupakan. Sedekah memang berat. Sedekah menurutnya hanya sanggup dilakukan oleh orang yang telah merasa cukup, bukan orang kaya. Orang yang berlimpah harta tapi tidak mau sedekah, hakikatnya sebagai orang miskin sebab ia merasa masih kurang serta sayang untuk memberi dan berbagi.<br /><br />Penekanan arti keberkahan sedekah diutarakannya lebih panjang melalui pola hubungan anak dan orangtua. Dalam obrolannya, Mas Ajy seperti ingin menggarisbawahi, bahwa berapa pun nilai yang kita keluarkan untuk mencukupi kebutuhan orangtua, belum bisa membayar lunas jasa-jasanya. Air susunya, dekapannya, buaiannya, kecupan sayangnya, dan sejagat haru biru perasaannya. Tetapi di saat bersamaan, semakin banyak nilai yang dibayar untuk itu, Allah akan menggantinya berlipat-lipat.<br /><br />"Terus, gimana caranya Mas, agar bisa menyeimbangkan nilai matematis dengan dimensi sedekah itu?"<br /><br />"Pertama, ingat, sedekah tidak akan membuat orang jadi miskin, tapi sebaliknya menjadikan ia kaya. Kedua, jangan terikat dengan keterbatasan gaji, tapi percayalah pada keluasan rizki. Ketiga, lihatlah ke bawah, jangan lihat ke atas. Dan yang terakhir, padukanlah nilai qana'ah, ridha, dan syukur".<br /><br />Saya semakin tertegun. Dalam hati kecil, saya meraba semua garis hidup yang telah saya habiskan. Terlalu jauh jarak saya dengan Mas Ajy. Terlalu kerdil selama ini pandangan saya tentang materi. Ada keterbungkaman yang lama saya rasakan di dada. Seolah-oleh semua penjelasan yang dilontarkannya menutup rapat egoisme kecongkakan saya dan membukakan perlahan-lahan kesadaran batin yang telah lama diabaikan.<br /><br />Ya Allah, saya mendapatkan satu untai mutiara melalui pertemuan ini. Saya ingin segera pulang dan mencari butir-butir mutiara lain yang masih berserak dan belum sempat saya kumpulkan.<br /><br />"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah [2] : 261). (Abdallah)<br /></p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-61479159089323660142007-10-17T23:22:00.000-07:002007-10-19T08:56:39.448-07:00Dahsyatnya Sedekah<span style="font-family:Garamond;"><a href="http://www.islamic-world.net/economic/zakat/sedekah.html"><span style="FONT-WEIGHT: bold">[Islamic World]</span></a> - Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah? Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :</span> <p></p><p><span style="font-family:Garamond;">Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?"</span> <span style="font-family:Garamond;">Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?"</span> <span style="font-family:Garamond;">Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali bertanya para malaikta.</span> <span style="font-family:Garamond;">Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"</span> <span style="font-family:Garamond;">Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya."</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas? Pada suatu hari datang kepada seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan bis yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di kurs-kursi di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua akhwat itulah. Keduanya mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis tersedu-sedu penuh syukur.</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa? Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafazkan zikir.</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah (keutamaan) bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu membangkang terhadap perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita tercermin amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira.</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa. Demi Allah, semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya. Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak.</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Dari pengalaman kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti diuraikan di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan sedekah. Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui," demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 261).</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya, Rasulullah. Harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah."