Jumat, 13 September 2002

Pandailah Bersyukur

[Republika] - Allah menjanjikan bahwa orang yang tidak mau bersyukur, maka nikmatnya akan berubah menjadi adzab yang pedih, minimal akan hilang ketentraman di hatinya.

Misalkan hidung kita oleh Allah 'di setting' tidak begitu mancung, tapi kita membandingkannya dengan yang mancung-mancung. Saat becermin kan jadi tertekan, "Ini hidung atau kutil?" Padahal Allah yang menciptakan, pasti sarat dengan hikmah. Punya hidung mancung juga kalau ujub malah jadi pamer, dipotret jadi miring terus.

Kalau tidak berusaha mensyukuri yang ada, punya apa saja nggak akan nikmat. Misalnya ada gelas berisi air setengah. Kalau ahli syukur, "alhamdulillah masih ada setengahnya." Tapi yang kufur nikmat, "Hah! Tinggal setengahnya!" Ini nggak enak, itu nggak enak. Tentu saja Allah murka sehingga menutup pintu rezeki lainnya. Sebaliknya, kalau bersyukur, maka akan mengundang pintu-pintu nikmatlainnya. Misalnya istri sedang ngidam, kita mencari mangga ke sana sini nggak ketemu. Tiba-tiba lewat tukang mangga. "Ya Allah Engkau mudahkan dia datang, tidak perlu bayar parkir dan bensin." "Berapa ini Bang?" tanya kita. "Enam ribu" kata abang penjual mangga. Lalu kita bilang "Sepuluh ribu, ya?" Nah, itu bersyukur.

Tapi kalau, "Dua ribu saja ya!?" Itu zalim, betapa sudah diberi kemudahan oleh Allah dengan didatangkan tukang penjual mangga yang dengan susah payah dia memikulnya, sudah berat, panas, masih ditawar pula oleh kita. Bukankah setiap kemudahan itu datangnya dari Allah. Kalau tidak bersyukur, maka itulah yang akan menimbulkan fitnah dan masalah. mq ( )