</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">"Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab Rasulullah.</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya, Rasulullah. Saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya," ujarnya.</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah tersebut? Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan pertaruhan antara hidup dan mati. Kendati begitu para sahabat tidak ada yang mendambakan mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan sangat menguntungkan mereka. Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu na’im telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah. Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!</span> </p><p><span style="font-family:Garamond;">Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!</span> </p><span style="font-family:Garamond;">Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan, sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini. (AA Gym)</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-84426948525514574342007-10-17T23:20:00.000-07:002007-10-19T08:57:04.303-07:00Salah Sedekah<p><a href="http://pitutur.web.id/2007/03/30/salah-sedekah/"><span style="FONT-WEIGHT: bold">[Pitutur Web]</span></a> - Siang itu seperti biasa selepas sholat Jum’at beberapa murid ngaji simbah mengumpulkan kotak infaq masjid untuk dihitung hasilnya. Di tengah asyik-asyiknya <span style="FONT-STYLE: italic">ngetung</span> hasil infaq jum’at itu, dumadakan salah seorang pengurus masjid mendekati para penghitung infaq itu. Dia bilang :</p><p><span style="COLOR: rgb(51,51,255); FONT-STYLE: italic">“Anu, maap… tadi saya salah naruh uang infaqnya. Mau saya tuker dulu…. Tadi saya masupin uang limapuluh rebuan. Ini mau saya tuker yang duapuluh rebuan…”</span> kata sesepuh sekaligus pengurus masjid itu pada para pemuda penghitung infaq.</p><p>Para pemuda penghitung infaq itu saling berpandangan <span style="FONT-STYLE: italic">ngempet ngguyu.</span> Selepas si pengurus mesjid itu ngilang. Mereka serempak ngakak dengan perasaan tak habis pikir. Kok ya ada lho manungso jenis begini. Mau dilarang kok ya dia pengurus masjidnya. Lagian gak ada saksi apa benar dia masupin uang limapuluh rebuan, atau malah tadi cuma masupin seribuan. Ah sudahlah….. anggep saja dia jujur.</p><p>Begitulah watak dasar manusia. Untuk urusan infaq menginfaq atau shodaqoh, maka nilai limapuluh rebuan adalah angka mewah. Bahkan untuk ukuran sedekah jum’at pun itu masih termasup dalam kategori hebat. Hanya mereka yang bergaji sekian digit yang dianggap mampu melakukan itu. Tapi apakah betul shodaqoh kita yang kita cemplungkan ke kotak infaq itu merupakan limit kemampuan kita untuk menyedekahkannya??</p><p>Di satu rombongan pengojek yang sebagian besar hidupnya <span style="FONT-STYLE: italic">setengah kesrakat</span>, simbah pernah mendengar satu pembicaraan yang menarik untuk disimak. Sebut saja <span style="FONT-STYLE: italic">Kang Sastro Cagak</span>, dia tengah <span style="FONT-STYLE: italic">ngetuprus</span> perihal kejadian yang barusan menimpanya.</p><p><span style="COLOR: rgb(51,51,255); FONT-STYLE: italic">“Wah, sial bener hari ini aku. Lha penumpang baru dapet tiga sudah dicegat pulisi. Lha mukmen (razia) kok gak bilang-nilang lho… edan tenan..!!”</span> kata Kang Sastro Cagak geram.</p><p>“Keno piro kang..?” tanya Kang Pawiro Slenthem.<br /><span style="COLOR: rgb(51,51,255); FONT-STYLE: italic">“Pulisine minta satus ewu… wah duite mbahe po..!! Akhirnya cuma tak kasih seket ewu ripis. Ha kok tujune pulisine gelem.. hahahaha.. Nggragas tenan jian… yo wis lah. Yang penting beres..”</span> kata Kang Sastro Cagak tersenyum lebar menandakan kelegaannya.</p><p>Lihatlah dua contoh di atas! Pak pengurus masjid yang nyemplungin uang <span style="FONT-STYLE: italic">seket ewu ripis</span> ke kotak inpak itu merasa angka seket ewu itu terlalu besar. Maka dia ralat angka shodakohnya dengan duapuluh rebu ripis. Tapi si tukang ojek yang status ekonominya <span style="FONT-STYLE: italic">mlarat ngempet</span> itu, merasa plong dan lega kehilangan uang limapuluh rebunya. Padahal larinya duit si tukang ojek itu beraroma <span style="FONT-STYLE: italic">nyogok,</span> sedangkan si pengurus mesjid itu nilainya sedekah.</p><p>Nggak tahu kenapa, saat duit kita<span style="FONT-STYLE: italic"> mbablas angine </span>di mal-mal, di gedung bioskop, di restoran-restoran, maka angka berapapun jarang kita sesali dan dianggep pantas untuk mbablas di situ. Namun di saat duit itu dipanggil oleh kotak sedekah, zakat, dan amal-amal sholeh lainnya, kita menganggap <span style="FONT-STYLE: italic">angka-angka yang besarnya sama</span> dengan yang mbablas di mal-mal dan sejenisnya itu terlalu besar.</p><p>Padahal pada hakikatnya, harta kita yang sesungguhnya adalah yang kita belanjakan untuk amal kebaikan itu. Kalo yang hanya diniatkan buat makan, ujung muaranya di <span style="FONT-STYLE: italic">njumbleng</span>. Yang buat pakaian, ujung muaranya jadi <span style="FONT-STYLE: italic">gombal mukiyo</span>, atau setidaknya <span style="FONT-STYLE: italic">gombal amoh.</span> Sedangkan yang ditumpuk-tumpuk di rekening Bank, ujung muaranya jatuh ke tangan ahli waris. Harta yang kita genggam adalah yang kita salurkan kepada amal sholeh yang diniatkan untuk mencari Ridho dari Gusti Allah yang telah memberi rejeki pada kita.</p><p>Untuk urusan sedekah, kita selalu merasa uang kita gak cukup buat sedekah. Apakah karena <span style="FONT-STYLE: italic">tidak mampu</span> atau atau sebenarnya <span style="FONT-STYLE: italic">tidak mau,</span> diri kitalah yang paling tahu. Satu ayat dalam Kitabullah menerangkan tingkat keparahan sifat kikir manusia :<br /><br /><span style="COLOR: rgb(51,51,255); FONT-STYLE: italic">“Katakanlah (wahai Muhammad), seandainya kalian menguasai khazanah perbendaharaan rahmat Tuhanku, maka kalian tentu akan menahannya (tak mau membagikannya) dikarenakan takut infaq. Dan adalah manusia itu sungguh amat kikir.” </span>(S. Al Isra ayat 100)</p><p>Bahkan jika manusia menguasai seluruh harta di alam semesta ini, tetep saja kikir untuk mengeluarkannya. Maka sebenarnya tak ada satu alasan pun untuk tidak mengeluarkan sebgaian harta kita untuk berbagi dengan sesama yang diniatkan mencari ridho Illahi. Tidak usah nunggu <span style="FONT-STYLE: italic">sugeh mblegedhu</span> buat sedekah. Gak usah nunggu digit gajinya naik kalo mau berbagi. Saat ini pun semua bisa melakukannya. Yang dibutuhkan bukan kemampuan, namun kemauan. Karena yang kita keluarkan untuk sedekah dan berbagi itu sebenarnya pasti diganti, baik di dunia maupun di akherat.</p><p>Belum pernah ada ceritanya orang mlarat dikarenakan sedekah. Kalo cerita tentang orang yang mlarat karena kikir, wah… <span style="FONT-STYLE: italic">rong ikrak tumplak</span>. Maka <span style="FONT-WEIGHT: bold">janganlah pernah merasa bersalah karena telah bersedekah.</span></p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-33993981346353473442007-10-17T23:17:00.000-07:002007-10-19T08:57:26.709-07:00Sedekah Menolak Bencana<a href="http://ressay.wordpress.com/2007/03/14/sedekah-menolak-bencana/"><span style="FONT-WEIGHT: bold">[Ressay Blog]</span></a> - Suatu hari, teman saya bercerita bahwa dia pernah mengalami kecelakaan yang sangat mengerikan. Logika manusia berkata bahwa seharusnya ia meninggal, tetapi tidak. Dia selamat sehat wal afiat dan hanya mengalami luka ringan saja; istilahnya, ”nyawa balen”. Dia berkata, ”Saya tertabrak mobil dan terpental dari kendaraan lalu jatuh di dekat ban mobil yang menabrak saya. Saya merasakan rambut terjambak oleh ban mobil.” Di balik kisah itu, dia sedikit bertanya-tanya, ”apakah karena itu?” Bahwa di tengah perjalanan dia melihat seorang pemulung yang sudah tua, yang sedang sibuk membongkar sampah. Karena iba dia merogoh koceknya dan dia berikan semuanya kepada pemulung itu. Mungkin kita angap bahwa itu adalah keselamatan diri karena sebuah kebetulan. Tapi, tidak ada yang namanya sebuah kebetulan.<br /><br />Dari Sayyid Ali Ar-Ridho, dari kakeknya Sayyid Ja’far Ash-Shodiq, dari kakeknya Sayyid Ali Zainal Abidin, dari kakeknya Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah Saw, bersabda: ”Sedekah melalui tangan itu dapat menghindarikan diri dari kematian yang tidak baik, menjaga diri dari tujuh puluh macam bencana.” Sebuah pesan penting didapat dari hadits ini, bahwa tidak ada peristiwa kebetulan, karena segala sesuatu pasti memliki sebab akibat, dan perilaku yang baik akan menghasilkan buah perilaku yang baik pula.<br /><br />Dari kisah teman saya di atas, ternyata sedekah dapat merubah nasib atau perjalanan hidup seseorang; sebenarnya tidak hanya sedekat, tetapi doa dan silaturahmi juga dapat merubah takdir kita. Hal ini tidak seperti yang sering kita dengar, bahwa: jodoh, mau, nasib sudah digariskan Tuhan dan tidak bisa diganggu gugat sehingga jika kita mengalami senang dan sengsara karena Tuhan yang menghendakinya. Sungguh, sebenarnya manusia mampu mengubah jalan hidupnya dengan perbuatan baik, sedekah, silaturahmi, tobat, istighfar, dan rasa syukur. Bisa dikatakan bahwa kita bisa memilih takdir kita sendiri (dengan doa yang disertai sedekah); sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi Yunus yang berdoa dan bertaubat sehingga terhindar dari murka Allah. Begitu juga dnegan silaturahmi yang dapat memanjangkan umur. Al-Kulaini meriwayatkan, dari Abu Hasan berkata, ”Orang yang dapat melakukan silaturahmi Allah akan memanjangkan umurnya tiga puluh tahun.” Allah juga telah berfirman, ”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. 13:11)<br /><br />Alkisah, Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah didatangi seseorang yang mengeluh karena perniagaannya yang terus merugi. Dia bertanya tentang apa yang harus dilakukannya. Sayyidina Ali lalu memberi resep yang berbunyi, ”Berniagalah engkau dengan Allah.” Berniaga dengan Allah adalah dengan memperbanyak sedekah; setiap kita bersedekat berarti kita meminjami Allah dan Allah membayarnya dengan berlipat ganda seperti dalam surat Al-Baqarah 245: ”Siapa yang memberikan pinjaman yang berarti kepada Allah, niscaya Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya yang banyak sekali dan Allah sanggup mempersulit dan melapangkan rizki dan kepadaNya kamu dikembalikan.” Dengan demikian kita dapat menghindari bencana kerugian dengan bersedekah.<br /><br />Pengalaman, kisah dan sejarah telah mengajarkan kepada kita, bahwa ternyata sedekah mampu memiliki daya rubah yang luar biasa. Seperti kisah yang sering kita dengar; dimana seorang pelacur masuk surga hanya lantaran memberi sedekah air kepada seekor anjing yang kehausan. Dia terbebas dari bencana neraka karena sedekahnya. Dari kita itu kita semakin yakin bahwa sedekah memang memiliki kemampuan untuk merubah dan menolak bencana. Akan sia-sia jika kita memandang sedekah sebagai hal yang hanya sekedar mengurangi saldo. Dan hanya pada-Nya kita semua akan kembali. Wallahu a’lam. (Sumber: Buletin Dakwah Pelita Hati Nomor: 03, Edisi: 10, 30 Desember 2)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-91218655479793693092007-10-17T23:14:00.000-07:002007-10-17T23:17:12.972-07:00Tentang Sedekah<span style="font-family:Arial;font-size:130%;color:#000000;"><b></b></span><span style="font-family:Arial;font-size:100%;color:#000000;"><p><a href="http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=248637&kat_id=105&kat_id1=147&kat_id2=417"><span style="font-weight: bold;">[Republika] </span></a>- Sedekah asal kata bahasa Arab <i>shadaqoh</i> yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para <i>fuqaha </i>(ahli fikih) disebuh <i>sadaqah at-tatawwu' </i>(sedekah secara spontan dan sukarela). </p> <p>Di dalam Alquran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum Muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud adalah firman Allah SWT yang artinya: ''Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.'' (QS An Nisaa [4]: 114). Hadis yang menganjurkan sedekah juga tidak sedikit jumlahnya. </p> <p>Para <i>fuqaha</i> sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Di samping sunah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.</p> <p>Menurut<i> fuqaha</i>, sedekah dalam arti <i>sadaqah at-tatawwu' </i>berbeda dengan zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut.</p> <p>Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama disedekahkan, para <i>fuqaha</i> berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya; ''Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai...'' (QS Ali Imran [3]: 92).</p> <p>Pahala sedekah akan lenyap bila si pemberi selalu menyebut-nyebut sedekah yang telah ia berikan atau menyakiti perasaan si penerima. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya yang berarti: ''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima.'' (QS Al Baqarah [2]: 264). (dam/disarikan dari buku Ensiklopedi Islam)</p> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5289258261756651830.post-36286921012996281932007-10-17T23:10:00.000-07:002007-10-19T08:58:18.922-07:00Manfaat Sedekah : Kematian Bisa Diundur<a href="http://tausyiah275.blogsome.com/2006/12/29/manfaat-sedekah/"><span style="FONT-WEIGHT: bold">[Tausyiah 275]</span></a> - Kematian memang di tangan Allah. Maka ada satu hal yang bisa membuat kematian menjadi sesuatu yang bisa ditunda, yaitu kemauan bersedekah, kemauan berbagi dan peduli. <div class="storycontent"><p>SUATU hari, Malaikat Kematian mendatangi Nabiyallah Ibrahim, dan bertanya, “Siapa anak muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim?” “Yang anak muda tadi maksudnya?” tanya Ibrahim. “Itu sahabat sekaligus muridku.” </p><p>“Ada apa dia datang menemuimu?” “Dia menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan pernikahannya besok pagi.” “Wahai Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai besok pagi.” Habis berkata seperti itu, Malaikat Kematian pergi meninggalkan Nabiyallah Ibrahim. Hampir saja Nabiyallah Ibrahim tergerak untuk rriemberitahu anak muda tersebut, untuk menyegerakan pernikahannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu besok. Tapi langkahnya terhenti. Nabiyallah Ibrahim memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah. </p><p>Esok paginya, Nabiyallah Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa anak muda tersebut tetap bisa melangsungkan pernikahannya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Nabiyallah Ibrahim malah melihat anak muda ini panjang umurnya. </p><p>Hingga usia anak muda ini 70 tahun, Nabiyallah Ibrahim bertanya kepada Malaikat Kematian, apakah dia berbohong tempo hari sewaktu menyampaikan bahwa anak muda itu umurnya tidak akan sampai besok pagi? Malaikat Kematian menjawab bahwa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut, tapi Allah menahannya. </p><p>“Apa gerangan yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak muda tersebut, dulu?” “Wahai Ibrahim, di malam menjelang pernikahannya, anak muda tersebut menyedekahkan separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup.” </p><p>Saudara-saudaraku, pembaca “Kajian WisataHati” dimanapun Anda berada, kematian memang di tangan Allah. justru itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu lewat kalam Rasul-Nya, Muhammad shalla `alaih bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur. jadi, bila disebut bahwa ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu adalah…<span class="hilite">sedekah</span>. </p><p>Maka, tengoklah kanan-kiri Anda, lihat-lihatlah sekeliling Anda. Bila Anda menemukan ada satu-dua kesusahan tergelar. maka sesungguhnya Andalah yang butuh pertolongan. Karena siapa tahu kesusahan itu digelar Allah untuk memperpanjang umur Anda. Tinggal apakah Anda bersedia menolongnya atau tidak. Bila bersedia, maka kemungkinan besar memang Allah akan memanjangkan umur Anda. </p><p>Saudara-saudaraku sekalian, tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan ajalnya akan sampai. Dan, tidak seseorangpun yang mengetahui dalam kondisi apa ajalnya tiba. Maka mengeluarkan sedekah bukan saja akan memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal dalam keadaan baik. Bukankah <span class="hilite">sedekah</span> akan mengundang cintanya Allah? Sedangkan kalau seseorang sudah dicintai oleh Allah, maka tidak ada masalahnya yang tidak diselesaikan, tidak ada keinginannya yang tidak dikabulkan, tidak ada dosanya yang tidak diampunkan, dan tidak ada nyawa yang dicabut dalam keadaan husnul khatimah. </p><p>Mudah-mudahan Allah berkenan memperpanjang umur, sehingga kita semua berkesempatan untuk mengejar ampunan Allah dan mengubah segala kelakuan kita, sambil mempersiapkan kematian datang. </p><p>Sampai ketemu di pembahasan berikutnya. Insya Allah, kita masih membahas “sedikit tentang menunda umur, tapi kaitannya dengan kesulitan-kesulitan hidup yang kita hadapi “. (Yusuf Mansur).<br /></p><p>“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan” (An-Nisaa: 78)</p></div>Unknownnoreply@blogger.com0